Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Model Authentic Assessment dalam Pembelajaran Sastra Terintegrasi Karakter Multikultural Sri Wahyuni; Ari Ambarwati; NFN Junaidi; Junaidi Ghony; Zulkifli Osman
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 11, No 1 (2022): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v11i1.4668

Abstract

Character education, incredibly multicultural characters, must be instilled in students significantly to minimize conflict in a society, including the plural and heterogeneous Indonesian society. Planting multicultural characters, especially in academic learning, can be done by integrating these characters in the learning and assessment process. The research goals to develop an assessment activity and an authentic assessment instrument model in academic learning that integrates multicultural characters. The research method is Research and Development (R&D). The research uses ADDIE model developed by Reiser and Molley, namely Analysis, Design, and Development. The results of the research formulates two findings, first, the model of assessment activities in literary learning that integrates multicultural characters can be done through (1) social studies of life in literary works, (2) through appreciation of literary works that contain multicultural values,(3) through role-playing in drama, (4) through a comparison of literary works, and (5) through field experience when appreciating and writing literary works. Second, the authentic assessment instrument model in academic learning that integrates multicultural characters are developed through the techniques of (1) observing multicultural attitudes, (2) self-assessment related to multicultural attitudes, (3) peer assessment related to multicultural attitudes, (4) direct questions about multicultural attitudes furthermore (5) personal reports related to multicultural attitudes. AbstrakPendidikan karakter khususnya karakter multikultural perlu dan penting untuk ditanamkan pada peserta didik terutama untuk meminimalisasi konflik pada suatu masyarakat termasuk masyarakat Indonesia yang majemuk dan heterogen. Penanaman karakter multikultural khususnya dalam pembelajaran sastra dapat dilakukan dengan mengintegrasikan karakter tersebut dalam proses pembelajaran dan asesmennya. Tujuan kajian adalah mengembangkan model kegiatan asesmen dan model instrumen authentic asessment dalam pembelajaran sastra yang mengintegrasikan karakter multikultural. Rancangan penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Penelitian menggunakan R & D model ADDIE yang dikembangkan Reiser dan Molley yaitu analisis, desain, dan pengembangan. Hasil penelitian memformulasikan dua temuan, pertama, model aktivitas asesmen dalam pembelajaran sastra yang mengintegrasikan karakter multikultural dapat dilakukan melalui (1) kajian-kajian sosial kehidupan dalam karya sastra, (2) apresiasi karya sastra yang mengandung nilai-nilai multikultural, (3) permainan peran dalam drama, (4) perbandingan karya sastra, dan (5) pengalaman lapangan ketika mengapresiasi dan menulis karya sastra. Kedua, model instrumen authentic assessment dalam pembelajaran sastra yang mengintegrasikan karakter multikultural dikembangkan melalui teknik (1) observasi sikap multikultural, (2) penilaian diri terkait sikap multikultural, (3) penilaian antarteman terkait sikap multikultural, (4) pertanyaan langsung tentang sikap multikultural, dan (5) laporan pribadi terkait sikap multikultural.
Narrative Storytelling Culinary Speciality of Watugajah Community in Probolinggo Indonesia Linda Laila Zahas Fana; Ari Ambarwati
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 5, No 2 (2022): Budapest International Research and Critics Institute May
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i2.5016

Abstract

The purpose of this research is to map and describe how the logic and important symbols of the Watu Gajah community are narrated in typical culinary storytelling. The Watu Gajah community has a cer-tain pattern in telling their special culinary. Culinary wealth that is told in a certain pattern is a strategic regional object for the promotion of culture (OPK) as a source of learning in Indonesian language learning. This study uses a descriptive qualitative approach to map and describe the meaning in the form of logic and symbols of the Watu Gajah community in telling their culinary storytelling. The data are the results of intense observations, structured and in-depth interviews about (1) how the logic of the Watu Gajah community is constructed in typical culinary storytelling and (2) how the symbols of the Watu Gajah community are used in typical culinary storytelling. This study utilizes a literary gastrocrit-ical lens to reveal the logic and symbols of the Watu Gajah community that correlate with gastronomy in the storytelling narrative of their typical food. The results of the study show that the typical culinary of the Watu Gajah community has various origin stories. From every name that can unite the Indone-sian people because these foods have previously been present and become the staple food of the Watu Gajah community which has now turned into traditional snacks in the market.
