Mukhsin Achmad
Department Of Islamic Studies (Master), Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Construction of Discrimination Against the Shi'a Community in Sampang, Madura: A Religious Structural Violence Perspective Mukhsin Achmad
Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum Vol 55, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Sharia and Law - Sunan Kalijaga State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajish.v55i1.634

Abstract

Abstrak: Paper ini mengkaji kekerasan terhadap komunitas Syiah di Sampang, Madura yang menjadi isu laten dan sangat mungkin akan terjadi di tempat dan waktu yang lain. Paper ini mengeksplorasi produksi media dalam masyarakat yang mengkonstruksi dan mendiskriminasi minoritas agama serta peran otoritas keagamaan di Sampang, Madura. Paper ini didasarkan pada penelitian kualitatif melalui studi kepustakaan dan empiris dengan memanfaatkan teori Johan Galtung dan memadukannya dengan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Paper ini menemukan bahwa wacana terhadap Syi’ah sebagai sistem kepercayaan sesat di Sampang Madura diproduksi oleh media. Otoritas agama mengambil cukup peran untuk mendukung dan menyebarkan wacana ini ke berbagai kelompok sosial. Dari kajian yang telah dilakukan juga ditemukan bahwa terdapat kekerasan kultural dan struktural terhadap komunitas Syi’ah di Sampang Madura dalam wujud diskriminasi, intimidasi dan kekerasan.Abstract: The paper examines the violence against the Shi'a community in Sampang, Madura. It is a latent issue and is highly likely to occur in different contexts. The paper also explores media production in the society that constructs and discriminates against religious minorities and the role of religious authorities in Sampang, Madura. The paper is mainly based on qualitative research through literature and empirical studies, utilizing Johan Galtung's triangulation of violence theory and Norman Fairclough's critical discourse analysis. The results indicate that the discourse on Shi'a as a dissenting group in Sampang, Madura, is produced by the media. Religious authorities play an essential role in supporting and spreading the discourse to various social groups. The study also highlights cultural and structural acts of violence to the Shi'a community in Sampang through discrimination, intimidation, and violence.
The Indonesian Council Ulama (MUI) and Religious Discourse In Indonesia Mukhsin Achmad
Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society Vol 2 No 2 (2022): Tebuireng: Journal of Islamic Studies and Society
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Hasyim Asy'ari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33752/tjiss.v2i2.2609

Abstract

This paper wants to explore the existence and role of the Indonesian Ulema Council (MUI) in religious discourse and practice in Indonesia. This research is library research using the theory of Critical Discourse Analysis by Norman Fairclough. The approach of this research is the political approach of Islamic law in Indonesia. Results This study found research findings related to the existence and role of MUI in the process of forming Islamic discourse in Indonesia. The MUI was designed by the government of the New Order Era as a medium of communication between the government and the ulama. The position of MUI in this era is more dominant in its role as "khodimul Hukumah" (government servant) and in the reform order its role has shifted to "khodimul ummah" (servant of the ummah). MUI as a big umbrella for Muslims has played a big role in shaping religious discourse in Indonesia through its products, namely fatwas and non-fatwas. Among the non-fatwa are in the form of tawsiyah, Tadzkiroh, amanah, attitude statements and appeals. Even though the fatwa and non-fatwa are morally binding, politically legal products of MUI products are often accommodated by the government into a legally binding public policy (law). In this context, the MUI has had an influence in the formation of religious discourse through the process of transformation from religious authority to state authority through government public policies.More about this source textSource text required for additional translation informationSend feedbackSide panels
KONTESTASI OTORITAS AGAMA (STUDI KASUS : FENOMENA WAR DI FACEBOOK DAN INSTAGRAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP INTERNAL UMAT ISLAM) Yulia Nafa Fitri Randani; Jalimah Zulfah Latuconsina; Mukhsin Achmad
At-Thullab : Jurnal Mahasiswa Studi Islam Vol. 4 No. 1 (2022): Ahwal syakhshiyah, Pendidikan Agam Islam, Ekonomi Islam
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/tullab.vol4.iss1.art13

Abstract

Perubahan zaman menjadikan sosial media layaknya kehidupan kedua umat manusia yang mempermudah aktivitas manusia dalam mengakses informasi dan menyampaikan aspirasi maupun keluh kesahnya secara bebas. Kebebasan dalam interaksi di sosial media ini memberikan comfort lebih dibandingkan interaksi di ruang luring khususnya dalam menyampaikan pendapat. Seringkali perbedaan pendapat tokoh berpengaruh dalam Islam atau ulama yang seharusnya menjadi hal yang wajar dalam menanggapi suatu masalah, berujung dengan adu argumen di antara para pengikut atau pengguna sosial media, sehingga war di sosial media menjadi peristiwa daring yang tidak terelakkan. Penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengungkap kontestasi otoritas keagamaan di kalangan pengguna sosial media yang berdampak pada krisis etika dalam interaksi daring dengan maraknya war antar pengguna media sosial dikarenakan perbedaan pendapat dari tokoh yang diikutinya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskriptif kualitatif dan dokumentasi data yang di peroleh melalui media sosial dan melakukan pengkajian terhadap data sekunder berupa literatur-literatur ilmiah yang mendukung topik yang diangkat dan wawancara kemudian dianalisis menggunakan teori segitiga konflik Johan Galtung.
Young Muslim Clicktivism and Religious Local Tradition Discourse in Banten and Yogyakarta Ade Fakih Kurniawan; Arif Rahman; Mukhsin Achmad; Fahmi Rizki Fahroji
Millah: Journal of Religious Studies Vol. 21, No. 3, August 2022
Publisher : Program Studi Ilmu Agama Islam Program Magister, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/millah.vol21.iss3.art9

