Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

MODEL SOSIAL SPASIAL DAMPAK KEBISINGAN LINGKUNGAN DI SEKITAR BANDARA: STUDI KASUS BANDARA HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA Agrayanto, Bagus Ferry; Kusnoputranto, Haryoto; Utomo, Suyud Warno
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 22, No 1 (2020)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24895/MIG.2020.22-1.1146

Abstract

Komersialisasi Bandar Udara (Bandara) Halim Perdanakusuma (HLP) sejak tahun 2014 menyebabkan eksternalitas negatif yang tidak terhindarkan yaitu paparan kebisingan pesawat terbang. Kebisingan pesawat terbang akan berdampak terhadap menurunnya kualitas kesehatan. Dalam rangka pengendalian kebisingan pesawat terbang diperlukan model sosial-spasial dampak kebisingan pesawat terbang. Permodelan sosial-spasial yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan lingkungan, dan menentukan batas kawasan kebisingan Bandara HLP berbasis indeks WECPNL (Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level) pada radius 300 ─ 600 m. Ruang lingkup tambahan dari permodelan sosial-spasial yaitu kategorisasi risiko kebisingan lingkungan, dan sosial ekonomi berbasis perhitungan mean hipotetik dari masyarakat yang tinggal tepat di jalur LTO (Landing Take-Off) pesawat terbang. Hasil permodelan menunjukkan tingkat kebisingan lingkungan di permukiman masyarakat sekitar Bandara HLP (67.01 ─ 70.19 dBA) tidak memenuhi baku tingkat kebisingan untuk kawasan permukiman sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 yaitu 55 dB(A). Secara spasial, hasil permodelan menunjukkan batas aman kebisingan pesawat terbang Bandara HLP terletak pada jarak 600 m dari ujung runway 06 HLP, sehingga dapat diperuntukkan sebagai kawasan permukiman ideal di sekitar Bandara HLP (WECPNL=73,80). Hasil permodelan batas kawasan kebisingan Bandara HLP selanjutnya digunakan untuk menganalisis kesesuaiannya dengan rencana tata ruang. Hasil kategorisasi menunjukkan aspek persepsi risiko mayoritas responden mulai dari kebisingan lingkungan sampai dengan sosial ekonomi termasuk kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertukaran yang dapat ditoleransi dengan risiko bertempat tinggal di sekitar Bandara HLP. Berdasarkan uji korelasi statistik Kendall’s Tau-b diketahui waktu domisili dan tingkat pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap persepsi risiko kebisingan lingkungan. 
IS SUSTAINABLE OIL PALM PRODUCTION POSSIBLE FOR SMALLHOLDERS? Suratin, Aloysius; Karuniasa, Mahawan; Utomo, Suyud Warno
Journal of Environmental Science and Sustainable Development Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Decoupling resource use efficiency and ecological impacts are two challenges of oil palm smallholders in Indonesia. This study aims to find option for increasing productivity among smallholder and to reduce the environmental impacts of nutrient management in their plantations. We adopted UNEP’s definition of resource and impact decoupling as a tool to estimate resource decoupling rate and impact decoupling rate. The average smallholder’s resource decoupling rate from 2013 to 2017 is 0.86 kg fertilizer/kg fresh fruit bunch. This rate is 93.48% of the average of the companies (0.92 kg fertilizer/kg fresh fruit bunch) for the same period. Reducing the fertilizers dosages will reduce the resource decoupling rate and the impact decoupling rate by 58.14% (from 0.86 to 0.36 kg fertilizer/kg fresh fruit bunch) and by 67.32% (from 3.06 to 1.10 g CO2e/kg fresh fruit bunch) respectively. Reducing the fertilizer dosage is the most appropriate approach to increasing the resource and impact decoupling rates. We conclude that a smallholder is able to produce fresh fruit bunches sustainably by changing nutrient management practices and increasing access to certified planting material. Further study is required to include the influence of land use change on the impact decoupling rate as this factor was not included in our analysis.
Atribut Penilaian Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit Menuju Green Hospital di Indonesia Sutanto, Sutanto; Putri, Eka Intan Kumala; Pramudya, Bambang; Utomo, Suyud Warno
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.51-61

