Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI HABITAT EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DAS SAUSU SULAWESI TENGAH Rukmi, Rukmi; Bratawinata, Ach. Ariffien; Pitopang, Ramadhanil; Matius, Paulus
Jurnal Warta Rimba Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.007 KB)

Abstract

The commercial utilization of ebony and the encroachment of its habitat to be converted into various community necessities have led to the decline of ebony species in their natural habitat. The physical and chemical properties of soil are a vital element of the habitat for the growth of vegetation, including in the ebony species. This study aimed to investigate the physical and chemical properties of soil at various altitudes in the Sausu Watershed, Central Sulawesi.  This study was conducted in the Sausu watershed, Central Sulawesi, which is a natural dispersion area for ebony. Completed composite soil sampling was conducted at three altitudes, i.e., 100-<250 m asl, 250-<400 m asl and 400-550 m asl. Subsequently, the samples were analyzed at Soil Science Laboratory of Faculty of Agriculture, Universitas Tadulako. It was carried out from February to May 2015. The results indicated that the slope and back at various altitudes of the Sausu watershed have insignificant effect on the physical and chemical properties of soil in ebony habitat. The properties, including the soil texture, permeability, bulk density or soil porosity, soil chemical properties, demonstrate the acidity level of “sour to acid”. Meanwhile, the availability of organic-C, N, P, K is classified as very low, low and moderate. The criteria of CEC is moderate to high towards fertile soil, but accompanied with moderate and high C/N ratios and very low, low and high base saturation.Keywords: Diospyros celebica, the soil’s physical and chemical properties, Sausu watershed.
Inventarisasi Tumbuhan Tingkat Pancang Dan Semai Berkhasiat Obat Di Lembo Yang Digunakan Oleh Suku Dayak Tunjung Kampung Ngenyan Asa Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat Eldi Parliansyah; Paulus Matius; Hastaniah Hastaniah; Yosep Ruslim
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid VII Nomor 2 Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v7i2.189

Abstract

Salah satu cara pengelolaan hutan oleh masyarakat tradisional suku Dayak di kabupaten Kutai Barat adalah dengan menanam berbagai macam tumbuhan buah-buahan lokal yang biasa mereka sebut lembo. Selama ini lembo dikenal luas sebagai penghasil buah-buahan, namun pada penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manfaat lain yang dapat diperoleh dari lembo tersebut, yang dalam hal ini adalah pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hasil inventarisasi dua lokasi lembo yaitu di lembo labakng iweeq dan lembo labakng mooq, pada lokasi pertama diperoleh tumbuhan tingkat pancang 43 jenis dari 22 famili dengan jumlah individu 1.255 dan dengan kerapatan 125.946 individu ha-1, tingkat semai dan tumbuhan bawah 54 jenis dari 35 famili kerapatan 6.784 individu ha-1, Pada lokasi kedua diperoleh, tingkat pancang 33 jenis dari 20 famili dengan kerapatan 3.961 individu ha-1, semai dan tumbuhan bawah 35 jenis dari 25 famili dengan kerapatan 3.961 individu ha-1. Hasil wawancara tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat ditemukan 34 jenis dalam 27 famili tumbuhan yang dimanfaatkan untuk mengobati 37 macam penyakit diantaranya adalah, Poikilospermum suaveolens (Blume) Merr yang digunakan untuk mengobati kencing batu, sakit pinggang, kanker, sariawan, penambah berat badan. Eurycoma longifolia Jack diginakan untuk mengobati rematik, tipes, sakit pinggang, susah buang air kecil, luka luar dan impoten. Fordia splendissima (Blume ex Miq.) Buijsen digunakan untuk penawar racun binatang, keracunan makanan, bedak dan peralatan dalam ritual pengobatan. Proses pengolahan yang paling banyak dilakukan sebelum pemakaian adalah dengan merebus bagian tumbuhan dan meminumnya 11 jenis (20%), pemanfaatan bagian tumbuhan secara langsung 10 jenis (19%), sebagai peralatan dalam ritual pengobatan 8 jenis (15%).
POTENSI AGROFORESTRI DI DESA MARA SATU KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Marlan Usmani Putra; Rujehan Rujehan; Mustofa Agung Sardjono; Paulus Matius; Ahyauddin Ahyauddin
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 19, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/af.v19i1.4572

