ABSTRAK Kehamilan tidak diinginkan menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya stunting. Prevalensinya stunting masih yang tinggi dapat dilihat dari data tahun 2021 sebanyak 24,4% dan tahun 2022 21,6%. Permasalahannya adalah tingginya kejadian kehamilan tidak diinginkan dan stunting. Hal tersebut dipicu karena adanya kehamilan tidak diinginka pada diusia dini atau masih kategori remaja yang menyebabkan terjadinya perdarahan dan kematian di masa nifas, karena pihak keluarga merasa malu dan menutupi sehingga remaja yang hamil tidak pernah melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan dan melahirkan dirumahnya. Selain itu tidak pernah mendapatkan sosialisasi kesehatan reproduksi ataupun edukasi tentang kehamilan sehat. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kapasitas kader dalam peningkatan pengetahuan, melakukan pendampingan, mendeteksi dini dan pemantauan serta pada akhirnya dapa mencegah kehamilan tidak diinginkan dan stunting. Metode yang digunaka adalah ceramah, tanya jawab dan diskusi, pretest dan posttest. Pesertanya adalah semua kader yang ada di Desa Kalipelus, Kecamatan Purwanegara. Hasil kegiatannya yang diikuti oleh 15 kader dan sebelum edukasipengetahuan kader sebagian besar kuran dan setelah edukasi sebagian besar baik, selain itu hasil monitoring evaluasi menunjukkan ibu hamil yang didampingi kader bersedia melakukan pemeriksaan ke puskesmas, menggunakan kontasepsi, dan merencanakan kehamilan secara sehat. Kesimpulannya terjadi peningkatan pengetahuan kader sebelum dan setelah edukasi. Sarannya Diharapkan semua puskesma dapat memaksimalkan peran kader kesehatan dan berkala mengupdate pengetahuan para kader kesehatan. Kata Kunci: Kader, Kehamilan Tidak Diinginkan, Stunting  ABTRACT Unwanted pregnancy causes various complications, one of which is stunting. The prevalence of stunting is still high, which can be seen from the data for 2021, which is 24.4% and 2022, 21.6%. The problem is the high incidence of unwanted pregnancies and stunting. This was triggered by unwanted pregnancies at an early age or in the teenage category which caused bleeding and death during the postpartum period, because the family felt embarrassed and covered up so that pregnant teenagers never went to a health facility for examination and gave birth at home. Apart from that, they never received reproductive health outreach or education about healthy pregnancy. The aim of this activity is to increase the capacity of cadres in increasing knowledge, providing assistance, early detection and monitoring and ultimately preventing unwanted pregnancies and stunting. The methods used are lecture, question and answer and discussion, pretest and posttest. The participants were all cadres in Kalipelus Village, Purwanegara District. The results of the activities were attended by 15 cadres and before the education the knowledge of the cadres was mostly poor and after the education the majority were good, apart from that the results of the monitoring evaluation showed that pregnant women who were accompanied by the cadres were willing to go to the health center for examinations, use contraception and plan a healthy pregnancy. Conclusion: There was an increase in cadres' knowledge before and after education. Suggestion: It is hoped that all health centers can maximize the role of health cadres and regularly update the knowledge of health cadres. Keywords: Cadre, Unwanted Pregnancy, Stunting