Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PERBANDINGAN POTENSI ANTIBAKTERI INFUS AKAR KUNING (Fibraurea tinctoria Lour.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Streptococcus pyogenes IN VITRO Mohammad Bakhriansyah; Desi Amalia; Agung Biworo
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 25 No. 3 (2021): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v25i3.14237

Abstract

Akar kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) merupakan salah satu tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional dalam bentuk rebusan oleh masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. Bentuk sediaan infus memiliki kemiripan dengan bentuk sediaan rebusan dalam pengolahannya. Meskipun beberapa penelitian terdahulu menunjukkan ekstrak air tanaman akar kuning berefek sebagai antibakteri, namun, belum ditemukan penelitian yang membandingkan potensi antibakteri bagian akar dari tanaman ini dalam bentuk sediaan infus untuk bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) dan Streptococcus pyogenes (S. pyogenes).  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan potensi infus akar dari tanaman akar kuning terhadap pertumbuhan dua spesies bakteri tersebut secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test-only with control group yang terdiri dari 3 perlakuan menggunakan variasi konsentrasi infus akar tanaman akar kuning (0,64 mg/mL, 0,32 mg/mL, 0,16 mg/mL, dan 0,08 mg/mL), eritromisin 15 μg (kontrol positif), dan akuades (kontrol negatif). Uji potensi antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram (Kirby-Baeur). Parameter yang diukur yaitu diameter zona hambat bakteri di sekitar cakram (milimeter). Data dianalisis dengan menggunakan uji One-way ANOVA, uji post-hoc LSD, dan uji t-independent pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis statistik pada hasil penelitian menunjukkan semakin besar konsentrasi infus akar kuning semakin besar daya hambatnya (p<0,001). Perbedaan konsentrasi infus pada bakteri yang sama juga menyebabkan daya hambat yang berbeda (p<0,001). Zona hambat infus akar tanaman akar kuning terhadap S. aureus lebih besar dibandingkan terhadap S. pyogenes pada konsentrasi 0,64 mg/mL dan secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi antibakteri infus akar tanaman akar kuning lebih besar terhadap S. aureus dibandingkan terhadap S. pyogenes (p<0,05).
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AKAR BINJAI (Mangifera caesia Jack.) TERHADAP Escherichia coli DAN Pseudomonas aeruginosa IN VITRO Ayu Dewi Pertiwi; Agung Biworo; Lia Yulia Budiarti
Homeostasis Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Binjai is one of the typical plants of South Kalimantan, which contains saponins and tannins. The aim of this study was to analyze the differences in inhibitory activity of binjai root extract against Escherichia coli and Pseudomonas aeruginosa in vitro. The research design uses true experimental; post test-only with control group design consisting of 10 treatments (50%, 55%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90%, 95%) and positive control (siprofloxacin 5µg). Data from this study were analyzed using one-way ANOVA test, post-hoc Duncan test, and independent t test at 95% confidence level. The results showed that there were significant differences in inhibition of all treatments and there was an increase in inhibitory effect according to increased concentration. The optimum binjai root extract inhibited at a concentration of 90% against Escherichia coli (25.13 mm) and at a concentration of 85% against Pseudomonas aeruginosa (16.99 mm). Binjai root extract has greater inhibitory activity against Escherichia coli than Pseudomonas aeruginosa at the same concentration. Conclusions, there are differences in inhibitory activity of binjai root extract against Escherichia coli and Pseudomonas aeruginosa. Keywords: binjai root extract, inhibitory activity, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa Abstrak: Binjai merupakan salah satu tumbuhan khas Kalimantan Selatan, yang mengandung saponin dan tanin. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis perbedaan aktivitas daya hambat ekstrak akar binjai terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa in vitro. Rancangan penelitian menggunakan true experimental; post test-only with control group design yang terdiri dari 10 perlakuan (50%, 55%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90%, 95%) dan kontrol positif (siprofloksasin 5µg). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA, uji post-hoc Duncan, dan uji t independent pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian didapatkan perbedaan aktivitas daya hambat yang bermakna dari semua perlakuan dan terdapat peningkatan daya hambat sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Ekstrak akar binjai menghambat secara optimum pada konsentrasi 90% terhadap Escherichia coli (25,13 mm) dan konsentrasi 85% terhadap Pseudomonas aeruginosa (16,99 mm). Aktivitas daya hambat ekstrak akar binjai lebih besar terhadap Escherichia coli dibandingkan Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi yang sama. Simpulan, terdapat perbedaan aktivitas daya hambat ekstrak akar binjai terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Kata kunci: ekstrak akar binjai, daya hambat, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Akar Binjai (Mangifera caesia Jack.) terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus Pyogenes In Vitro Hayatun Nufus; Lia Yulia Budiarti; Agung Biworo
Homeostasis Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.989 KB)