Abstract

Latar belakang: Pengelolaan lingkungan rumah sakit (RS) secara berkelanjutan menjadi sangat penting dalam rangka meminimalisasi konstribusi negatif terhadap pemanasan global. Tujuan penelitian ini adalah 1) menyusun atribut green hospital di Indonesia, dan 2) menganalisis status keberlanjutan pengelolaan lingkungan RS di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis data yang dikumpulkan merupakan jenis data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data terdiri atasstudi pustaka, survei, wawancara mendalam, dan pendapat pakar. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial dengan pendekatan Multidimensional Scalling (MDS) Rap GreenHospital.Hasil: Hasil analisis diperoleh, atribut green hospital RS di Indonesia terdiri dari enam dimensi yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kesehatan lingkungan dan kelembagaan. Keenam dimensi tersebut terdiri dari 42 atribut dan 151 sub atribut. Status keberlanjutan pengelolaan lingkungan RS dalam kategori cukup berkelanjutan (yellow hospital) dengan skor 71.233%. Faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan RS meliputi: a) Pengelolaan limbah non medis; b) Pengelolaan limbah B3; c) Lingkungan dalam bangunan; d) Lingkungan Luar bangunan; e) Mitigasi dan adaptasi bencana; f) Sumber dana; g) Kinerja anggaran; h) Budaya ramah lingkungan;i) pengembangan partisipasi masyarakat; j) Tingkat kepuasan; k) Teknologi konservasi energi;l) Teknologi pengolahan limbah padat, cair dan gas; m) Infeksi nosokomial;n) Fasilitas sanitasi; o) Promosi kesehatan, p) Kepemimpinan; q) Sumberdaya manusia; dan r) Dokumen lingkungan.Simpulan: Atribut green hospital rumah sakit di Indonesia terdiri atas enam dimensi yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kesehatan lingkungan dan kelembagaan. Keenam dimensi tersebut terbagi dalam 42 atribut dan 151 sub atribut. ABSTRACTTitle: Attribute Assessment of the Sustainability of Hospital Environmental Management Towards Green Hospital in IndonesiaBackground: Sustainable management of the hospital environment is very important in order to minimize the negative contribution to global warming. The purpose of this study is 1) to compile the attributes of green hospitals in Indonesia, and 2) to analyze the sustainability status of hospital environmental management in Indonesia.Methods: This study uses two approaches namely qualitative and quantitative approaches. The type of data collected is a type of primary data and secondary data. Data collection methods consist of study literature, surveys, in-depth interviews, and expert judgment. The data analysis method used is descriptive and inferential analysis with the Multidimensional Scaling (MDS) Rap Green Hospitalapproach.Results: The analysis results obtained, the attributes of green hospital hospitals in Indonesia consist of six dimensions namely the dimensions of ecology, economics, social, technology, environmental health and institutional. The six dimensions consist of 42 attributes and 151 sub attributes. Status of environmental management of hospitals in the category of sustainable enough (yellow hospital) with a score of 71,233%. Factors for the sustainability of hospital environmental management include: a) Non-medical waste management; b) Hazardous Poison Materials waste management; c) The environment in the building; d) Outside environment of buildings; e) Disaster mitigation and adaptation; f) Sources of funds; g) Budget performance; h) green culture; i) development of community participation; j) Level of satisfaction; k) Energy conservation technology; l) Solid, liquid and gas waste treatment technology; m) Nosocomial infections; n) Sanitation facilities; o) Health promotion, p) Leadership; q) Human resources; and r) Environmental documents.Conclusion:The attributes of green hospital in Indonesia consist of six dimensions, are ecology, economic, social, technology, environmental health, and institutional. The six dimensions are divided into 42 attributes and 151 sub attributes.
Pendekatan Eko-Habitat Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pertanian [Eco-habitat Approach as A Strategy to Increase Agricultural Society Income] Priyaji Agung Pambudi; Suyud Warno Utomo
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v10i2.1366

