Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KEHADIRAN DAN KERAGAMAN HERBA-LIANA SEBAGAI SUMBER PAKAN SATWA LIAR DI KAWASAN REKLAMASI PASCATAMBANG BATUBARA PT KIDECO JAYA AGUNG, PASER, KALIMANTAN TIMUR Slamet Rohmadi; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.71-82

Abstract

Kegiatan pemulihan fungsi kawasan ekosistem pascatambang dilakukan melalui kegiatan reklamasi dan revegatasi lahan. Penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi selama ini hanya didasarakan pada pertumbuhan dan keberadaan tanaman pokoknya. Kehadiran dan keragaman jenis tumbuhan bawah herba dan liana dikawasan reklamasi pascatambang belum menjadi indikator dalam penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi. Kehadiran jenis herba-liana sendiri sangat penting bagi sumber pakan satwa liar yang ada didalamnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kehadiran dan keragaman jenis herba-liana pada berbagai variasi umur tanaman reklamasi yang berbeda. Tingkat keragaman dan kehadiran didasarkan pada nilai frekuensi kehadiran pada masing masing subplotnya. Dari tabel 11 variasi umur tanaman yang berbeda menunjukkan bahwa semakin berkembang umur tanaman reklamasi akan diikuti pula oleh penambahan keanekaragaman jenisnya herba dan liana. Frekuensi dari 176 kehadiran menunjukkan bahwa jenis yang paling banyak hadir adalah jenis Zoysia matrella 80,7% (142 dari 176) diikuti oleh jenis Mucuna sp. 75% (132 dari 176) dan Asystasia intrusa 59,1% (104 dari 176). Secara umum kehadiran jenis tumbuhan bawah kategori herba liana sangat penting dalam mempercepat pemulihan ekosistem pascatambang.
PENGEMBANGAN BONTANG MANGROVE PARK SEBAGAI MODEL PERLINDUNGAN EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN NASIONAL KUTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN Eko Harjanto; Yaya Rayadin; Marlon I Aipassa; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.21-30

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Taman Nasional Kutai yang diberi nama Bontang Mangrove Park, sebagai kawasan wisata alam yang bertujuan untuk perlindungan terhadap ekosistem mangrove di Kota Bontang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan tutupan lahan pada Kawasan Bontang Mangrove Park dengan menggunakan citra tutupan lahan tahun 2002 sampai dengan tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bontang Mangrove Park seluas 294,78 Ha memiliki tutupan lahan (forest cover) terutama hutan mangrove seluas 203,58 Ha (29,06%) pada tahun 2002, meningkat menjadi 241,75 Ha (82,01%) pada tahun 2009, dan bertambah menjadi 264,61 Ha (89,77%) pada tahun 2018.  Peningkatan tutupan hutan seluas 61,03 Ha (30%) pada tahun 2002-2018 umumnya disebabkan adanya perubahan tutupan tambak menjadi ekosistem hutan mangrove dalam kurun waktu 16 tahun tersebut. Hasil ini setidaknya menunjukkan bahwa pengembangan Bontang Mangrove Park sebagai salah satu model perlindungan ekosistem hutan mangrove berbentuk ekowisata di Taman Nasional Kutai (TNK) mampu memberikan dampak positif  terhadap peningkatan kualitas tutupan hutan mangrove di Kota Bontang.
PERILAKU BERSARANG ORANGUTAN MORIO (Pongo pygmaeus morio) PADA HABITAT DI SEKITAR SUNGAI SANGATA KANAN Zheri Hermawan; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.11-20

Abstract

Perubahan lanskap hutan alami akibat aktifitas pembangunan ekonomi maupun bencana kebakaran hutan memberi dampak kepada keberadaan habitat dan populasi Orangutan morio (Pongo pygmaeus morio). Kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan morio di Kalimantan Timur saat ini telah terfragmentasi menjadi beberapa unit habitat, dengan luasan yang bervariasi dan tersebar pada berbagai fungsi lanskap. Orangutan morio memiliki perilaku adaptasi yang baik dalam habitatnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan pengamatan karakteristik pohon sarang dan sarang orangutan morio pada habitatnya di sekitar sungai Sangata Kanan. Hasil pengamatan dijumpai 26 sarang di 25 pohon sarang dengan jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang paling banyak digunakan. Pada jalur transek tidak ditemukan sarang tipe A dan B. Secara umum, karakteristik sarangnya sangat penting dalam pemahaman kondisi habitat orangutan.
Variasi Umur Tanaman Reklamasi Terhadap Struktur dan Komposisi Vegetasi di Areal Reklamasi Tambang PT Kideco Jaya Agung, Paser, Kalimantan Timur Slamet Rahmadi; Paulus Matius; Agung Adhitya Priahutama; Dendi Nur Ramadani; Jamilatul Munawarah; Rizki Maharani; Yaya Rayadin
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.1.13-21