Abstract

tannins. This study aims to analyze the differences in inhibitory activity of binjai root extract against Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes in vitro. The study design used true experimental, post-test only with control group design, consisting of 10 treatments of binjai root extract (50%, 55%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90%, 95%) and penicillin 15 µg (positive control). Analysis of research data using one-way ANOVA test, Duncan post-hoc test, and independent t test at 95% confidence level. The results showed  80% binjai root extract was the optimum concentration of Staphylococcus aureus (23.49 mm) and Streptococcus pyogenes (19.49 mm). At the same concentration the inhibitory activity of Staphylococcus aureus was greater than that of Streptococcus pyogenes. The conclusion of this study is that there are differences in the inhibitory activity of the binjai root extract preparations for Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes. Keywords: binjai root extract, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, inhibitory power Abstrak: Binjai (Mangifera caesia Jack.) memiliki zat aktif antibakteri saponin dan tanin. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan aktivitas daya hambat ekstrak akar binjai terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes secara in vitro. Rancangan penelitian menggunakan true experimental, post test-only with control group design, terdiri dari 10 perlakuan ekstrak akar binjai (50%, 55%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90%, 95%) dan penisilin 15 µg (kontrol positif). Analisis data penelitian menggunakan uji  one-way ANOVA, uji post-hoc Duncan, dan uji t independent pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian didapatkan ekstrak akar binjai 80% merupakan konsentrasi optimum terhadap Staphylococcus aureus (23,49 mm) dan Streptococcus pyogenes (19,49 mm). Pada konsentrasi yang sama aktivitas daya hambat terhadap Staphylococcus aureus lebih besar dibandingkan dengan Streptococcus pyogenes. Simpulan penelitian ini yaitu terdapat perbedaan aktivitas daya hambat dari sediaan ekstrak akar binjai terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Kata-kata kunci: ekstrak akar binjai, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, daya hambat.
Uji Aktivitas Larvasida Ekstrak Etanol Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti Dwi Prahesty Septheresia Enus Mebas; Agung Biworo; Erida Wydiamala
Homeostasis Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.335 KB)

Abstract

Abstract: Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd) has potential secondary metabolites potentially as larvacide. The purpose of this research is to know the efectivy of larvacide kelakai ethanolic extract. The research is experimental with posttest only with control group design, consist of seven group and four replication. Seven group were obtained from preliminary test: 312,5 miligram/L; 625 miligram/L; 1250 miligram/L; 2500 miligram/L; 5000 miligram/L; 10.000 miligram/L; 20.000 miligram/L, negative control (water) and positive control (temephos 10.000 mg/L). The analysis probit LC50 and LC90 are 0,078% - 0,136% (780 miligram/L - 1.360 miligram/L). Kruskal – Wallis test obtained p=0,000, there’s kelakai ethanolic extract influence to Aedes aegypti larvae. Mann – Whitney test obtained p=1.000, there’s no difference between 5000 – 20.000 (miligram/L) and positive control. In conclusion, kelakai ethanolic extract has efectivity at concentration 5000 – 20.000 (miligram/L) to equal as temephos 1% to Aedes aegypti larvae. Keywords: larvacide, kelakai, Aedes aegypti Abstrak: Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd) mempunyai metabolit sekunder yang berpotensi menjadi larvasida. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ektrak etanol kelakai sebagai larvasida. Rancangan penelitian eksperimental dengan posttest only with control group design, dengan 7 kelompok perlakuan serta empat replikasi. 7 kelompok perlakuan diperoleh dari uji pendahuluan: 312,5 miligram/L, 625 miligram/L, 1250 miligram/L, 2500 miligram/L, 5000 miligram/L, 10.000 miligram/L, 20.000 miligram/L, kontrol negatif (air), dan kontrol positif (temefos 10.000 miligram/L). Dari analisis probit dihasilkan LC50 dan LC90 sebesar 0,078% - 0,136% (780 miligram/L - 1.360 miligram/L). Uji Kruskal – Wallis diperoleh nilai p=0,000, memiliki pengaruh ekstrak etanol kelakai terhadap larva Aedes aegypti. Dari uji Mann – Whitney dihasilkan nilai p=1.000, tidak ada perbedaan yang jauh antara 5000 – 20.000 (miligram/L) dengan kontrol positif. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak etanol kelakai mempunyai efektivitas pada konsentrasi 5000 – 20.000 (miligram/L) yang setara dengan temefos 1% terhadap larva Aedes aegypti. Kata – kata kunci : Larvasida, kelakai, Aedes aegypti
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Sediaan Infus dan Sediaan Ekstrak Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Syaifullah Akbar Pradito; Noor Muthmainah; Agung Biworo
Homeostasis Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.173 KB)