Abstract

Poverty is an issue that continues to be discussed in the world. Poverty is multi-dimensional and requires the participation of all parties to resolve. Poverty has implications for the environmental damage caused by access to natural resources are made public. This study aims to apply the principles of eco-habitat (integrate economically and ecologically) in rural areas to increase incomes while preserving the environment. The study was conducted with a mixed method through observation, interviews, and literature review. That 68 percent of respondents never perform actions that lead to environmental destruction; 72 percent know that his actions have consequences for the extinction of organisms. Meanwhile, 57 percent say it is because there was another choice for needs. Furthermore, 100 percent of respondents agree with the strategy of environmental conservation by utilizing the types of organisms which has an economic value. Ecological suitability-based land management provides the most optimal production value. Management of pattern and type of land it gives the production value is very small, because of the high cost of planting, pest attacks, and controls that are environmental unfriendly. This should be targeted at land management based ecological suitability to provide economic and ecological values are high. This principle has many benefits including CO2 sequestration, absorb and store water, provide habitat for organisms, and provide economic value for society. Finally, the land use pattern encourages a sense of ownership of natural resource and environmental ecosystems, that they have the willingness to manage and preserve it.Keywords: agriculture, ecosystems, environmental degradation, income, povertyAbstrakKemiskinan menjadi isu yang terus diperbincangkan di seluruh belahan dunia, yang harus diselesaikan pada tahun 2030. Kemiskinan bersifat multi dimensi dan membutuhkan partisipasi dari semua pihak untuk menyelesaikannya. Kemiskinan berimplikasi pada terjadinya kerusakan lingkungan akibat akses sumber daya alam yang dilakukan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan prinsip eko-habitat (mengintegrasikan aspek ekonomi dan ekologi) di kawasan pedesaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan. Penelitian dilakukan dengan mixed method melalui observasi, wawancara, dan kajian pustaka. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 68 persen responden pernah melakukan tindakan yang mengarah pada perusakan lingkungan; 72 persen mengetahui bahwa tindakannya memiliki konsekuensi terhadap kepunahan organisme. Sementara 57 persen menyatakan hal tersebut dilakukan karena tidak ada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi lain, 100 persen responden setuju dengan strategi pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan jenis-jenis organisme yang bernilai ekonomi. Pengelolaan lahan berbasis kesesuaian ekologis memberikan nilai produksi yang paling optimal. Pola pengelolaan dan jenis lahan yang justru memberikan nilai produksi yang sangat kecil, karena tingginya biaya tanam, serangan organisme pengganggu tanaman, dan pengendalian yang tidak ramah lingkungan. Perlu diutamakan pengelolaan lahan berbasis kesesuaian ekologis untuk memberikan nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi. Tentunya prinsip ini memiliki banyak manfaat di antaranya menyerap CO2, menyerap, dan menyimpan air, menyediakan habitat organisme, dan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. Pada akhirnya dengan pola pemanfaatan lahan tersebut masyarakat memiliki rasa kepemilikan terhadap ekosistem alam dan lingkungan, sehingga mereka memiliki kemauan untuk menjaga dan melestarikannya.Kata kunci: ekosistem, kemiskinan, kerusakan lingkungan, pendapatan, pertanian
Kajian Kualitas Air Sungai dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Benny Yohannes Yohannes; Suyud Warno Utomo; Haruki Agustina
IJEEM - Indonesian Journal of Environmental Education and Management Vol 4 No 2 (2019): IJEEM: Indonesian Journal of Environmental Education and Management, Volume 4 Nom
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.18 KB) | DOI: 10.21009/IJEEM.042.05

Abstract

Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang pesat adalah salah satu permasalahan yang kompleks bagi penyediaan air bersih terutama karena limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat. Sungai sebagai badan air penerima limbah domestik menjadi salah satu sumber daya alam yang rentan terhadap pencemaran. Sungai Krukut adalah salah satu sungai yang digunakan sebagai air baku air bersih PDAM dan saat ini telah tercemar akibat kegiatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis mutu air dan menentukan upaya pengendalian pencemaran air Sungai Krukut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Metode SWOT (Strength, weakness, opportunity, and Threat) digunakan untuk menentukan upaya pengendalian pencemaran air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status mutu air pada 5 titik pemantauan dengan metode Indeks Pencemar yaitu (7,65), (7,54), (6,93), (6,95) dan (9,03), sehingga mutu air tergolong dalam kategori tercemar sedang. Upaya pengendalian pencemaran air yang dapat diterapkan di Sungai Krukut adalah (1) Melakukan penertiban masyarakat yang tinggal dan usaha di daerah sempadan sungai (2) Mengadakan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat dan UMKM tentang pentingnya pengelolaan limbah (3) Meningkatkan pengawasan pembuangan limbah cair UMKM (4) Bantuan pemerintah dalam membuat sistem dan menerapkan IPAL terpadu untuk kegiatan UMKM dan permukiman kumuh (5) Implementasi program pengendalian pencemaran air
Comparison of COVID-19 Medical Waste Management Strategies For Hospitals in Developed and Developing Country Atikah Nadiah Syafei; Suyud Warno Utomo
Jurnal KESANS : Kesehatan dan Sains Vol 1 No 9 (2022): KESANS : International Journal of Health and Science
Publisher : Rifa'Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54543/kesans.v1i9.89