Abstract

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan reklamasi adalah dengan cara menghitung jumlah jenis vegetasi yang tumbuh pada areal reklamasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variasi umur tanaman terhadap struktur dan komposisi vegetasi di areal reklamasi tambang (KRPT) PT Kideco Jaya Agung (PT KJA), Paser, Kalimantan Timur melalui kegiatan monitoring dan evaluasi vegetasi tahunan. Lokasi studi mencakup 13 (tiga belas) KRPT dengan umur tanaman 1-13 tahun. Nilai kerapatan vegetasi tertinggi pada masing-masing kategori adalah 1.125 individu/ha (KRPT umur 12 tahun) untuk tingkat pohon, 650 individu/ha (KRPT umur 10 tahun) untuk tingkat pancang dan 525 individu/ha (KRPT umur 8 tahun) untuk tingkat semai. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat 51 jenis vegetasi yang berasal dari 22 famili tanaman ditemukan pada areal konsesi PT KJA site Roto Samurangau. Dimana 32 diantaranya merupakan jenis tanaman yang tumbuh secara alami, sedangkan 19 jenis vegetasi lainnya merupakan jenis tanaman pokok. Berdasarkan variasi nilai kuantitatif pada masing-masing lokasi yang diamati, tidak tampak bahwa semakin tua umur tanaman, maka semakin tinggi pula nilai kerapatan vegetasi, basal area, dan kehadiran jenisnya. Namun, meskipun secara umum menurun, keragaman jenis pohon pada tanaman reklamasi yang lebih tua cenderung lebih beragam. Hal tersebut dikarenakan berbedanya situasi dan kondisi masing-masing KRPT yang diamati, seperti perbedaan kondisi tanah, jenis tanaman, dan jarak lokasi studi dengan hutan alam. Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi yang dilakukan pada penelitian ini diketahui bahwa KRPT dengan umur tanam 12 tahun memiliki komposisi vegetasi yang paling beragam, dimana dari 19 jenis vegetasi, 14 diantaranya merupakan jenis tanaman yang tumbuh secara alami. ABSTRACTThe one indicator used to measure the reclamation succession activities is by calculating the number of vegetation species that grow in reclamation area. This study aimed to determined the variations in plant age on the vegetation structure and composition in the mine reclamation area (KRPT) of PT Kideco Jaya Agung (PT KJA), Paser, East Kalimantan through annual vegetation monitoring and evaluation activities. The study sites cover 13 (thirteen) KRPTs with a plant age of 1-13 years. The highest vegetation density values in each category were 1,125 individuals/ha (12 years old KRPT) for the tree level, 650 individuals/ha (10 years old KRPT) for the sapling level and 525 individuals/ha (8 years old KRPT) for the seedling level. Present study also showed that there were 51 species of vegetation from 22 plant families found in the concession area of PT KJA, 32 are naturally species while others 19 species are main vegetation. Based on the variation of quantitative values at each location observed, it was not appeared that the older plant age affected to the higher value of vegetation density, basal area, and species presence. However, although it was generally declined, tree species diversity in older reclaimed plants tended to be more diverse. This is probably due to the different situations and conditions of each observed KRPT, such as differences in soil conditions, plant species, and the distance between study site and natural forest. The result of plant species identification and inventory showed that KRPT with a planting age of 12 years had the most diverse vegetation composition, where from 19 species there are 14 species of them grown naturally 
KEHADIRAN DAN KERAGAMAN HERBA-LIANA SEBAGAI SUMBER PAKAN SATWA LIAR DI KAWASAN REKLAMASI PASCATAMBANG BATUBARA PT KIDECO JAYA AGUNG, PASER, KALIMANTAN TIMUR Slamet Rohmadi; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.71-82