Abstract

Abstract: Sungkai (Peronema canescens Jack) a herbal medicine often used by natives of Kalimantan Selatan with boiling method to exctract the water from sungkai leaf and its bark. Infusion prepared and etanol extract prepared sungkai leaf contains active substans such as fenols, terpenoids-steroid, tannins, flavonoids, and alkaloids that own an antibacterial activity. This research aim to find out the differences in the bacterial activity of the infusion prepared and etanol exctract prepared sungkai leaf agains the growth of Staphyloccus aureus. This research methods was true experimental with post-test only group design, consist of a variety infusion prepared and etanol extract prepared consentration on 25%, 50%, 75%, and 100%, clindamycin 2 µg as positive control, and aquadest as negative control. The measured paramater was the diameter of the inhibitory zone. Data from this study were analyzed using parametric One-Way ANOVA test, LSD’s Post-hoc test, and independent T test with a 95% confidence level. The inhibitory zone showed in this study from infusion prepared and etanol extract sungkai leaf on concentration 25%, 50%, 75%, and 100% in a row 6,66 mm, 8,45 mm, 10,17 mm, 12,16 mm and 10,19 mm, 12,89 mm, 14,80 mm, 17,72 mm. Diameter of the inhibitory zone were analyzed with One-Way Anova test showed the value of p= 0,000 (p < 0,05). In conclusion, there are significant differences in antibacterial activity between infusion prepared and extract prepared sungkai leaf on equal level of concentration agains Staphyloccus aureus. Keywords:  etanol extract, infusion, P. canescens Jack, S. aureus Abstrak: Sungkai (Peronema canescens Jack) merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan masyarakat Kalimantan Selatan sebagai obat herbal dengan  mengambil air hasil rebusan daun maupun kulit batang sungkai. Sediaan infus dan ekstrak etanol daun sungkai memiliki senyawa aktif saponin, flavonoid, alkaloid, terpenoid-steroid, fenolik, dan tanin yang diketahui bersifat antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antibakteri infus dan ekstrak etanol daun sungkai dalam menghambat S. aureus. Metode yang digunakan adalah true experimental dengan post-test only with control group design, variabel yang diuji yaitu variasi infus dan ekstrak etanol konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, kontrol postitif klindamisin 2 µg, dan kontrol negatif aquadest. Hasil data yang ditabulasi adalah diameter zona hambat. Data dianalisis dengan uji One-way ANOVA, Uji Post-hoc LSD, dan Uji T Independent dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil pemeriksaan zona hambat sediaan infus dan sediaan ekstrak etanol daun sungkai pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% berturut-turut sebesar 6,66 mm, 8,45 mm, 10,17 mm, dan 12,16 mm dan 10,19 mm, 12,89 mm, 14,80 mm, dan 17,72 mm. Didapatkan nilai dari uji One-way Anova terhadap diameter zona hambat sebesar nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat perbedaan bermakna aktivitas antibakteri antara sediaan infus dengan sediaan ekstrak daun sungkai pada perlakuan konsenstrasi yang sama terhadap S. aureus. Kata-kata kunci:  ekstrak etanol, infus, P. canescens Jack, S. aureus
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS OBAT GOLONGAN STATIN (SIMVASTATIN, ATORVASTATIN, DAN ROSUVASTATIN) SEBAGAI ANTIINFLAMASI SECARA IN VIVO Ahmad Zaki Hafizi; Agung Biworo; Alfi Yasmina
Homeostasis Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:Statins indicated in patients with dyslipidemia are known to have aanti-inflammatory effect. The study was to compare the effectiveness of simvastatin, rosuvastatin, and atorvastatin as anti-inflammatory agent. This study using Rattus norvegicus from the Sprague-Dawley strain with induction of inflammation. 30 rats were classified into 5 groups. The efficacy of anti-inflammatory effect was assessed by measuring the volume of the hind paw oedema. The results showed that the average volume each group was as follows: aspirin -3.67 ml, placebo 21.60 ml, simvastatin 12.50 ml, atorvastatin 7.20ml, and rosuvastatin 3.40ml, which showed significantly different results between groups with the ANOVA and Tukey test (p <0.05), except between rosuvastatin and atorvastatin (p = 0.24). The largest antiinflammatory efficacywas indicated by aspirin, rosuvastatin, atorvastatin, simvastatin, and placebo, consecutively. It can be concluded that there are significant differences efficacy between statin  except between rosuvastatin and atorvastatin. Keywords: anti-inflammatory, simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin. Abstrak: Statin yang diindikasikan pada pasien dislipidemia diketahui memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingan efektivitas obat golongan statin, yaitu simvastatin, rosuvastatin, dan atorvastatin sebagai antiinflamasi. Penelitian menggunakan hewan coba Rattus norvegicus galur Sprague-Dawley dengan induksi inflamasi pada plantar kaki hewan coba. 30 ekor tikus dikelompokkan menjadi 5, yaitu kelompok simvastatin, rosuvastatin, atorvastatin, aspirin, dan plasebo. Efektivitas antiinflamasi dinilai dengan mengukur volume kaki. Hasil penelitian menunjukkan rerata selisih volume kaki pada masing-masing kelompok sebagai berikut: aspirin -3,67 ml, plasebo 21,60 ml, simvastatin 12,50 ml, atorvastatin 7,20 ml, dan rosuvastatin 3,40 ml, yang menunjukkan hasil berbeda bermakna antar kelompok dengan uji ANOVAdan uji Tukey (p < 0,05), kecuali antara kelompok rosuvastatin dan atorvastatin (p = 0,24). Efektifitas antiinflamasinya dari yang paling besar ditunjukkan oleh aspirin, rosuvastatin, atorvastatin, simvastatin, dan plasebo. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara obat statin sebagai antiinflamasikecuali antara rosuvastatin dan atorvastatin. Kata-kata kunci:anti inflamasi, simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin
Uji Aktivitas Larvasida Ekstrak Etanol Daun Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) terhadap Nyamuk Aedes aegypti Hafizh Maulana; Erida Wydiamala; Agung Biworo
Homeostasis Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.325 KB)