FILOSOFI KARAKTER NASIONALIS DALAM BABAD TULUNGAGUNG Riantin Riantin; Ari Ambarwati; Akhmad Tabrani
NOSI Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Ilmiah NOSI
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Filosofi adalah suatu pertimbangan atau alasan berkaitan dengan gambaran bahwa peraturan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan pandangan hidup yang meliputi suasana jiwa serta falsafah hidup masyarakat yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Karakter nasionalis sangat dibutuhkan dan wajib tertanam dalam diri warga khususnya dalam diri siswa. Khususnya pada era milenial ini, pendidikan dan pembelajaran mempunyai peran utama dalam membentuk sifat, sikap atau karakter bangsa khusunya generasi muda yang baik sesuai dengan tujuan PendidikanNasional. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter siswa sehingga ke depan siswa mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Salah satunya dengan memunculkan dan mengenalkan kembali sejarah lokal dan budaya lokal khususnya cerita Babad Tulungagung  ke siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:15), penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dan dokumenter karena mengumpulkan, mengolah, menyederhanakan, menyajikan, dan menganalisis data agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana filosofi karakter nasionalis dalam Babad Tulungagung.  Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap siswa dan guru SMPN 1 Ngantru dapat disimpulkan bahwa keenam cerita yang dijabarkan dalam penelitian  ini memiliki karakter nasionalis. Nilai karakter nasionalis yang tercermin dalam cerita Babad Tulungagung tercermin dalam cara pandang, bersikap, dan perbuatan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap atau jiwa nasionalis dalam cerita Babad Tulungagung ditunjukkan melalui apresiasi, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama dalam setiap tokoh cerita.Kata Kunci: filosofi, pendidikan karakter, Babad Tulungagung.
EKOLOGI BUDAYA DALAM SASTRA BAHARI IKO-IKO MASYARAKAT BAJO DI KEPULAUAN SAPEKEN Rizal Mahsyar; Akhmad Tabrani; Ari Ambarwati
NOSI Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Ilmiah NOSI
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Karya sastra merupakan suatu produk budaya yang juga menjadi bentuk atau cara penyampaian dan pola prilaku masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu yang memiliki keterkaitan dengan lingkungannya. Karena lingkungan juga telah menjadi faktor penting dalam proses pembentukan suatu karya sastra. Kelompok masyarakat suku Bajo memiliki suatu bentuk sastra lisan yang disebut dengan Iko-Iko. Sastra lisan Iko-Iko merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tuturan secara langsung yang berkembang di masyarakat pesisir kepulauan Sapeken. Sastra lisan tersebut sudah mulai berkembang dan eksis dituturkan oleh nenek moyang masyarakat suku Bajo dari generasi ke generasi. Setiap kisah yang ditampilkan dalam Iko-Iko diyakini memiliki nilai-nilai pendidikan, pesan moral atau norma yang harus dipatuhi bersama guna memberikan keseimbangan dan ketertiban ataupun keharmonisan dalam melestarikan alam. Seiring dengan perkembangan zaman, Eksistensi Iko-Iko di dalam lingkungan masyarakat kepualauan Sapeken telah mengalami masa yang sulit dan terancam punah sehingga diperlukan upaya yang sistematis untuk pelestarian budaya lisan Iko-Iko tersebut. Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk melestarikan budaya sastra bahari Iko-Iko tesebut ialah dengan cara mengumpulkan semua jenis satra bahari yang kemudian dijadikan dalam satu buku Ensiklopedia sastra bahari masyarakat kepulauan Sapeken sehingga sastra tersebut mudah untuk diakses dan dipelajari oleh masyarakat umum.Kata Kunci: Ekologi Budaya, Sastra Bahari, budaya Iko-Iko, Kepulauan Sapeken