Abstract

Kegiatan pemulihan fungsi kawasan ekosistem pascatambang dilakukan melalui kegiatan reklamasi dan revegatasi lahan. Penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi selama ini hanya didasarakan pada pertumbuhan dan keberadaan tanaman pokoknya. Kehadiran dan keragaman jenis tumbuhan bawah herba dan liana dikawasan reklamasi pascatambang belum menjadi indikator dalam penilaian keberhasilan kegiatan reklamasi. Kehadiran jenis herba-liana sendiri sangat penting bagi sumber pakan satwa liar yang ada didalamnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kehadiran dan keragaman jenis herba-liana pada berbagai variasi umur tanaman reklamasi yang berbeda. Tingkat keragaman dan kehadiran didasarkan pada nilai frekuensi kehadiran pada masing masing subplotnya. Dari tabel 11 variasi umur tanaman yang berbeda menunjukkan bahwa semakin berkembang umur tanaman reklamasi akan diikuti pula oleh penambahan keanekaragaman jenisnya herba dan liana. Frekuensi dari 176 kehadiran menunjukkan bahwa jenis yang paling banyak hadir adalah jenis Zoysia matrella 80,7% (142 dari 176) diikuti oleh jenis Mucuna sp. 75% (132 dari 176) dan Asystasia intrusa 59,1% (104 dari 176). Secara umum kehadiran jenis tumbuhan bawah kategori herba liana sangat penting dalam mempercepat pemulihan ekosistem pascatambang.
PENGEMBANGAN BONTANG MANGROVE PARK SEBAGAI MODEL PERLINDUNGAN EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN NASIONAL KUTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN Eko Harjanto; Yaya Rayadin; Marlon I Aipassa; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.21-30

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Taman Nasional Kutai yang diberi nama Bontang Mangrove Park, sebagai kawasan wisata alam yang bertujuan untuk perlindungan terhadap ekosistem mangrove di Kota Bontang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan tutupan lahan pada Kawasan Bontang Mangrove Park dengan menggunakan citra tutupan lahan tahun 2002 sampai dengan tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bontang Mangrove Park seluas 294,78 Ha memiliki tutupan lahan (forest cover) terutama hutan mangrove seluas 203,58 Ha (29,06%) pada tahun 2002, meningkat menjadi 241,75 Ha (82,01%) pada tahun 2009, dan bertambah menjadi 264,61 Ha (89,77%) pada tahun 2018.  Peningkatan tutupan hutan seluas 61,03 Ha (30%) pada tahun 2002-2018 umumnya disebabkan adanya perubahan tutupan tambak menjadi ekosistem hutan mangrove dalam kurun waktu 16 tahun tersebut. Hasil ini setidaknya menunjukkan bahwa pengembangan Bontang Mangrove Park sebagai salah satu model perlindungan ekosistem hutan mangrove berbentuk ekowisata di Taman Nasional Kutai (TNK) mampu memberikan dampak positif  terhadap peningkatan kualitas tutupan hutan mangrove di Kota Bontang.
PERILAKU BERSARANG ORANGUTAN MORIO (Pongo pygmaeus morio) PADA HABITAT DI SEKITAR SUNGAI SANGATA KANAN Zheri Hermawan; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.11-20

Abstract

Perubahan lanskap hutan alami akibat aktifitas pembangunan ekonomi maupun bencana kebakaran hutan memberi dampak kepada keberadaan habitat dan populasi Orangutan morio (Pongo pygmaeus morio). Kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan morio di Kalimantan Timur saat ini telah terfragmentasi menjadi beberapa unit habitat, dengan luasan yang bervariasi dan tersebar pada berbagai fungsi lanskap. Orangutan morio memiliki perilaku adaptasi yang baik dalam habitatnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan pengamatan karakteristik pohon sarang dan sarang orangutan morio pada habitatnya di sekitar sungai Sangata Kanan. Hasil pengamatan dijumpai 26 sarang di 25 pohon sarang dengan jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang paling banyak digunakan. Pada jalur transek tidak ditemukan sarang tipe A dan B. Secara umum, karakteristik sarangnya sangat penting dalam pemahaman kondisi habitat orangutan.
Persepsi Masyarakat terhadap Adanya Penangkaran Rusa untuk Mengetahui Potensi Pemanfaatan Daging Rusa di Penangkaran Rusa Wana Wisata, Buana Jaya, Tanjung Sari, Bogor Eva Oktaviani; Yaya Rayadin; Chandradewana Boer; Paulus Matius; Emi Purwanti; Rachmad Budiwijaya Suba
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 23, No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v23i1.2925