Abstract

Abstract: Pucuk merah leaves’ (Syzygium myrtifolium Walp.) secondary metabolites have the potency as larvicide against larvaes of Aedes aegypti mosquitos. The purpose of this study is to determine the larvicidal activity of pucuk merah leaves against Aedes aegypti. The method used for this study is posttest-only method with control group design with eight groups for larvicide test and four replication. The eight groups were six serial concentrations obtained from the preliminary test, negative control (water) and positive control (temephos 1%). Probit analysis showed the values of LC50 and LC90 were 0,382  (0,282-0,444) and 0,769 (0,655-1,080). There are significant difference between concentrations and negative control groups, shown that pucuk merah leaves have larvicidal activities against Ae. aegypti larvae. The result of this study is the ethanolic extract of pucuk merah have larvicidal activity against Aedes aegypti larvae, and at 1% concentration is equal to 1% temephos. Keyword: larvicide, pucuk merah, Syzygium myrtifolium Walp, Aedes aegypti Abstrak: Pucuk merah (Syzygium myrtifolium Walp.) memiliki kandungan metabolik sekunder yang berpotensi sebagai larvasida terhadap larva nyamuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas larvasida dan esktrak etanol daun pucuk merah terhadap larva nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest-only with control group design menggunakan delapan kelompok untuk uji larvasida dengan empat replikasi. Delapan kelompok perlakuan tersebut adalah enam serial konsentrasi yang di peroleh dari uji pendahuluan, kontrol negatif (air) dan kontrol positif (temefos 1%). Hasil analisis probit didapatkan nilai LC50 dan LC90sebesar 0,382 (0,282-0,444) dan 0,769 (0,655-1,080). Data menunjukkan perbedaan yang signifikan antara konsentrasi dengan kontrol negatif yang digunakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa daun pucuk merah memiliki aktivitas larvasida terhadap larva Aedes aegypti.  Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pucuk merah memiliki aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti, dengan konsentrasi 1% memiliki aktivitas larvasida setara dengan temefos 1%. Kata-kata kunci: larvasida, pucuk merah, Syzygium myrtifolium Walp, Aedes aegypti
Gambaran Pemberian Ace Inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker pada Pasien Gagal Jantung di RSUD Ulin Banjarmasin Nurazizah Yunus; Dwi Laksono Adiputro; Agung Biworo; Mohammad Rudiansyah; Oski Illiandri
Homeostasis Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.892 KB)