FILOSOFI KARAKTER NASIONALIS DALAM BABAD TULUNGAGUNG Riantin Riantin; Ari Ambarwati; Akhmad Tabrani
Jurnal Ilmiah Sastra dan Pembelajaranya Vol 8, No 1 (2020): Jurnal Ilmiah NOSI
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Filosofi adalah suatu pertimbangan atau alasan berkaitan dengan gambaran bahwa peraturan yang dibentuk berdasarkan pertimbangan pandangan hidup yang meliputi suasana jiwa serta falsafah hidup masyarakat yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Karakter nasionalis sangat dibutuhkan dan wajib tertanam dalam diri warga khususnya dalam diri siswa. Khususnya pada era milenial ini, pendidikan dan pembelajaran mempunyai peran utama dalam membentuk sifat, sikap atau karakter bangsa khusunya generasi muda yang baik sesuai dengan tujuan PendidikanNasional. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter siswa sehingga ke depan siswa mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Salah satunya dengan memunculkan dan mengenalkan kembali sejarah lokal dan budaya lokal khususnya cerita Babad Tulungagung  ke siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:15), penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dan dokumenter karena mengumpulkan, mengolah, menyederhanakan, menyajikan, dan menganalisis data agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana filosofi karakter nasionalis dalam Babad Tulungagung.  Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap siswa dan guru SMPN 1 Ngantru dapat disimpulkan bahwa keenam cerita yang dijabarkan dalam penelitian  ini memiliki karakter nasionalis. Nilai karakter nasionalis yang tercermin dalam cerita Babad Tulungagung tercermin dalam cara pandang, bersikap, dan perbuatan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap atau jiwa nasionalis dalam cerita Babad Tulungagung ditunjukkan melalui apresiasi, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama dalam setiap tokoh cerita.Kata Kunci: filosofi, pendidikan karakter, Babad Tulungagung.
STRUKTUR DAN MAKNA TEKS DEFAMASI PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MALANG NOMOR 498/PID.SUS/2021 Deri Wildianto; Moh. Badrih; Ari Ambarwati
Jurnal Ilmiah Sastra dan Pembelajaranya Vol 10, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah NOSI
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemudahan yang terjadi kepada masyarakat dalam proses produksi dan distribusi suatu informasi tak jarang menyebabkan hal-hal yang kurang baik dan berdampak kepada masyarakat. Hal ini seringkali disebabkan karena penggunaan bahasa yang dipilih dalam proses menyampaikan informasi tersebut mengandung unsur-unsur penghinaan atau pencemaran nama baik. Penggunaan bahasa tulis dalam media sosial menjadi salah satu aktivitas yang paling sering dilakukan oleh masyarakat dalam menyampaikan gagasan dan pikiran mereka, sehingga dalam beberapa tahun terakhir sering kali ditemukan kasus-kasus pencemaran nama baik yang berasal dari media sosial. Pencemaran nama baik sebagai salah satu bentuk khusus dari perbuatan melawan hukum seringkali kita temukan dan tak jarang menjadi perhatian publik, seperti pada kasus yang dialami oleh I Gede Ari Astina (Jrx) yang