Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

The Analysis of Consumer Acceptance of Starch/Tapioca Powder Made from Dried Cassava (Gaplek) with Kaporit as Whitening Nurika, Irnia; Deoranto, Panji; Indriasari, Yuanita
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 9, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.995 KB)

Abstract

This study aimed at identifying variables that affected the consumer acceptance of tapioca powder made from dried cassava (gaplek). The result shows that the consumer acceptance of this product is ordinary meaning it has yet  been accepted by the consumer due to its relatively high price. The fourth variable X are positively affected the variable Y which mean if the variable X increase, it will make the variable Y increase.The multiple regression model used in this research is:Y  =  - 13,599 + 0,855 X1 + 0,629 X2 + 0,803 X3 + 0,543 X4With R = 0,819 means the relations between all variable X to variable Y are close. R square = 0,650 means the contribution of variable X to variable Y is 65% and 35% contribution came from other variable that not include in the model. The F-test shows that F counted > F table so we can conclude that variable X affected variable Y simultaneously. The T-test shows that T counted > T table so we can conclude that variable X affected variable Y partially.Keywords : Dried cassava (Gaplek), tapioca  powder, kaporit.
PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP JUMLAH BAKTERI ASAM LAKTAT DAN TOTAL ASAM KEFIR AIR KELAPA Yuanita Indriasari; Miming Berlian; Nurmiftah Hujana
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v7i1.71

Abstract

Kefir air kelapa dibuat dengan teknik fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus, dimana sangat membutuhkan gula dalam media tumbuhnya. Kandungan gula dalam air kelapa sangat bergantung pada tempat tumbuhnya dan konsentrasi gula yang ditambahkan selama proses pengolahan kefir, sehingga perlu dilakukan kajian tentang analisis mutu kimiawi (total asam) dan mikrobiologi (jumlah bakteri asam laktat) minuman kefir dari air kelapa muda jika ditinjau dari habitat/tempat tumbuhnya tanaman kelapa dan konsentrasi sukrosa dari media tumbuh saat fermentasi, untuk mendapatkan produk minuman kefir air kelapa terbaik. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial dengan 2 faktor yaitu tempat tumbuh (pantai dan gunung) dan konsentrasi sukrosa (5%, 10%, 15%). Selanjutnya data akan diuji sidik ragamnya dan dilanjutkan dengan DMRT 1% jika terdapat perbedaan respon antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap parameter uji (Fhit > Ftab), dimana perlakuan K1S1 (kelapa gunung dengan konsentrasi sukrosa 5%) memberikan respon terbaik terhadap setiap parameter yang diuji, yaitu total bakteri asam laktat sebesar 5,80 x 107 cfu/ml dan total asam sebesar 1,6%. Hasil ini telah sesuai dengan standar mutu minuman probiotik menurut SNI 7552 : 2009 yaitu jumlah BAL lebih dari 106 Log cfu/ml dan Total asam 0,2 – 0,9%.
ANALISIS PENERIMAAN KONSUMEN MORINGA BISCUIT (BISKUIT KELOR) DIPERKAYA TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) Yuanita Indriasari; Fitriani Basrin; Miming Berlian Hi. B. Salam
Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 26, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.882 KB)