Abstract

Introduction: The COVID-19 pandemic has not only caused a health emergency but also an emergency for medical waste, which as the number of COVID-19 infections increases, the generation of medical waste will also increase. Objective: This article aims to find out the pattern of handling COVID-19 B3 medical waste from hospitals in developed and developing countries. Method: This article is a systematic review using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis) model. Results and Discussion: There are 13 articles that analyze to find out the management of COVID-19 medical waste originating from hospitals from developing countries as well as developed countries. There are some similarities and differences in decision-making regarding COVID-19 waste treatment. Conclusions: Some countries are still adopting waste regulations in the pre-COVID-19 period. The thermal method of exterminating waste is still the best way to be chosen. However, the use of the incinerator method in some developing countries is still small
Model Pengelolaan Sampah Organik dengan Biokonversi Larva Black Soldier Fly Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Afifah Zahra; Herdis Herdiansyah; Suyud Warno Utomo
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 21, No 1 (2023): January 2023
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.21.1.94-105

Abstract

Sampah masih menjadi salah satu masalah di Indonesia. Sejak tahun 2017, volume sampah yang terangkut di Indonesia masih belum memenuhi target, termasuk di Desa Tubanan, Kecamatan Kembangan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. 30-63% sampah yang dihasilkan adalah sampah organik. Pengelolaan sampah dengan biokonversi larva Black Soldier Fly dapat menjadi solusi untuk permasalahan sampah di Indonesia. Karena manfaatnya dapat mereduksi 80% sampah dan dapat membentuk ekonomi sirkular untuk masyarakat. Keuntungan ekonomi dapat didapatkan dari hasil penjualan produk ataupun pengurangan biaya pengelolaan sampah. Pengolahan sampah dengan biokonversi larva Black Soldier Fly  tidak berdampak padak kesehatan masyarakat dan tidak menimbulkan bau. Sehingga, pengolahan sampah dengan biokonversi larva Black Soldier Fly dapat menjadi salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan model pengelolaan sampah organik dengan biokonversi larva Black Soldier Fly berbasis pemberdayaan masyarakat dalam aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dengan perlakuan formula nutrisi pakan yang tepat. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis keuntungan yang didapatkan di antara 3 jenis sampah sebagai formula nutrisi pakan (sampah dari masyarakat, sampah sisa pemotongan ikan, dan sampah campuran dari keduanya). Analisis menggunakan sistem dinamik dan analisis statistik menggunakan SPSS. Berdasarkan simulasi model yang telah dilakukan, nilai ekonomi tertinggi dihasilkan oleh intervensi penggunaan sampah campuran antara sampah dari masyarakat yang dapat terolah 100% dan sisa pemotongan ikan. Selain itu sampah campuran juga dapat menghasilkan total biomassa product tertinggi dibandingkan jenis sampah lainnya.  Maka, dapat disimpulkan bahwa model pengelolaan sampah organik dengan biokonversi larva Black Soldier Fly berbasis pemberdayaan masyarakat menggunakan sampah campuran (sampah dari masyarakat yang dapat terolah 100% dan sisa pemotongan ikan) dapat dipilih sebagai metode pengelolaan sampah yang tepat di Desa Tubanan, Kecamatan Kembangan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
A COMPARATIVE STUDY OF DIFFERENT PRACTICES IN ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT Romianingsih, Ni Putu Wulan; Utomo, Suyud Warno; Hamzah, Udi Syahnoedi
Journal of Environmental Science and Sustainable Development Vol. 6, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Currently, there are two practices to assess the environmental and social impacts of the power development projects in Indonesia, namely Indonesia Environmental Impact Assessment (EIA) or Amdal and Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) based on the International Finance Corporation (IFC) Performance Standards. However, the ESIA practices in Indonesia, in particular, have yet to be thoroughly examined in the academic context. This research compares the procedural features and environmental and socio-economic aspect coverage of Indonesia's EIA against the IFC (IFC PS) ESIA. A document analysis was employed to systematically analyze the main divergences and similarities contrasted with applicable Indonesian regulations and IFC PS. The results show distinctive differences between Indonesia's EIA and ESIA regarding screening, public participation, scoping, the study of alternatives, impact analysis, review and decision-making, environmental management plans and follow-up, and complementary parallel studies. The research also found that EIA is lacking in covering aspects of ecosystem services, labor, groundwater, landscape and visual impacts, cultural heritage, community safety and security, and non-routine activity or unplanned events. The identified gaps could suggest improvement to ensure Indonesia's EIA and ESIA practices in Indonesia align and provide benefits for sustainable development.
Waste processing without causing public health problems with black soldier fly bioconversion Zahra, Afifah; Herdiansyah, Herdis; Utomo, Suyud Warno; Nuraeni, Nuraeni
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 13, No 1: March 2024
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v13i1.22940

