Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Hubungan antara Perceived Parental Supportive Communication dan Self-Disclosure pada Emerging Adult Mohammad Faiz Amanullah Muzakki; Theresia Indira Shanti
MANASA Vol 11 No 1 (2022): Juni, 2022
Publisher : Faculty of Psychology, Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/manasa.v11i1.3396

Abstract

Pada tahap perkembangan emerging adulthood, seseorang akan melakukan eksplorasi identitas. Dukungan orangtua yang terutama dikomunikasikan melalui peristiwa sehari-hari, masih dibutuhkan emerging adult. Permasalahan muncul saat emerging adult tidak mempersepsikan apa yang dikomunikasikan orangtua sebagai dukungan sehingga emerging adult tidak bersedia terbuka pada orangtua. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara persepsi komunikasi suportif orangtua dan self-disclosure pada emerging adult. Partisipan penelitian ini adalah 391 mahasiswa yang berada pada rentang usia 18 hingga 25 tahun dan tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya (tidak tinggal di kost) dan berdomisili di Jabodetabek. Peneliti mendapatkan partisipan melalui metode non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Dalam menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan alat ukur Skala Komunikasi Suportif Orangtua dan The Jourard Self-disclosure Questionnaire untuk selanjutnya dilakukan uji korelasi. Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi komunikasi suportif orangtua dan self-disclosure pada emerging adult. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik persepsi komunikasi suportif orangtua, maka emerging adult akan semakin terbuka.
Friends’ Support, Motivation to Learn, Emotional Adjustment, and Academic Performance among Indonesian First-year students Theresia Indira Shanti; J.M.A.M. Janssens; Bernadette Setiadi
Jurnal Psikologi Vol 48, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.779 KB) | DOI: 10.22146/jpsi.34060

Abstract

First-year students face academic and social challenges which will undermine their motivation to learn and emotional adjustment. Friends’ support helps them to cope which then influences their academic performance. This study aimed to investigate relations between friends’ support and academic performance, as mediated by a motivation to learn and emotional adjustment. Participants were 327 first-year university students at the end of their first year, recruited from random cluster sampling. Datawereanalyzed using Sobel Test indicated that motivation to learn and emotional adjustment fully mediated the relationship between friendship quality and academic performance, between lack of intimacy with friends and academic performance, and between conflict with friends and academic performance. Friends provide support which enables students to have discussion to solve their difficulties in facing academic challenges and to disclose their thoughts and feelings to face their emotional challenges. We recommend that further studies collect the data from students in each year and universities to design a curriculum that promotes supportive collaboration among students.
Dinamika Stres, Strategi Coping, dan Dukungan Sosial yang Diharapkan Mahasiswa Skripsi di Universitas XYZ Silvyana Hianto; Theresia Indira Shanti
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v11i2.2758

Abstract

Thesis writing problem at XYZ University has emerged since a few years ago. Therefore, this study aims to understand the existing conditions in the field regarding stress conditions, causes, coping strategies, and expected social support. This research uses the mixed methodology, involving XYZ University students who cannot complete their thesis in two semesters (including “Seminar”). Based on data from 84 students who participated, is known that the main obstacles are difficult in writing down ideas to a scientific form, bad relationship with the thesis advisor, courses that should be taken, and emergency psychological disorders symptoms. Furthermore, the most used coping strategy is emotional-focused coping. While the most expected social support is emotional support, networking (e.g., study groups) and information (e.g., feedback, discussion, and suggestions), qualitative data shows that "deadline" is essential to motivate students in completing a thesis. This research provides an intervention plan to help the students to complete their thesis. For example, the university manager can provide a system and providing facilities that can help these students to complete their thesis. Also, it also requires an emphasis on scientific writing tasks carried out in small groups or individually to students, with the aim of honing students' scientific writing skills before finally taking thesis.
PENGARUH PENGUNGKAPAN DIRI DAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN TERHADAP KUALITAS PERNIKAHAN PASANGAN DENGAN CARA TA’ARUF Hanifatusholihah Hani; Theresia Indira Shanti
MANASA Vol. 12 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Faculty of Psychology, Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/manasa.v12i1.4156