Abstract

Agroforestri tradisional yang berkembang dari budaya lokal memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan rumah tangga petani di Desa Mara Satu. Pendapatan merupakan indikator ekonomi petani karena besarnya pendapatan akan menentukan pemenuhan kebutuhan hidupnya, tetapi pendapatan juga ditentukan oleh nilai ekonomi dari komoditi atau produk agroforestri yang dihasilkan oleh petani. Potensi Agroforestri dapat dilihat dari dua aspek, yaitu potensi vegetasi penyusun agroforestri dan potensi ekonomi komoditi agroforestri. untuk potensi vegetasi penyusun agroforesti dengan melihat hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu, sedangkan potensi ekonomi dilihat dari nilai ekonomi dari produk agroforestri yang dihasilkan dari sistem agroforestri yang ada. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mara Satu Kecamatan Tanjung Palas Barat Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. Metodologi yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sedangakan penentuan jumlah sampel ditentukan berdasarkan teknik Slovin. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan dimuat dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Volume total (potensi) tanaman agroforestri responden Desa Mara Satu adalah 797,18 m3 dengan Volume tegakan paling besar adalah tanaman Durian (Durio zibethinus) sebesar 270.34 m3. Potensi tanaman obat Desa Mara Satu memiliki total nilai ekonomi sebesar Rp. 177.099.000,- per tahun dengan potensi yang paling besar adalah jahe merah (Zingiber officinale Linn. var. rubrum)  yaitu sebesar Rp. 81.600.000,- per tahun. Total nilai ekonomi produk tanaman agroforestri dari 37 responden petani Desa Mara Satu adalah sebesar Rp. 3.385.889.000,- per tahun.
APLIKASI AIR KELAPA PADA PERKECAMBAHAN BENIH KALANGKALA (Listea garciae Vidal) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN PEMERAMAN Marjenah Marjenah; Paulus Matius; Agustina Hura
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 20, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v20i1.5091

Abstract

Kalangkala (L. garciae Vidal) merupakan salah satu buah lokal Kalimantan yang belum tersentuh teknologi. Buah kalangkala merupakan buah musiman yang  hanya ditemui setahun sekali pada waktu tertentu, bersama-sama dengan buah musiman lainnya. Selama ini petani mengambil buahnya dari tumbuhan yang hidup liar tanpa membudidayakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan perendaman dan pemeraman terhadap persentase perkecambahan benih, daya kecambah, tipe perkecambahan, kelompok biji (rekalsitran atau ortodoks) laju perkecambahan, dan tinggi kecambah kalanglala (L. garciaeVidal). Penelitian ini dilaksanakan di persemaian Laboratorium Silvikultur, Universitas Mulawarman. Penelitian ini dirancang dengan mengikuti pola Rancangan Acak Lengkap faktorial  dengan perlakuan terdiri dari faktor perendaman (A), terdiri dari tiga tingkatan A1 (1 hari), A2(2 hari), dan A3(3 hari) dan faktor pemeraman (B), tiga tingkatan B1 (1 hari), B2 (2 hari) dan B3 (3 hari). Dua faktor tersebut dikombinasikan dan terdapat sembilan kombinasi dengan 3 ulangan beserta kontrol (tanpa perlakuan) dengan 3 ulangan. Keseluruhan biji yang disemai adalah 450 biji. Hasil penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan yang sangat baik dalam persentase hidup, dengan rata-rata mencapai 97%, rataan daya kecambah terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan perendaman air kelapa (A2) selama 12  jam dengan pemeraman selama 1, 2, dan 3 hari (B1, B2, B3) yaitu 98,67%. Kemudian untuk laju perkecambahan terbaik pada A1B1 dengan laju 11\hari, dan untuk tinggi perkecambahan terbaik terdapat pada A1B2. Serta berdasarkan hasil pengukuran kadar air, benih L. garciae Vidal termasuk dalam kategori rekalsitran dan tipe perkecambahannya adalah hypogeal.
REGENERASI ALAMI JENIS NON DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN FAHUTAN UNMUL (HPFU) SAMARINDA Rizky Isyarah; Paulus Matius; Sutedjo Sutedjo
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.05 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v3i1.2119