Abstract

Efforts to protect nature is one of the main things and is quite important in order to maintain all levels of life in this universe. Conservation of nature is the main thing that is most influential for humans to survive, but as time goes by, the existence of nature is increasingly threatened. Preserving nature can be done in situ and ex-situ. One of the efforts in preserving nature ex-situ can be done with captivity efforts so that it can overcome the level of extinction. The research was carried out using a descriptive method with a cross-sectional approach in several stages, namely the interview was conducted by giving several questions to the respondents in the form of a questionnaire and there were 25 women and 36 men as respondents who gave opinions regarding the management of deer breeding and the use of venison. in West java. The results of interviews conducted from 61 respondents produced the following data, namely 67.2% agreed about the captive breeding program, 59% of people were interested in the captive breeding program as a tourist attraction, 70.5% of people admitted that deer meat could be consumed, 80.3% claimed that they had never consumed venison, 21.3% knew the benefits of venison, 42.6% admitted that they knew the law regarding illegal deer capture and 24.6% admitted that they knew the law regarding illegal hunting. This research is expected to be a reference for captive managers in Wana Wisata to obtain information about the success of deer breeding and the potential use of deer meat.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE PT INHUTANI I UNIT BATU AMPAR-MENTAWIR KELURAHAN MENTAWIR KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Suharyono Suharyono; Marlon Ivanhoe Aipassa; Dewi Embong Bulan; Karyati Karyati; Yaya Rayadin; Martha Ekawati Siahaya; Yosep Ruslim; Rochadi Kristiningrum
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 22, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v22i2.6774

Abstract

Penelitian  ini  merupakan  penelitian  deskriptif  dengan  pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi ekowisata hutan mangrove pada kawasan lindung PT Inhutani I Unit Batu Ampar – Mentawir  yang dapat dikembangkan sebagai ekowisata hutan mangrove selanjutnya, mengetahui bagaimanakah strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh PT Inhutani I Unit Batu Ampar-Mentawir terhadap  ekowisata hutan mangrove pada kawasan lindung berbasiskan pemberdayaan masyarakat lokal. Metode penelitian dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara, kuesioner dan studi literatur selanjutnya dianalisa menggunakan SWOT. Berdasarkan observasi lapangan diketahui adanya potensi sumberdaya ekowisata hutan mangrove dan destinasi wisata lainnya sangat layak untuk dikembangkan, hasil kuesioner tentang persepsi pengelola, pengunjung, masyarakat sekitar hutan (kelompok sadar wisata) dan instansi pemerintah diketahui adanya minat sangat tinggi, hasil wawancara mendalam diperoleh informasi potensi dan pengembangan destinasi ekowisata lainnya, hasil deliniasi peta citra diperoleh data luasan kerapatan tegakan mangrove dan hasil studi literatur diketahui keanekaragaman vegetasi mangrove dan biodiversity. Strategi pengembangan ekowisata berdasarkan SWOT menunjukkan bahwa strategi pengembangan ekowisata hutan mangrove terletak pada kuadran (1) satu pada titik sumbu X positif dengan nilai 1,65 dan titik sumbu Y positif dengan nilai 1,65 sehingga dinyatakan sangat menguntungkan untuk pengembangan ekowisata hutan mangrove. (dimana aspek dari dalam lebih besar dari pada aspek dari luar dan aspek kekuatan dan peluang lebih baik dari pada aspek kelemahan dan ancaman).
SEBARAN DAN KARAKTERISTIK KONFLIK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DENGAN MANUSIA DI KALIMANTAN TIMUR Yoyok Sugianto; Rachmad Budiwijaya; Marlon Ivanhoe Aipassa; Sukartiningsih Sukartiningsih; Wawan Kustiawan; Yaya Rayadin
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 22, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v22i2.6828

Abstract

Orangutan di Kalimantan saat ini memiliki status konservasi critically endangered. Kerusakan habitat orangutan menyebabkan orangutan hidup pada lokasi yang berdekatan dengan aktivitas manusia, sehingga rawan menimbulkan konflik antara orangutan dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data dan informasi tentang sebaran dan karakteristik konflik antara orangutan (Pongo pygmaeus) dengan manusia yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui berbagai kejadian konflik antara orangutan dan manusia dilakukan melalui pengamatan deskriptif dan kuisioner. Di Provinsi Kalimantan Timur dalam periode waktu 10 tahun terakhir yakni tahun 2012 hingga 2021, ada 109 kejadian penanganan konflik antara manusia dengan orangutan. Terdapat 67 usaha baik secara rehabilitasi maupun translokasi. Orangutan berjenis kelamin jantan lebih banyak terlibat konflik yakni sebanyak 68 individu, sedangkan orangutan berjenis kelamin betina sebanyak 28 individu. Banyaknya kejadian konflik berdasarkan jenis kelamin dan kelas umur adalah sebanyak 96 kejadian, dimana orangutan dewasa memiliki kejadian yang paling banyak yakni sebanyak 42 kejadian, dan yang paling sedikit kejadian konfliknya yakni pada kelas umur bayi yaitu sebanyak 8 kejadian konflik. Menurut asal usul atau lokasi konflik, kebun masyarakat menjadi lokasi yang sering terjadi konflik yakni sebanyak 39 kejadian, areal kebun sawit merupakan lokasi terbanyak kedua yang mengalami kejadian konflik yakni sebanyak 17 kali kejadian.