Abstract

 Marriage through the method of “ta’aruf” has become popular recently. Considering that the process of marriage conducted thorugh “ta’aruf” is different from the conventional marriage process, it is interesting to examine it from the perspectives of self disclosure and marital adjustment. The aim of this study is to describe the influence of self disclosure and marital adjustment on the marital quality of couples who undergo “ta’aruf” marriage. The study employs a quantitative approach, and the participants consist of 32 respondents who are married through the “ta’aruf” method, comprising both males and females. Three measurements are utilized in this study: The Indonesian Moslem Marital Quality Scale; Self Disclosure and Relational Outcomes; and the Marital Adjustment Questionnaire. Multiple regression analysis is used as the analytical method to test the hypotheses. The findings show a significant influence of self disclosure on the marital quality of couples who marry through the “ta’aruf” method. Marital adjustment also significantly affects the marital quality of such couples. Also both self disclosure and marital adjustment have an impact on the marital quality of couples who undergo “ta’aruf” marriage. The implications of this study suggest that couples who marry through “ta’aruf” can achieve good marital quality similar to couples who opt for other methods. However, it is advisable for prospective couples who are still in the “ta’aruf” process to go deeper into understanding each other and seek information from books or literature about marriage in Islam as an effort to prepare for a higher quality marriage.
Gambaran proses pengampunan pada istri beragama Katolik yang pernah mengalami perselingkuhan Prita Pradipta; Theresia Indira Shanti
Jurnal Psikologi Ulayat Vol 10 No 2 (2023)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu673

Abstract

Perselingkuhan merupakan salah satu alasan utama yang dapat memicu terjadinya perceraian dalam pernikahan. Terlepas dari munculnya pengalaman traumatis akibat perselingkuhan yang dialami, beberapa ajaran agama, seperti agama Katolik, menganjurkan umatnya untuk tetap mempertahankan pernikahan meskipun menjadi korban perselingkuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses pengampunan pada perempuan yang pernah menjadi korban perselingkuhan dalam pernikahannya. Wawancara mendalam dilakukan kepada dua perempuan beragama Katolik yang pernah mengalami perselingkuhan dan tetap bertahan dalam pernikahannya. Hasil penelitian menggambarkan proses yang dilalui subjek dalam melakukan pengampunan, tetapi tetap mengalami perasaan yang menyakitkan. Subjek ikut terbantu dalam usaha mengatasi emosi yang menyakitkan dengan melihat kembali perselingkuhan yang dilakukan pasangan melalui sudut pandang agama.  Hasil penelitian ini turut memberikan gambaran dinamika dari proses pengampunan yang berkaitan dengan pemulihan, sehingga individu dapat menyadari potensi diri yang dimiliki, serta mengarahkan pada pola pikir yang lebih bertumbuh setelah melewati pengalaman diselingkuhi oleh pasangan.
Gambaran dinamika self-forgiveness dan meaning in life pada pelaku perselingkuhan dalam pernikahan Wijaya, Agnes Christy; Shanti, Theresia Indira
Jurnal Psikologi Udayana Vol 7 No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.002 KB) | DOI: 10.24843/JPU.2020.v07.i01.p04

Abstract

Perselingkuhan dalam pernikahan adalah kondisi di mana ketika salah satu pasangan melanggar komitmen dalam hubungan pernikahan, meliputi satu atau lebih elemen yaitu kerahasiaan, aktivitas seksual, dan keterlibatan emosional, berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Perselingkuhan merupakan alasan utama perceraian di Jabodetabek. Namun, tidak semua perselingkuhan berakhir dengan perceraian. Self-forgiveness dijelaskan sebagai proses yang membuat pelaku perselingkuhan mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki diri. Penelitian sebelumnya lebih banyak membahas dampak pada korban padahal pelaku juga mengalaminya, seperti dikucilkan, malu dan bersalah. Untuk dapat menghadapi dampak tersebut, self-forgiveness merupakan kunci bagi pelaku yang ingin mempertahankan rumah tangganya dengan cara mengakhiri perselingkuhan. Hal tersebut menjadi tanda bahwa dia mempertimbangkan makna hidup (meaning in life) yang dimiliki terutama tujuan menikah sehingga mampu memaknai perselingkuhan sebagai masa lalu yang dijadikan pelajaran untuk memperbaiki pernikahan. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran dinamika self-forgiveness dan meaning in life pada pelaku perselingkuhan dalam pernikahan. Penelitian dilakukan pada pelaku perselingkuhan yang tetap pada ikatan pernikahan, kedua pihak saling mengetahui perselingkuhan, sudah mengakhiri perselingkuhannya dan memiliki orientasi seksual heteroseksual. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed-methods. Sebanyak 27 partisipan diperoleh menggunakan teknik sampling non-probabilty. Uji korelasi dilakukan dalam penelitian ini dan hasilnya terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-forgiveness dan meaning in life pada pelaku perselingkuhan dalam pernikahan. Sebanyak empat partisipan diperoleh melalui teknik purposeful sampling. Hasil analisis data kualitatif mampu menjelaskan gambaran self-forgiveness dan meaning in life pada pelaku perselingkuhan dalam pernikahan.
Komunikasi Suportif Orang Tua: Konsep, Pengembangan, dan Validasi Shanti, Theresia Indira; Suryani, Angela Oktavia; Ajisuksmo, Clara R.P.
Jurnal InterAct Vol. 9 No. 2 (2020): Jurnal InterAct
Publisher : School of Communication - Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/interact.v9i2.2027