Abstract

Daun kelor banyak dimanfaatkan menjadi pengkaya nutrisi pada berbagai produk pangan, akan tetapi penggunaannya masih belum optimal karena rasa pahit dan aroma langu daun kelor. Hal ini disebabkan tingginya kadar saponin pada daun kelor. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan menurunkan kadar saponin sehingga diperoleh tepung daun kelor dengan kadar saponin sebesar 0,79%; protein 28,705%; vitamin C 90,77 mg/100 g dan vitamin A 3590 μg/100 g. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruhnya pada produk pangan maka tepung daun kelor hasil penelitian ini (sampel T1W1P1) difortifikasi ke produk biskuit untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap tepung ini. Analisis daya terima produk biskuit ini dilakukan dengan cara 3 metode yaitu metode uji tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut (uji nilai importance to customer ), metode uji pembedaan (triangle test) untuk seleksi panelis dan uji deskriptif (uji scoring) untuk pengujian pengaruh penambahan tepung ekstrak daun kelor terhadap organoleptik biskuit. Penilaian dilakukan terhadap empat parameter yaitu warna, aroma, tekstur, dan rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel biskuit BK5 (tepung terigu 95%, tepung daun kelor 5%) dengan nilai masing-masing atribut yaitu Rasa = 4,20 (enak), warna = 3,84 (sesuai kontrol), aroma = 3,84 (tidak langu) dan tekstur = 4,16 (renyah). Hal ini berarti kadar saponin pada tepung daun kelor yang dapat diterima panelis sebesar 3,95 gr. Kata Kunci: Analisis Organoleptik, Biskuit, dan Daun Kelor,
Karakteristik Sensori dan Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional yang Diperkaya Bunga Telang (Clitoria ternatea L) dan Daun Kelor (Moringa oleifera) Yuanita Indriasari; Risman Risman; Indra Raungku
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.206

Abstract

Minuman fungsional atau minuman herbal adalah minuman yang dibuat dari bahan-bahan herbal dan memiliki manfaat seperti menambah asupan gizi atau vitamin, meningkatkan stamina bahkan dapat mengurangi resiko penyakit tertentu. Bunga telang (Clitoria ternatea L) dan daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bahan herbal yang telah teridentifikasi memiliki kandungan antioksidan tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan baku pembuatan minuman fungsional atau minuman herbal. Penggunaan kedua bahan tersebut dalam satu produk minuman herbal belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bunga telang dan daun kelor terhadap karakteristik sensori dan aktivitas antioksidan minuman fungsional. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan perlakuan bubuk bunga telang (2 g, 4 g dan 6 g) dan bubuk daun kelor (2 g dan 4 g). Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 setiap perlakuan berkisar antara 149,36 - 198,76 µg/ml (aktivitas antioksidan sedang – sangat lemah), kadar flavonoid antara 2242,85 – 2792,90 mg/100 g, dengan karakteristik warna hijau teal (3,88 – 3,92) sampai biru teal (4,60 – 4,76) seiring peningkatan konsentrasi bunga telang, aroma agak langu (3,26 – 3,45) sampai langu (2,40 – 2,48), dan rasa agak sepat (2,68-2,72) sampai sepat (1,80 – 1,84). Data tersebut menunjukkan bahwa kombinasi bubuk bunga telang 6 g dan bubuk daun kelor 4 g (T3K2) memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 149,36 µg/ml, dan memiliki karakteristik warna biru teal (4,60), aroma agak langu (3,32) dan rasa sepat (1,80).
PELATIHAN FORMULASI MEDIA TANAM (BAGLOG) DAN PEMBIBITAN PADA PEMBUDIDAYAAN JAMUR TIRAM UNTUK KELOMPOK PETANI JAMUR DESA LANGALESO KABUPATEN SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH Indriasari, Yuanita; Faturahmi, Siti; Jumardin; Hanafi, Ahmad; Safitri, Yuliana
Jurnal Abditani Vol. 7 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v7i2.363

