Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA MUARA ENGGELAM KECAMATAN MUARA WIS KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Rina Wahyu Cahyani; Chandradewana Boer; Marlon I Aipassa; Fajar Alam
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2022.8.1.67-82

Abstract

Kegiatan pariwisata di Indonesia, diproyeksikan menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah secara berkesinambungan di masa mendatang, termasuk di Kalimantan Timur. Keberadaan kawasan tiga danau di Kutai Kartanegara, termasuk Danau Melintang, telah masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Pengembangan ekowisata di Desa Muara Enggelam yang berada persis di tepi Danau Melintang diharapkan mampu mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi pengembangan ekowisata di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan tahapan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pembahasan. Potensi ekowisata Desa Muara Enggelam yang bisa ditawarkan kepada pengunjung antara lain potensi biotik yang meliputi beberapa jenis tumbuhan, ikan dan burung; potensi fisik berupa bentuk bangunan pemukiman dan fasilitas lain yang merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi bentang alam wilayah. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh wisatawan antara lain tracking, berperahu, memancing, fotografi dan wisata kuliner. Berdasarkan hasil analisis SWOT, Ekowisata Desa Muara Enggelam berada pada kuadran I yang berarti bahwa kawasan wisata ini berada pada berpotensi untuk dikembangkan. Ekowisata Desa Muara Enggelam memiliki kekuatan dan peluang yang bisa menutupi kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peluang yang ada untuk pengembangannya.
KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA MUARA ENGGELAM KECAMATAN MUARA WIS KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Rina Wahyu Cahyani; Chandradewana Boer; Marlon I Aipassa; Fajar Alam
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2022.8.1.67-82

Abstract

Kegiatan pariwisata di Indonesia, diproyeksikan menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah secara berkesinambungan di masa mendatang, termasuk di Kalimantan Timur. Keberadaan kawasan tiga danau di Kutai Kartanegara, termasuk Danau Melintang, telah masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036 sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Pengembangan ekowisata di Desa Muara Enggelam yang berada persis di tepi Danau Melintang diharapkan mampu mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi pengembangan ekowisata di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan tahapan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pembahasan. Potensi ekowisata Desa Muara Enggelam yang bisa ditawarkan kepada pengunjung antara lain potensi biotik yang meliputi beberapa jenis tumbuhan, ikan dan burung; potensi fisik berupa bentuk bangunan pemukiman dan fasilitas lain yang merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi bentang alam wilayah. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh wisatawan antara lain tracking, berperahu, memancing, fotografi dan wisata kuliner. Berdasarkan hasil analisis SWOT, Ekowisata Desa Muara Enggelam berada pada kuadran I yang berarti bahwa kawasan wisata ini berada pada berpotensi untuk dikembangkan. Ekowisata Desa Muara Enggelam memiliki kekuatan dan peluang yang bisa menutupi kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peluang yang ada untuk pengembangannya.
Persepsi Masyarakat terhadap Adanya Penangkaran Rusa untuk Mengetahui Potensi Pemanfaatan Daging Rusa di Penangkaran Rusa Wana Wisata, Buana Jaya, Tanjung Sari, Bogor Eva Oktaviani; Yaya Rayadin; Chandradewana Boer; Paulus Matius; Emi Purwanti; Rachmad Budiwijaya Suba
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 23, No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v23i1.2925

Abstract

Efforts to protect nature is one of the main things and is quite important in order to maintain all levels of life in this universe. Conservation of nature is the main thing that is most influential for humans to survive, but as time goes by, the existence of nature is increasingly threatened. Preserving nature can be done in situ and ex-situ. One of the efforts in preserving nature ex-situ can be done with captivity efforts so that it can overcome the level of extinction. The research was carried out using a descriptive method with a cross-sectional approach in several stages, namely the interview was conducted by giving several questions to the respondents in the form of a questionnaire and there were 25 women and 36 men as respondents who gave opinions regarding the management of deer breeding and the use of venison. in West java. The results of interviews conducted from 61 respondents produced the following data, namely 67.2% agreed about the captive breeding program, 59% of people were interested in the captive breeding program as a tourist attraction, 70.5% of people admitted that deer meat could be consumed, 80.3% claimed that they had never consumed venison, 21.3% knew the benefits of venison, 42.6% admitted that they knew the law regarding illegal deer capture and 24.6% admitted that they knew the law regarding illegal hunting. This research is expected to be a reference for captive managers in Wana Wisata to obtain information about the success of deer breeding and the potential use of deer meat.
Daya dukung ekowisata Bontang Mangrove Park di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur Siti Haryanti; Albert Laston Manurung; Rustam Rustam; Chandradewana Boer; Rachmat Budiwijaya Suba
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v7i1.8894