Abstract

Bioconversion of black soldier fly (BSF) larvae is a method of processing organic waste that is environmentally friendly and has no impact on public health. This research aims to analyze the influence of the type of waste as a feed formulation on the effectiveness of organic waste processing with bioconversion of black soldier fly larvae. The research was conducted in Tubunan Village, Jepara Regency, the district with the second lowest waste processing in Central Java on 108 families. The initial procedure for this experimental research was carried out by sorting the types of waste (community waste, fish slaughter waste, and a mixture of both). Each type of waste is then given 1.5 grams of larvae/kg of waste. The larvae will be harvested after 20 days and weighed to record data on the increase in biomass and waste left behind. The collected data was then analyzed using SPSS through ANOVA and Kruskal Wallis tests. The results showed that the nutritional formulation of the feed had a significant effect on total larval biomass (p=0.0005) but had no significant effect on the waste reduction index (p=0.651) and feed conversion efficiency (p=0.180). In this study, processing organic waste with bioconversion of black soldier fly larvae reduced waste piles significantly (p=0.008). Thus, bioconversion waste processing using BSF can solve the waste problem at the research location. These findings can be considered in planning effective and efficient waste processing.
Reklamasi Tambang Berkeadilan dan Mensejahterakan Pambudi, Priyaji Agung; Utomo, Suyud Warno; Soelarno, Soemarno Witoro; Takarina, Noverita Dian
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 7, No 2 (2023): Jurnal Mineral Energi dan Lingkungan Volume 7 No. 2 Tahun 2023
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v7i2.9064

Abstract

The mining industry has an important contribution to the economy and regional growth, but it also has the risk of environmental disturbance, so it is required to carry out reclamation. A special strategy is needed for the success of reclamation can improve the quality of life of the community and other organisms. The purpose of this research is to examine successful mining reclamation methods that can be implemented. This study uses a qualitative approach through social observation, questionnaires, in-depth interviews, and a literature review. Reclamation by PT. X consists of programs for the preparation, planning, implementation and management of reclamation areas. At the preparation stage PT. X conducts public consultations to listen to suggestions, opinions and responses from local communities, especially land owners who are rent. PT. X applies the participatory-accommodative principle. This strategy puts forward a bottom-up mechanism, namely the local landowners provide advice to PT. X related to the type and implementation of reclamation and PT. X conducts verification as well as careful and in-depth studies of technical implementation. Reclamation needs to be managed by providing an enclave zone that acts as a center for mining environmental protection. The area of the enclave zone should ideally be determined based on consideration of the area of the IUP, ecosystem typology, diversity, evenness and distribution of flora and fauna, as well as total carbon emissions. Just and prosperous reclamation is carried out by considering the existence and proper allocation of space for abiotic and biotic components including sources of livelihood for local communities.