Abstract

This study aims to determine the natural condition of Non Dipterocarpaceae regeneration. The object of this research are sapling and seedling in secondary forests of HPFU by making 5 transects with length 200 meters where its laid 5 x 5 meters sapling plot and 2 x 2 meter seedling plot systematically each on the right and left side. The transects was made purposively by considering areas that were still natural or had not been planted before. The results showed that regeneration was dominated by shrub habitus at both growth level, Fordia splendidissima (Miq.) Buijsen dominating the sapling level and Psychotria viridiflora Reinw. Ex Blume dominating the seedling level. However, the number of individuals at sapling stage is more bigger than the number of seedling. The Fabaceae and Rubiaceae family are most common in this location. The diversity index value is classified as high with a composition that is almost even but still dominated by several species. By comparing the data before burning from Riswan in 1987 with the current research in the same location, it can be concluded that the regeneration of Non Dipterocarpaceae in HPFU area has decreased and it represent the species degradation after forest fires.
INVENTARISASI TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT YANG DIMANFAATKAN MASYARAKAT SUKU DAYAK LUNDAYEH Rita Diana; Paulus Matius
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.258 KB) | DOI: 10.32522/ujht.v1i1.845

Abstract

Tumbuhan obat merupakan potensi sumberdaya hayati yang mempunyai prospek ekonomi tinggi dimasa depan. Obat-obatan yang ada di pasaran dunia sebagian besar bersumber dari alam dan hampir setengahnya berasal dari tumbuhan tropis. Pembukaan lahan secara besar-besaran, penambangan, kebakaran hutan dapat mengakibatkan hilangnya spesies tumbuhan yang berkhasiat obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Dayak Lundayeh, mengetahui bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk obat dan mengetahui keberadaan tumbuhan obat pada beberapa areal lahan.Hasil penelitian menemukan90 jenis tumbuhan berkhasiat obat dimana 83,33% digunakan masyarakat Suku Dayak Lundayeh sebagai bahan obat tradisional dan 16,67% belum digunakan. Bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan adalah Daun (34,4%), Akar (17,8%), Semua bagian tumbuhan (10%), Buah (10%), Kulit batang (8,9%), Rimpang (6,7%), Batang (6,7%), Getah (3,3%), Bunga (1,1%) dan Biji (1,1%). Habitat tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan masyarakat Suku Dayak Lundayeh terdiri dari Pekarangan (41,1%), Hutan belukar (27,8%), Bekas ladang (18,9%) dan Hutan kerangas (12,2%).
KEHADIRAN DAN KERAGAMAN HERBA-LIANA SEBAGAI SUMBER PAKAN SATWA LIAR DI KAWASAN REKLAMASI PASCATAMBANG BATUBARA PT KIDECO JAYA AGUNG, PASER, KALIMANTAN TIMUR Slamet Rohmadi; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.71-82