Abstract

Bontang Mangrove Park (BMP) merupakan bagian kawasan mangrove dari Taman Nasional Kutai yang berada di Kota Bontang seluas kurang lebih 200 hektar. Pemberian nama BMP menekankan arti bahwa kawasan hutan mangrove yang dimaksud berada di wilayah Kota Bontang, menunjukkan bahwa pengembangan kawasan ini diperuntukkan untuk masyarakat dan pemerintah Kota Bontang dan bukan hanya menjadi milik BTNK, dikembangkan untuk kepentingan rekreasi, konservasi, edukasi dan petualangan. Tingkat kunjungan yang berlebih akan menurunkan kualitas kawasan ekowisata itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya analisis daya dukung ekowisata dalam upaya mencapai pengeloaan yang berkelanjutan. Untuk itu setiap jenis aktivitas wisata yang dikembangkan harus diarahkan untuk memperhatikan aspek daya dukung. Penelitian ini dilakukan pada rentang antara Desember 2019 sampai Januari 2020 dengan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang diambil secara langsung di lapangan dan wawancara bersama pengunjung, masyarakat dan pengelola. Hasil perhitungan terhadap daya dukung fisik kawasan Bontang Mangrove Park untuk ketiga tempat kegiatan (boardwalk, dermaga, camping ground) berturut-turut yaitu 433 orang/hari, 123 orang/hari, dan 1.102 orang/hari.
ESTIMASI KARBON STOK PADA PEPOHONAN DI ARBORETUM LABORATORIUM SUMBERDAYA HAYATI KALIMANTAN (LSHK), UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA Rita Diana; Oscar Situmorang; Hastaniah Hastaniah; Sutedjo Sutedjo; Chandradewana Boer
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 12, No 1 (2022): Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v12i1.53870

Abstract

The arboretum is a collection of various plants or vegetation that has been planted for research and education purposes. Furthermore, vegetation is a carbon dioxide gas absorbent and an oxygen-producing source, both of which are required by living things as a source of breathing. The objective of this study is to estimate carbon accumulation and potential carbon dioxide absorption with vegetation in the arboretum of the LSHK, as well as to understand the contribution of each type of vegetation in the arboretum to carbon dioxide absorption. The method used in this study is a census form which then measures both diameter and height on all vegetation larger than 5 cm in diameter. Allometries are used to analyze carbon accumulation and carbon dioxide absorption. Field measurements revealed 44 trees and 17 sapling species, 24 families, and 352 individuals. Aquilaria malaccensis has the most extensive carbon stock of trees, with 17,610.41 kg/species; Anisoptera costata comes in second, with 11,497.75 kg/species.Arenga pinnata, on the other hand, has the lowest carbon stock, with an average of 8.32 kg/individual tree. The species Aquilaria malaccensis has the most extensive carbon stock of saplings, with 35 individuals and 239.52 kg/species of total carbon stock. Meanwhile, Diospyros blancoi is the first lowest carbon stock, with a total of 0.54 kg/species. Aquilaria malaccensis has the highest potential for carbon dioxide absorption of any tree, with 64,571.52 kg/species. Otherwise, Arenga pinnata has the lowest value of 30.49 kg/species. The most significant result for saplings was Aquilaria malaccensis, with a value of 878.24 kg/type, followed by Diospyros blancoi, with a value of 1.99 kg/species.Keywords: Tree, Sapling, Carbon stock, ArboretumAbstrakArboretum adalah koleksi berbagai jenis tanaman atau vegetasi yang ditanam untuk penelitian, pendidikan. Selain itu, vegetasi juga merupakan penyerap gas karbon dioksida dan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup sebagai sumber pernapasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperkirakan akumulasi karbon dan potensi penyerapan karbon dioksida dengan vegetasi di Arboretum Laboratorium Sumber Daya Hayati Kalimantan, mengetahui kontribusi setiap jenis vegetasi dalam Arboretum dalam penyerapan karbon dioksida. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk sensus pada semua vegetasi yang berdiameter ≥ 5 cm, mengukur diameter dan tinggi. Analisis akumulasi karbon dan penyerapan karbon dioksida dilakukan menggunakan allometrik. Pengukuran lapangan menemukan 44 spesies pohon dan 17 jenis sapihan, 24 famili, dan 352 individu. Analisis data yang diperoleh stok karbon pohon yang paling besar adalah Aquilaria malaccensis dengan 17.610,41 kg/jenis, selanjutnya yang kedua adalah Anisoptera costata, dengan 11.497,75 kg/jenis. Di sisi lain, stok karbon terendah adalah Arenga pinnata dengan nilai 8,32 kg/jenis. Stok karbon sapihan yang paling besar adalah spesies Aquilaria malaccensis, dengan 35 individu dan 239,52 kg/jenis dari total stok karbon. Sementara itu, Diospyros blancoi, dengan jumlah 0,54 kg/jenis, merupakan stok karbon terendah pertama. Potensi penyerapan karbon dioksida untuk pohon yang diperoleh hasil yang paling besar adalah Aquilaria malaccensis dengan nilai 64.571,52 kg/jenis, yang terendah adalah Arenga pinnata dengan nilai 30,49 kg/jenis, dan untuk sapihan didapat hasil yang terbesar Aquilaria malaccensis dengan nilai 878,24 kg/jenis lalu yang terendah Diospyros blancoi dengan nilai 1,99 kg/jenis.Kata kunci: Pohon, Sapihan, Stok karbon, Arboretum