dilaporkan oleh ikatan dokter indonesia (IDI) dan kasus yang terjadi pada Ahmad Dhani yang dilaporkan oleh koalisi bela NKRI karena membuat unggahan tentang pendemo yang menghalangi deklarasi 2019 ganti presiden di Surabaya dengan kata idiot. Media sosial sebagai wadah informasi seharusnya dapat digunakan sebaik mungkin, penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya dapat memberi banyak hal yang baik dan memudahkan kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk struktur dan makna teks defamasi pada putusan nomor 498/Pid.Sus/2021/PN Mlg. Dengan menggunakan metode analisis inter-evidensial sebagai metode analisis antar bukti, penelitian ini menjelaskan tentang bentuk struktur teks defamasi pada putusan Nomor 498/Pid.Sus/2021/ PN Malang dengan menjelaskan bagaimana bentuk klausa dalam fungsi sintaksis dan perubahan klausa dalam bentuk inversi yang menyebabkan perubahan makna dalam klausa tersebut. Sedangkan dalam makna teks defamasi menjelaskan bagaimana sudut pandang dan pendapat yang berhubungan dengan bukti kasus kebahasaan akan memberikan pemaknaan terhadap sesuatu yang disampaikan.Kata kunci         : Defamasi, Linguistik Forensik
PEMAKAIAN KATA KERJA DALAM TULISAN DESKRIPTIF PEMELAJAR BIPA JEPANG : ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA Faridah Suciyatmi; Akhmad Tabrani; Ari Ambarwati
Jurnal Ilmiah Sastra dan Pembelajaranya Vol 10, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah NOSI
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan yaitu (1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Dalam penyusunan kata untuk membentuk kalimat, diperlukan kemampuan untuk menempatkan kata agar kalimat menjadi efektif. Kalimat yang efektif. Namun perbedaan bahasa pada bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, membuat pemelajar BIPA dari Jepang tingkat madya sering melakukan kesalahan dalam penulisan, terutama dalam pemakaian kata kerja dalam teks deskriptif. Kesalahan yang sering terjadi yaitu berupa kesalahan bunyi, kesalahan bentuk dan kesalahan pilihan kata. Pada penelitian kali ini peneliti memakai pendekatan kualitatif serta memakai metode penelitian deskriptif. Data berupa kalimat-kalimat teks hasil tugas menulis deskriptif. Sumber data adalah pemelajar BIPA dari Jepang tingkat Madya. Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat sebanyak 31 kesalahan yang diantaranya adalah kesalahaan bunyi penghilangan (omission), kesalahaan penambahan (addition), kesalahaan formasi (misformation) dan kesalahaan susun (misordering). Selain itu juga ditemukan kesalahan bentuk dan kesalahan pemakaian kata (Logical Fallacy). Kesalahan bunyi tersebut yaitu pada /mengcampur/, /mengcari/, /bawah/, /tumpa/, /melamar/ dan /menyikmati/. Selain itu terdapat 17 kesalahan bentuk yang pemakaian imbuhan pada kata kerja, yang mengakibatkan perubahan turunan verba. Diantaranya adalah perubahan dari verba bebas menjadi verba terikat, dan perubahan dari verba menjadi nomina. Kesalahan tersebut adalah /ketakutan/, /tertarik/, /tersebar/, /terkandung/, terasa/, bersihkanlah/, /terkena/, /termuncul/, /menular/, /perhatikan/, /dikenal/, /berkunjung/, /mengherankan/, /makan/, /bermain/. dan /dipakai/. Kesalahan pemakaian logika juga ditemukan sebanyak 7 kesalahan. Kesalahan tersebut termasuk dalam kesalahan logical fallacy. Antara lain adalah /antre/, /punya/, /kenalkan/, /mengalami/, /pengadaan/, /membagikan/ dan /memberati/.Kata kunci: kesalahan berbahasa, Kata Kerja, Teks Deskriptif, BIPA Jepang.