Abstract

Perceived supportive communication by adolescence and emerging adulthood influence how they develop their autonomy and independency and in the same time still have opportunity to gain support from their parents when they need it. The aim of this study is to develop instrument that measure perceived parents’ supportive communication by adolescence and emerging adulthood. The instrument development consists of three stages: 1) Focus group discussion (FGD) to find out the description of perceived parents’ supportive communication (35 respondents from three universities). The result of this stage is the items of the instrument; 2) Validity and Reliability testing (326 respondents of high school and university students). The result of this stage is the valid and reliable instrument; 3) Factor Analysis from 600 respondents. The result of this stage is the dimentions of the instrument; dan 4) Confirmatory Factor Analysis (CFA) from 1065 respondents. The result of this stage is the same as final result of the whole study, that is perceived parents’ supportive communication instrument, which consists of two dimentions (empathy and confidentiality).
Psychological Distress and Attitudes Toward Seeking Professional Psychological Help among Transwomen in Indonesia Tandias, Evelyn; Shanti, Theresia Indira
Jurnal Psikologi Vol 51, No 1 (2024)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpsi.75026

Abstract

Transwomen are one of the minority groups in Indonesia vulnerable to a high level of psychological distress. The level of psychological distress can indicate the need to seek psychological help. The most basic component of seeking help is attitude. Without a positive attitude, individuals are less likely to have the intention of seeking help and do seeking help. This study aimed to investigate the level of psychological distress, attitudes toward seeking professional psychological help, and the relationship between symptoms of psychological distress with attitudes toward seeking professional psychological help in 117 samples of transwomen in Indonesia. Results indicated that 72% of participants were classified as having a high level of psychological distress. A negative association between anxiety symptoms and psychological openness indicated that the more symptoms of anxiety that participants were experiencing, the less likely they were to open up about their psychological problems.
Dinamika Timbulnya Perilaku Upstander Dalam Proses Posttraumatic Growth (PTG) Pada Penyintas Kekerasan Seksual Yorza, Chika Aslia; Shanti, Theresia Indira
ANIMA Indonesian Psychological Journal Vol 40 No 1 (2025): ANIMA Indonesian Psychological Journal (Vol. 40, No. 1, 2025)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/aipj.v40i1.6747

Abstract

Penyintas kekerasan seksual yang mengalami proses posttraumatic growth (PTG) berpotensi menunjukkan perilaku upstander. Perilaku tersebut dapat memperkuat proses posttraumatic growth (PTG) yang dialami, sehingga memperoleh pencapaian optimal. Studi ini bertujuan mengidentifikasi pada tahap apa dalam proses posttraumatic growth (PTG) perilaku upstander muncul, memahami proses terjadinya, serta mengevaluasi dampaknya. Studi ini merupakan studi penelitian kualitatif dengan analisis kasus. Pengumpulan data menggunakan panduan wawancara posttraumatic growth (PTG) dan Theory of Planned Behavior (TPB). Screening test dilakukan menggunakan Global Psychotrauma Screen (GPS) untuk memilih partisipan berdasarkan usia saat mengalami kekerasan seksual, serta ketangguhan dan keberfungsian diri dalam satu bulan terakhir. Studi ini melibatkan tiga partisipan yang mengalami kekerasan seksual di atas usia sembilan tahun, melaporkan ketangguhan dan keberfungsian diri, serta pernah melakukan perilaku upstander. Pengolahan data menggunakan analisis tematik. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perilaku upstander muncul pada tahap automatic and intrusive rumination, manage emotional distress, dan deliberate rumination dalam proses posttraumatic growth (PTG). Perilaku upstander pada tahap automatic and intrusive rumination dapat menimbulkan konsekuensi negatif yang tidak disengaja, berdasarkan pengalaman partisipan studi. Sebaliknya, pada tahap manage emotional distress dan deliberate rumination dapat mendukung pencapaian posttraumatic growth (PTG). Perbedaan situasi tersebut sangat dipengaruhi oleh norma subjektif mengenai perilaku dan adanya atau tidak adanya kontrol perilaku yang dirasakan serta kontrol aktual yang memadai.
Psychological Distress and Dyadic Coping in the Context of Marital Satisfaction of Indonesian Search and Rescue (SAR) Rescuers: A Mixed-Method Study: [Tekanan Psikologis dan Dyadic Coping Dalam Konteks Kepuasan Pernikahan Search and Rescue (SAR) Rescuer di Indonesia: Studi Mixed-Method] Khrisnanda, Faradita; Theresia Indira Shanti
ANIMA Indonesian Psychological Journal Vol 37 No 2 (2022): ANIMA Indonesian Psychological Journal (Vol. 37, No. 2, 2022)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/aipj.v37i2.4887