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada Kelompok Petani Jamur Tiram Desa Langaleso, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah tentang teknik formulasi media tanam (baglog) serta teknik pembuatan bibit F1 dan F2 jamur tiram. Hal ini didasari permasalahan yang dialami oleh kelompok petani jamur tiram Desa Langaleso dimana produktivitasnya stagnan tanpa ada kemajuan jumlah produksi dan pendapatan, yang diakibatkan oleh jumlah produksi jamur tiram segar rendah (1/2 – 1 kg per hari), proses produksi baglog terutama pengemasan masih manual/tradisional, dan belum mampu memproduksi bibit F1 dan F2 sehingga tergantung pada pihak lain. Metode pelaksanaan pengabdian berupa sosialisasi program pengabdian masyarakat ini kepada kelompok petani jamur tiram yang menjadi mitra sasaran, dan pelatihan/praktek langsung tentang pembuatan bibit F1 dan F2 jamur tiram dan budidaya jamur tiram (pembuatan media tanam/baglog) mulai dari teknik formulasi media tanam, teknik sterilisasi media tanam, teknik pengkondisian suhu dan kelembapan ruang kumbung, teknik panen dan pasca panen jamur tiram. Hasil dari pengabdian ini adalah peningkatan pengetahuan mitra dalam proses pembuatan bibit F1 dan F2, serta peningkatan produktivitas dengan indikator peningkatan jumlah produksi jamur tiram segar per hari mencapai kurang lebih 3-4 kg per hari dan jumlah media tanam/baglog yang dihasilkan per hari mencapai 250 baglog per produksi.
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengeringan Terhadap Mutu Kimia dan Organoleptik Tepung Biji Durian Ananda, Lilian; If'all, If'all; Spetriani, Spetriani; Sabariyah, Sitti; Indriasari, Yuanita; Wahid, Siti Fathurahmi
JASATHP: Jurnal Sains dan Teknologi Hasil Pertanian Vol 5 No 1 (2025): Mei
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Sains dan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55678/jasathp.v5i1.1944

Abstract

Durian seeds are a fruit by-product with potential as a food source due to their carbohydrate, protein, and fiber content. This study aimed to evaluate the effects of drying temperature and duration on yield, chemical properties, antioxidant activity, and organoleptic characteristics of durian seed flour. A completely randomized design (CRD) with two factors—drying temperature (40°C, 60°C, and 80°C) and drying time (14, 16, and 18 hours)—was used, with three replications per treatment. Results showed that both temperature and time significantly affected all observed parameters. The optimal treatment was drying at 40°C for 14 hours, yielding 55.56%, with moisture content of 1.23%, protein 3.20%, starch 28.64%, and the highest antioxidant activity (IC₅₀ = 17.12 ppm). Meanwhile, drying at 80°C for 16 hours received the highest panelist preference in terms of color, aroma, and texture. These findings suggest that durian seed flour has potential as a functional food ingredient and a natural antioxidant source. Optimizing drying conditions adds value to durian seed waste and supports its application in the food industry.
Pengaruh Penambahan Kulit Buah Naga Merah Terhadap Karakteristik Mutu Es Krim Nahdiya Kasim; If'all; Spetriani; Hasmari Noer; Yuanita Indriasari
Jurnal Riset Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (RETIPA) Volume 5 Nomor 2
Publisher : Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/retipa.vi.4698

Abstract

Kulit buah naga merah merupakan limbah pertanian yang kaya akan antosianin dan memilikipotensi sebagai pewarna alami serta sumber antioksidan. Penelitian ini bertujuan untukmengkaji pengaruh formulasi perbandingan bubur kulit buah naga merah dan susu full creamterhadap karakteristik mutu es krim. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan empat perlakuan yaitu EN1 =12 g kulit buah naga merah + 200 g Susu full cream, EN2=16 g kulit buah naga merah + 184 g Susu full cream, EN3 =20 g kulit buah naga merah + 180g Susu full cream, EN4 =24 g kulit buah naga merah + 176 g Susu full cream. Analisis meliputiuji kadar antosianin, vitamin C, viskositas, overrun, waktu pelelehan, serta uji sensorik terhadapwarna, aroma, rasa, dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlahbubur kulit buah naga merah berpengaruh signifikan terhadap kadar antosianin, vitamin C,viskositas, overrun, dan waktu pelelehan es krim. Perlakuan dengan 24 g bubur kulit buah nagamerah dan 176 g susu full cream menghasilkan karakteristik terbaik dengan kadar antosianin2,75%, vitamin C 8,80%, viskositas 31,45%, overrun 81,39%, dan waktu pelelehan 35,29menit. Hasil uji sensorik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai formulasi dengan 16–20g bubur kulit buah naga merah, yang memberikan keseimbangan warna, rasa, dan tekstur eskrim.
KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET IKAN MUJAIR PADA PERBANDINGAN DAGING IKAN DAN ESKTRAK BAYAM MERAH Djaru, Lala H; If'all, If'all; Fathurahmi, Siti; Sabariyah, Sitti; Indriasari, Yuanita; Spetriani, Spetriani
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 9 No 1 (2025): Journal Of Agritech Science -Mei
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jasc.v9i1.1451