Abstract

Abstract: Heart failure is a clinical syndrome caused by impaired ventricular filling due to structural damage to the structure and function of the myocardium. At least 26 million people worldwide affected by heart failure and its prevalence is increasing. Treatment of heart failure, medical and non-medical therapy guidelines have been prepared as a guide and recommendation for doctors in providing therapy. There are various classes of drugs given in the treatment of heart failure, one of which is ACE Inhibitors and Angiotensin Receptor Blockers. The use of ACE inhibitors and angiotensin receptor blockers from several large clinical trials is believed to improve symptoms, reduce hospitalizations, and improve quality of life in heart failure patients. The aim of this study is to describe the administration of ACE Inhibitors or Angiotensin Receptor Blockers to Heart Failure Patients at Ulin Hospital Banjarmasin. This research is using descriptive research method. The research data is taken from the form of outpatient medical records of heart failure patients at Ulin Hospital Banjarmasin for the period February-July 2020. Total sampling method is used to collecting the data for this research. From this study, it shown that the highest percentage of heart failure patients was 72.73% male and aged 19-59 years at 67.27%. Drug therapy given from 165 samples showed that the most frequently administered drug was loop diuretic drug 75.15%. The result of this study is that the administration of the ACE inhibitor group of 23.03% was the most given ramipril 89.47%. The most giving of ARB group 52.73% is candesartan 98.85%. Keywords: ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker, heart failure Abstrak: Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang dipicu  oleh gangguan pengisian ventrikel karena terjadi kerusakan struktur pada stuktur dan fungsi miokardium. Gagal jantung termasuk penyakit global dengan jumlah penderita ditaksir sejumlah 26 juta orang diseluruh dunia dan prevalensinya terus meningkat. Penyembuhan gagal jantung juga telah memiliki susunan pedoman terapi medikamentosa maupun non medikamentosa sebagai rujukan dan rekomendasi bagi dokter dalam pemberian terapi. Terdapat berbagai macam golongan obat yang diberikan untuk penanganan dan pengobatan gagal jantung, satu diantaranya ialah ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker. Penggunaan ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker dari beberapa uji klinis besar diyakini dapat memperbaiki gejala, mengurangi rawat inap, dan meningkatkan kualitas hidup pada penderita gagal jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemberian ACE Inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker pada pasien Gagal Jantung di RSUD Ulin Banjarmasin. Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dan data penelitian yang digunakan berupa rekam medik pasien gagal jantung rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Februari-Juli 2020. Pengambilan data dilakukan dengan metode total sampling. Hasil studi menunjukan persentase pasien gagal jantung yang terbanyak adalah laki-laki 72,73% dan berusia 19-59 tahun sebesar 67,27%. Dari 165 sampel menunjukan bahwa mayoritas terapi obat yang diberikan berupa pemberian obat golongan loop diuretik 75,15%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian golongan ACE inhibitor 23,03% yang paling banyak diberikan ramipril 89,47%. Pemberian golongan ARB 52,73% yang paling banyak yaitu candesartan 98.85%. Kata-kata kunci: ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker, gagal jantung
Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pembakaran Sampah Terbuka dengan Frekuensi ISPA di Kelayan Timur Banjarmasin Septian Hadi Setiawan; Farida Heriyani; Agung Biworo
Homeostasis Vol 3, No 3 (2020)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.909 KB)