EKOLOGI BUDAYA DALAM SASTRA BAHARI IKO-IKO MASYARAKAT BAJO DI KEPULAUAN SAPEKEN Rizal Mahsyar; Akhmad Tabrani; Ari Ambarwati
Jurnal Ilmiah Sastra dan Pembelajaranya Vol 9, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah NOSI
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Karya sastra merupakan suatu produk budaya yang juga menjadi bentuk atau cara penyampaian dan pola prilaku masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu yang memiliki keterkaitan dengan lingkungannya. Karena lingkungan juga telah menjadi faktor penting dalam proses pembentukan suatu karya sastra. Kelompok masyarakat suku Bajo memiliki suatu bentuk sastra lisan yang disebut dengan Iko-Iko. Sastra lisan Iko-Iko merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tuturan secara langsung yang berkembang di masyarakat pesisir kepulauan Sapeken. Sastra lisan tersebut sudah mulai berkembang dan eksis dituturkan oleh nenek moyang masyarakat suku Bajo dari generasi ke generasi. Setiap kisah yang ditampilkan dalam Iko-Iko diyakini memiliki nilai-nilai pendidikan, pesan moral atau norma yang harus dipatuhi bersama guna memberikan keseimbangan dan ketertiban ataupun keharmonisan dalam melestarikan alam. Seiring dengan perkembangan zaman, Eksistensi Iko-Iko di dalam lingkungan masyarakat kepualauan Sapeken telah mengalami masa yang sulit dan terancam punah sehingga diperlukan upaya yang sistematis untuk pelestarian budaya lisan Iko-Iko tersebut. Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk melestarikan budaya sastra bahari Iko-Iko tesebut ialah dengan cara mengumpulkan semua jenis satra bahari yang kemudian dijadikan dalam satu buku Ensiklopedia sastra bahari masyarakat kepulauan Sapeken sehingga sastra tersebut mudah untuk diakses dan dipelajari oleh masyarakat umum.Kata Kunci: Ekologi Budaya, Sastra Bahari, budaya Iko-Iko, Kepulauan Sapeken
PEMANFAATAN ANEKDOT DALAM MEMBUAT KOMIK STRIP BERTEMA SOSIAL BAGI PESERTA DIDIK SMK BIDANG ANIMASI : KAJIAN SASTRA INTERDISIPLINER Imrotin Imrotin; Saefuddin Famsah; Ari Ambarwati
Jurnal Ilmiah Sastra dan Pembelajaranya Vol 11, No 2 (2023): Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program
Publisher : NOSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Anekdot dalam komik strip bertema sosial strategis dipajankan pada peserta didik sekolah menengah. Anekdot diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sedangkan komik strip merupakan salah satu kompetensi dalam teori kejuruan bidang Animasi. Penelitian ini mengeksplorasi kolaborasi anekdot dalam komik strip melalui pembelajaran sastra interdisipliner yang mendekatkan sastra padadunia kerja peserta didik. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah menyusun purwarupa komik strip yang bersumber dari anekdot sebagai perpaduan bidang sastra dan teori kejuruan animasi. Tahapan penelitian terdiri dari define dan design. Tahap define merupakan pengumpulan informasi awal yang dilakukan dengan teknik kuesioner pada peserta didik serta wawancara dengan guru bahasa Indonesia dan Teori Kejuruan. Pada tahap design peneliti mengikuti langkah pembuatan komik strip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik bidang Animasi terbantu menyusun komik strip kritik sosial dengan menggunakan anekdot. Langkah-langkah dalam penyusunan komik strip bertema kritik sosial menggunakan anekdot terdiri dari (1) menentukan ide, (2) memilih karakter, (3) membuat premis/sinopsis, (4) membuat alur cerita, dan (5) menentukan plot twist. Tahap selanjutnya ialah proses digitalisasi sehingga komik strip dapat digunakan baik dalam pembelajaran tatap muka maupun daring. Temuan penelitian mengindikasikan bahwa anekdot membantu peserta didik SMK bidang Animasi dalam membuat komik strip bertema sosial. Penelitian lanjutan terkait efektivitas penggunaan anekdot dalam membuat komik strip bertema sosial pada peserta didik SMK bidang animasi perlu dilakukanKata kunci: Anekdot, Komik strip, SMK animasi, Sastra interdisipliner.
PENINGKATAN PENGUASAAN ISTILAH JURNALISTIK MELALUI MODEL DISKUSI DENGAN INFOGRAFIK DINAMIS (DIDIN MANIS) Muttaqin, Khoirul; Ari Ambarwati
BASA Journal of Language & Literature Vol. 3 No. 2 (2023): Bulan 10 Tahun 2023
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/basa.v3i2.20552

Abstract

Journalistic theory is one of the courses given to students of the Language and Literature Education Study Program, semester III at the Faculty of Teacher Training and Education (FKIP) Islamic University of Malang. The research focuses on increasing group proficiency in compiling infographics of journalistic terms through the Didi Manis learning model. This research design uses one-cycle Classroom Action Research (PTK). The results of this study prove that students get a more complex learning experience because they are in two different groups. The results of the infographic made by the group also showed good results with an average value above 80.