Abstract

Kegiatan pemulihan fungsi kawasan ekosistem pascatambang dilakukan melalui kegiatan reklamasi dan revegatasi lahan. Penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi selama ini hanya didasarakan pada pertumbuhan dan keberadaan tanaman pokoknya. Kehadiran dan keragaman jenis tumbuhan bawah herba dan liana dikawasan reklamasi pascatambang belum menjadi indikator dalam penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi. Kehadiran jenis herba-liana sendiri sangat penting bagi sumber pakan satwa liar yang ada didalamnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kehadiran dan keragaman jenis herba-liana pada berbagai variasi umur tanaman reklamasi yang berbeda. Tingkat keragaman dan kehadiran didasarkan pada nilai frekuensi kehadiran pada masing masing subplotnya. Dari tabel 11 variasi umur tanaman yang berbeda menunjukkan bahwa semakin berkembang umur tanaman reklamasi akan diikuti pula oleh penambahan keanekaragaman jenisnya herba dan liana. Frekuensi dari 176 kehadiran menunjukkan bahwa jenis yang paling banyak hadir adalah jenis Zoysia matrella 80,7% (142 dari 176) diikuti oleh jenis Mucuna sp. 75% (132 dari 176) dan Asystasia intrusa 59,1% (104 dari 176). Secara umum kehadiran jenis tumbuhan bawah kategori herba liana sangat penting dalam mempercepat pemulihan ekosistem pascatambang.
STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT KUTAI MENGHADAPI PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SDA (STUDI KASUS: WILAYAH KEDANG IPIL, KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR) Hermin Efendi; Mustofa Agung Sardjono; Paulus Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.95-108

Abstract

ABSTRAKMasalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Kutai di wilayah Kedang Ipil adalah terkait ketergantungan mereka pada penggunaan lahan dan hasil hutan mulai terbatas karena perkembangan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi adaptasi masyarakat Kutai wilayah Kedang Ipil dalam menghadapi perubahan lingkungan biofisik dan sosial sebagai implikasi dari perkembangan pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara mendalam (indepth-interview), studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan sosial dalam aspek sosial ekonomi masyarakat dan aspek sosial budaya. Dalam perubahan sosial yang dihadapi masyarakat mengadaptasi mata pencaharian diversifikasi melalui pola napkah ganda, mempertahankan sistem berladang berpindah, mengumpulkan/berburu berbagai hasil hutan non-kayu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Adaptasi proses dilakukan oleh masyarakat adalah proses adaptasi yang adaptif di mana perubahan ini memiliki dampak positif pada keberlanjutan hutan (SDA).Kata kunci: Adaptasi, Strategi
PERILAKU BERSARANG ORANGUTAN MORIO (Pongo pygmaeus morio) PADA HABITAT DI SEKITAR SUNGAI SANGATA KANAN Zheri Hermawan; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.11-20

Abstract

Perubahan lanskap hutan alami akibat aktifitas pembangunan ekonomi maupun bencana kebakaran hutan memberi dampak kepada keberadaan habitat dan populasi Orangutan morio (Pongo pygmaeus morio). Kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan morio di Kalimantan Timur saat ini telah terfragmentasi menjadi beberapa unit habitat, dengan luasan yang bervariasi dan tersebar pada berbagai fungsi lanskap. Orangutan morio memiliki perilaku adaptasi yang baik dalam habitatnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan pengamatan karakteristik pohon sarang dan sarang orangutan morio pada habitatnya di sekitar sungai Sangata Kanan. Hasil pengamatan dijumpai 26 sarang di 25 pohon sarang dengan jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang paling banyak digunakan. Pada jalur transek tidak ditemukan sarang tipe A dan B. Secara umum, karakteristik sarangnya sangat penting dalam pemahaman kondisi habitat orangutan.
Keragaman Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Kampung Sakaq Lotoq Kabupaten Kutai Barat Zefanius Zefanius; Kiswanto Kiswanto; Paulus Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2020.6.1.51-62

Abstract

Pengetahuan tradisional yang memanfaatkan tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit telah dimiliki dan dipertahankan oleh masyarakat secara turun temurun. Sebagai contoh, pengetahuan suku Dayak yang bermukim di pedalaman hutan Kalimantan cukup besar sehingga dapat memilih dan memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan yang telah digunakan secara tradisional oleh masyarakat suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq di Kampung Sakaq Lotoq sebagai obat. Pengumpulan data-data lapangan menggunakan metode purposive sampling dan wawancara langsung dengan tokoh adat, petinggi kampung, dan para pembeliatn (dukun pengobatan). Penelitian ini telah menemukan 48 jenis tumbuhan dari 28 suku yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah daun dan akar. Jenis tumbuhan berkhasiat obat tersebut telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat untuk menyembuhkan 29 jenis penyakit.