Abstract

Abstract: Open waste burning has a bad impact on health, especially on the respiratory system. Burning waste in densely populated areas makes the community around the area more vulnerable to acute respiratoy infection (ARI). The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between knowledge and open waste burning behavior with the frequency of ARI in East Kelayan Banjarmasin. The method used is observational analytic with cross sectional approach. The sample of this study was a portion of young adults in the Kelayan Timur district in Banjarmasin with a total of 50 people taken with systematic random sampling. Data analysis using chi square test. Result of knowledge test obtained good results on 27 people (54%) and bad on 23 people (46%); Good waste burning behavior were found on 23 people (46%) and bad on 27 people (54%); the frequency of ARI occurs frequently on 13 people (26%), rarely on 20 people (40%) and never on 17 people (34%). p value = 0.014 obtained on the relationship between the knowledge of open waste burning with ISPA frequency and the value of p = 0.024 on the relationship between the action of burning open waste with ARI frequency. So it can be concluded that there is a relationship between knowledge and open waste burning behavior with the frequency of ARI in East Kelayan Banjarmasin. Keywords: ARI frequency, Open waste, Open waste knowledge, Open waste burning Abstrak: Pembakaran sampah memiliki dampak buruk pada kesehatan terutama pada sistem pernafasan. Pembakaran sampah di daerah padat penduduk menyebabkan masyarakat sekitar daerah tersebut lebih rentan mengalami infeksi saluran napas akut (ISPA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan dan tindakan pembakaran sampah terbuka dengan frekuensi ISPA di Kelayan Timur Banjarmasin. Metode yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah sebagian warga dewasa muda di Kecamatan Kelayan Timur Banjarmasin dengan jumlah 50 orang diambil dengan sistematik random sampling. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengetahuan responden didapatkan hasil yang baik 27 orang (54%) dan buruk 23 orang (46%); tindakan pembakaran sampah yang baik didapatkan 23 orang (46%) dan buruk 27 orang (54%); frekuensi kejadian ISPA yang sering 13 orang (26%), frekuensi jarang 20 orang (40%) dan tidak pernah 17 orang (34%). Didapatkan nilai p=0,014 pada hubungan antara pengetahuan pembakaran sampah terbuka dengan frekuensi ISPA dan nilai p=0,024 pada hubungan antara tindakan pembakaran sampah terbuka dengan frekuensi ISPA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan tindakan pembakaran sampah terbuka dengan frekuensi ISPA di Kelayan Timur Banjarmasin. Kata-kata kunci: Frekuensi ISPA, pembakaran sampah, pengetahuan, tindakan pembakaran sampah
Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium Walp.) sebagai Ovisida dan Insect Growth Regulator terhadap Aedes aegypti Fernanda Rizky Maulidy; Erida Wydiamala; Agung Biworo
Homeostasis Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.655 KB)

Abstract

Abstract: Pucuk Merah leaves has several secondary metabolic compunds content like flavonoid that affect insect’s development. The purpose are to find out the activity of ovicide and IGR on pucuk merah leaves ethanol extract. This experiment using experimental type with posttest-only control group design method using eight groups for the preliminary test, seven groups for ovicide and IGR with 4 replication. The groups are 1%, 0,5%, 0,25%, 0,125%, 0,0625%, 0,03125%, negative control (water), positive control. Probit analysis obtained LC10, LC25, LC50, LC90, LC99 with each point are 0,190%, 0,264%, 0,382%, 0,769%, 1,359%. Kruskal-wallis test obtained P=0.002. Mann-whitney test towards the negative control are P=0,147, P=0,114, and P=0,136 and data from the laboratory obtained that there is an ovicide activity from pucuk merah leaves and has a similarity with positive control. IGR activity concentrations of 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,8%, 1,4% obtained IGR activity respectively 78%, 89%, 89%, 91%, 100%. Keyword: ovicide, insect growth regulator, pucuk merah leaves, Aedes aegypti Abstrak: Daun Pucuk Merah memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder flavonoid yang memiliki pengaruh pada perkembangan serangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas ovisida dan IGR ekstrak etanol daun pucuk merah, menggunakan jenis eksperimental metode posttest-only with control group design menggunakan delapan kelompok untuk uji pendahuluan, tujuh kelompok untuk ovisida dan IGR dengan 4 replikasi. Delapan kelompok, 1%, 0,5%, 0,25% 0,125%, 0,0625%, 0,03125% kontrol negatif, dan kontrol positif. Uji probit didapatkan nilai LC10, LC25, LC50, LC90, dan LC99 sebesar 0,190%, 0,264%, 0,382%, 0,769%, dan 1,359%. Uji Kruskal-wallis didapatkan nilai P= 0.002. Uji Mann-whitney seluruh konsentrasi terhadap kontrol negatif didapatkan p=0,147, p=0,114, dan p=0,136, dan berdasarkan data laboratorium didapatkan jika ada aktivitas ovisida pada daun pucuk merah, dan memiliki kesetaraan dengan kontrol yang digunakan. Aktivitas IGR konsentrasi 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,8%, 1,4% didapatkan aktivitas IGR berturut-turut 78%, 89%, 89%, 91%, 100%. Kata kunci: ovisida, insect growth regulator, daun pucuk merah, Aedes aegypti.