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik kimia dan organoleptik nugget ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dengan penambahan ekstrak bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dalam berbagai proporsi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan lima perlakuan dan empat kali ulangan, sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Nugget dibuat dengan lima formulasi berbeda berdasarkan rasio daging ikan dan ekstrak bayam merah, lalu dianalisis kadar air, protein, kalsium, antosianin, serat kasar, serta mutu sensoris (aroma, rasa, tekstur, dan warna). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah ekstrak bayam merah menyebabkan penurunan kadar air dan penerimaan warna, namun meningkatkan kadar protein, kalsium, serat kasar, dan antosianin. Formulasi MB5 (70% daging ikan : 30% bayam merah) menghasilkan kadar protein tertinggi (22,95%), kalsium (47,99%), dan antosianin (1,02%), dengan kadar air terendah (56,99%). Dari aspek organoleptik, aroma, rasa, dan tekstur nugget MB5 masih dalam kategori disukai meskipun penerimaan warna sedikit menurun. Penambahan ekstrak bayam merah terbukti meningkatkan nilai fungsional produk tanpa mengurangi kualitas sensoris secara signifikan. Dengan demikian, penggunaan ekstrak bayam merah sebagai bahan tambahan dalam pembuatan nugget ikan mujair dapat menjadi inovasi pangan fungsional yang menarik dan menyehatkan.
Effect of Partial Substitution of Beef with White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) on Nutritional Profile and Sensory Quality of Meatball Products If'all, If'all; Nofrianto, Nofrianto; Spetriani, Spetriani; Sabariyah, Sitti; Fathurahmi, Siti; Indriasari, Yuanita; Asrawaty, Asrawaty
Journal of Health and Nutrition Research Vol. 4 No. 2 (2025)
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jhnresearch.v4i2.374

Abstract

The increasing consumption of processed meat products has driven innovation in the partial substitution of raw materials with healthier, functional plant-based alternatives such as white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This study aimed to evaluate the effect of partially substituting beef with oyster mushrooms on the nutritional profile and sensory quality of meatball products. A quantitative approach was employed using a Completely Randomized Design (CRD) with one factor and five treatment levels (J0–J4), each replicated three times. The treatments consisted of 0 g, 25 g, 50 g, 75 g, and 100 g of oyster mushrooms combined with 300 g, 275 g, 250 g, 225 g, and 200 g of beef, respectively. The results showed that increasing the proportion of oyster mushrooms significantly (p < 0.05) increased moisture content (from 28.57% to 35.37%), crude fiber (from 0.80% to 3.10%), carbohydrate content (from 2.50% to 4.80%), and water-holding capacity (from 55.50% to 68.10%). Conversely, protein and fat contents decreased significantly, with protein dropping from 18.50% (J0) to 13.00% (J4), and fat from 15.80% to 7.20%. Sensory evaluation using a hedonic test with 20 semi-trained panelists revealed that treatment J2 (50 g oyster mushroom + 250 g beef) received the highest scores for taste (3.90), aroma (3.95), texture (3.85), and color (3.95). Treatments with higher levels of mushroom substitution (J3 and J4) led to a significant decline in sensory acceptance, particularly in taste and texture. Therefore, partial substitution with up to 50 g of white oyster mushroom is recommended as an optimal level to improve the nutritional quality of meatballs without compromising sensory attributes, supporting the development of healthier and more functional meat-based products.