Abstract

Marital satisfaction is an important resource that will determine the quality of life and personal well-being, as well as help maintain work performance in the context of Search and Rescue (SAR) rescuer profession. However, the risks associated with this profession put Search and Rescue (SAR) rescuers at risk of experiencing psychological distress that could hinder their marital satisfaction. In addition to psychological distress factors, efforts by Search and Rescue (SAR) rescuers in involving their sposes through dyadic coping were found to be associated with marital satisfaction. Using the mixed-method explanatory sequential method approach, this study aims to determine the role of psychological distress and social support on marital satisfaction of Search and Rescue (SAR) rescuers. Quantitative data collection involved Search and Rescue (SAR) rescuers in their first 10 years of marriage (n = 33). Qualitative data collection involved two Search and Rescue (SAR) rescuers with marital satisfaction in the high and low category, as well as dyadic coping in the high and low category. Results of quantitative analysis show that it is psychological distress, not dyadic coping, that significantly predict the decrease in marital satisfaction. Results of qualitative analysis show that psychological distress from the profession leads to symptoms of psychological distress in the form of emotional exhaustion, withdrawal behavior, and indifferent behavior, which has an impact on negative interactions, conflict triggers, and lack of quality time with spouses. Search and Rescue (SAR) rescuer who conduct dyadic coping (discussing with each other, providing opinions or points of view, and listening with empathy) leads to feelings of satisfaction in marriage, namely through feelings of togetherness and trust. Kepuasan pernikahan adalah sumber daya penting yang akan menentukan kualitas hidup dan kesejahteraan diri, serta membantu mempertahankan performa kerja pada konteks profesi Search and Rescue (SAR) rescuer. Namun, risiko yang berkaitan dengan profesi tersebut menempatkan Search and Rescue (SAR) rescuer untuk memiliki kerentanan mengalami tekanan psikologis yang dapat menghambat kepuasan pernikahannya. Selain faktor tekanan psikologis, upaya Search and Rescue (SAR) rescuer untuk melibatkan pasangan melalui dyadic coping ditemukan turut berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Melalui metode mixed-method dengan pendekatan explanatory sequential design, studi ini bertujuan untuk mengetahui peranan tekanan psikologis dan dukungan sosial pada kepuasan pernikahan Search and Rescue (SAR) rescuer. Pengambilan data kuantitatif melibatkan Search and Rescue (SAR) rescuer dengan rentang usia pernikahan dalam 10 tahun pertama (n = 33). Pengambilan data kualitatif melibatkan dua individu Search and Rescue (SAR) rescuer dengan kepuasan pernikahan berkategori tinggi dan rendah, serta dyadic coping berkategori tinggi dan rendah. Hasil analisa kuantitatif menunjukkan bahwa bukan dyadic coping yang memprediksi penurunan kepuasan pernikahan secara signifikan, namun tekanan psikologis. Hasil analisa kualitatif menunjukkan bahwa tekanan psikologis yang bersumber dari profesi tersebut mengarah pada gejala tekanan psikologis berupa kelelahan emosional, perilaku menarik diri, dan perilaku acuh yang berdampak pada interaksi yang cenderung negatif, pemicuan konflik, dan minimnya waktu berkualitas dengan pasangan. Search and Rescue (SAR) rescuer yang melakukan dyadic coping (saling berdiskusi, memberikan pendapat atau sudut pandang, dan mendengarkan dengan empati) mengarah pada perasaan puas pada pernikahan, yakni melalui perasaan kebersamaan dan rasa percaya.