Abstract

This paper focuses on the discourse of local religious traditions and its implication for the shifting religious authority among young Muslims in Banten and Yogyakarta dealing with their activity in social media (clicktivism). The existence of freedom of opinion and expression since the fall of the New Order and the widespread use of new media has had a significant influence on youth’s Muslimness, including the local Islamic tradition issues. In collecting data, this study utilized visual ethnography, observation, interview, and focus group discussion. While analyzing the collected data, we use Talal Asad’s Discursive Tradition. The research finds that the dissemination of information through social media was able to have a significant influence on the change in religious practices, especially in dealing with local religious (Islamic) traditions. This change is inseparable from the dynamic process of the discursive tradition of young Muslims on social media. Another implication of the process is a shift in religious authority from personal to impersonal.
ANALISIS POTENSI SUMBER BELAJAR DALAM BUKU ISLAM JALAN TENGAH KARYA YUSUF QARDHAWI Abdul Fikri; Mukhsin Achmad
Kuttab : Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol 7, No 2 (2023): Kuttab : Jurnal Ilmu Pendidikan Islam
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/ktb.v7i2.1651

Abstract

The struggles with various phenomena of intolerance and discrimination that occur in the midst of society, especially young people today, make Islamic religious education must increasingly expand learning resources that are not only at the level of normativism alone but more to the effort of comprehensive actualization of Islamic teachings. This study aims to analyze the book Islam the Middle Way by Yusuf Qardhawi as an additional learning resource for Islamic religious education materials. This type of research is included in the qualitative type of library research with the book Islam Jalan Tengah by Yusuf Qardhawi as the primary reference. Data collection used documentation study techniques. Data analysis techniques were carried out descriptively, through the stages of data reduction, data presentation and conclusion drawing. This study concludes that the values of religious moderation from Yusuf Qardhawi's perspective are relevant to the narrative of religious moderation through education by the Ministry of Religion, further to make the book Islam Jalan Tengah by Yusuf Qardhawi as a learning resource can be done through stages: 1) Finding the relationship of the book Islam Jalan Tengah with KI, KD, and PAI learning objectives; 2) Determining the characteristics of PAI material delivery by adjusting input from Yusuf Qardhawi.
ANALISIS KAUSALITAS DISPENSASI NIKAH DI PONOROGO TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA DALAM TINJAUAN MAQASHID ASY-SYARIAH Faisal Ahmad Ferdian Syah; Fatimah Azzahra; Mukhsin Achmad
At-Thullab : Jurnal Mahasiswa Studi Islam Vol. 5 No. 3 (2023): Ahwal Syakhsiyah, Pendidikan Agama Islam, Ekonomi Islam
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/tullab.vol5.iss3.art7

Abstract

Problematika dispensasi nikah menjadi sebuah problematika yang kasusnya terus naik dari waktu ke waktu, khususnya di Ponorogo. Jumlah kasus yang bocor ke media sosial menjadikan kasus dispensasi di Ponorogo marak diperbincangkan. Disebutkan dalam data bahwa jumlah kasus pada tahun 2019 sebanyak 97 kasus, tahun 2018 sebanyak 241, lalu tahun 2021 sebanyak 266 kasus. Namun daripada itu, kompleksitas problematika dispensasi nikah harus terus ditinjau ulang. Pertama, mengenai pentingnya pembatasan usia pernikahan dalam undang-undang, sedangkan Islam sendiri tidak membatasi hal tersebut. Kemudian tentang perubahan undang-undang yang mengatur pembatasan usia tersebut, dimana terdapat peningkatan usia minimal dan penyetaraan usia pernikahan calon pasangan. Kedua, mengenai perincian ‘alasan mendesak’ pengajuan dispensasi nikah yang disebutkan dalam undang-undang. Generalisasi frasa ‘alasan mendesak’ ini memicu subyektivitas penilaian dalam pemberian dispensasi nikah, perbedaan interpretasi hukum, konsistensi regional atau local, serta kebijakan yang bertentangan. Untuk itu, faktor-faktor yang melatarbelakangi dispensasi nikah akan dikaji ulang. Ketiga, mengenai implikasi diberikannya dispensasi nikah setelah pertimbangan hakim. Semua problematika itu kemudian ditinjau dalam Maqashid asy-Syariah Al-Syathibi, dimana terdapat sisi dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan bahwa pemberian dispensasi nikah oleh hakim sudah sesuai dengan peraturan yang sudah ada, serta memerhatikan maslahah dan mafsadat. Namun lebih jauh, penulis menganjurkan ‘alasan mendesak’ yang disebutkan oleh undang-undang harus segera diperinci, guna menekan angka dispensasi nikah dan menghindari problematika yang telah disebutkan