Cicik Herlina Yulianti
Department of Electrical Engineering, Faculty of Technology, Universitas Islam Lamongan, East Java,

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Lama Waktu Pengadukan Terhadap Pengikatan Impuritis untuk Meningkatkan Kadar NaCl Pada Garam Rakyat Astuti, Rika Puji; Yulianti, Cicik Herlina; Prasetya, Rahmad Aji
Journal of Pharmacy and Science Vol. 1 No. 1 (2016): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v1i1.46

Abstract

ABSTRAKGaram dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan senyawa kimia yang bagian utamanya adalah Natrium Chlorida (NaCl) dengan zat-zat pengotor terdiri dari MgCl2, MgSO4, CaSO4, dan lain-lain. Dalam penelitian ini digunakan sampel garam rakyat dari Pasar Larangan Sidoarjo yang memiliki kualitas dibawah standar, dengan kadar NaCl 81,88% b/b. Oleh karena itu, diperlukan pemurnian garam dengan menggunakan metode rekristalisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pengadukan (15, 30, dan 45menit) terhadap penambahan beberapa senyawa kimia, seperti natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan barium klorida (BaCl2) untuk mengurangi ion polutan (Ca2+, Mg2+ dan SO42-). Sehingga kadar NaCl dalam garam rakyat akan meningkat. Kadar NaCl dihitung sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode titrasi argentometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar NaCl tertinggi diperoleh pada rekristalisasi dengan lama waktu pengadukan 45 menit, dengan kadar 98,86% b/b. Kemurnian ini sesuai untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dan industri.Kata Kunci: Garam Rakyat, Kadar NaCl, Lama Waktu PengadukanABSTRACTSalt can be defined as chemical compounds which the main substance is Sodium Chloride (NaCl) with impurity substances consist of MgCl2, MgSO4, CaSO4, etc. This study used public salt from Larangan Market Sidoarjo which has sub-standard quality, and the concentration of NaCl is about 81,88%b/b. Hence, salt purification is needed using recrystallization method. This study was conducted to determine the influence of stirring time (15, 30, and 45 minutes) of the addition of several chemical compounds, such as sodium hydroxide (NaOH), sodiumcarbonate (Na2CO3) and barium chloride (BaCl2) in order to reduce the pollutant ions (Ca2+, Mg2+ and SO42-). Eventually the percentage of NaCl concentration in public salt will increase. NaCl concentration was calculated before and after treatment was using argentometry titration. The results shows that the highest NaCl concentration is obtained at recrystallization with stirring time 45 minutes, concentration 98,86% b/b. This purity suitable to meet the needs of society and industry demands.Keywords: Stirring Time, The Concentration Of NaCl, Public Salt.
Validasi Metode Spektrofotometri Visible Untuk Penentuan Kadar Formaldehida Pada Pembalut Wanita Yang Beredar Di Pasaran Yulianti, Cicik Herlina; Devianti, Vika Ayu; Ferry Fernanda, M.A. Hanny
Journal of Pharmacy and Science Vol. 2 No. 1 (2017): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v2i1.60

Abstract

ABSTRAKPembalut menjadi kebutuhan wanita yang sangat penting karena digunakan untuk menyerap cairan darah ketika mengalami menstruasi. Pada pembuatan pembalut wanita dimungkinkan adanya pemakaian formaldehida. Oleh karena itu, pembalut wanita termasuk salah satu alat kesehatan yang kandungan dan bahan penyusunnya diatur oleh pemerintah. Pada penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri visibel untuk penentuan kadar formaldehida dalam pembalut wanita sekali pakai. Sebelum digunakan, maka metode spektrofotometri visibel ini harus divalidasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa metode spektrofotometri yang digunakan dapat memberikan hasil yang akurat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan validasi metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar formaldehida dalam pembalut wanita sekali pakai menggunakan pereaksi nash sebagai reagen spesifik. Metode penelitian yang digunakan adalah pembuatan dan pembakuan larutan baku formaldehida, menentukan panjang gelombang maksimal, pembuatan kurva kalibrasi, melakukan uji linieritas, uji LOD dan LOQ, serta uji kesesuaian dan kecermatan, dan menentukan kadar formaldehida pada pembalut wanita. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa metode spektrofotometri visibel memiliki selektifitas, linieritas,batas deteksi dan kuantitasi, presisi dan akurasi yang baik. Kadar rata-rata formaldehida pada ke lima sampel pembalut sebesar 2,88 mg/kg - 4,05 mg/kg.Kata kunci: pembalut, formaldehida, validasi, spektrofotometri visibelABSTRACTSanitary napkins are a very important woman’s need to absorb blood fluids when menstruating. In the manufacture of sanitary napkins may contain formaldehyde additives. Therefore, sanitary napkins are one of the medical devices whose composition is regulated by the government. In this study to identify the use of formaldehyde in sanitary napkins was carried out by visible spectrophotometry using nash reagent. This method should be validated in advance to ensure that the method used can provide accurate data. The aim of this research is to validate visible spectrophotometry method for determination of formaldehyde content indisposable sanitary napkins using nash reagent as specific reagent. Validation of UV – Vis spectrophotometry method for determination of formaldehyde showed that Nash reagent was suitable to determine formaldehyde. This method is linear with correlation coefficient (r2) of 0,99967. The validation characteristics include accuracy and precision, linearity, limit of detection, and limit of quantitation. The acceptance validation criteria were found in all case. Qualitative determination in five sanitary napkins samples showed positive results and the quantitative analysis confirmed that the average content of formaldehyde in five sanitary napkins samples was 2,88 mg/kg – 4,05 mg/kg.Keywords: sanitary napkins, formaldehyde, validation, visible spectrophotometry
Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin Dalam Pembalut Wanita yang Beredar di Kelurahan Ketintang dengan Metode Titrasi Iodimetri Devianti, Vika Ayu; Yulianti, Cicik Herlina
Journal of Pharmacy and Science Vol. 3 No. 1 (2018): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v3i1.67

Abstract

ABSTRAKPembalut wanita adalah produk yang berbentuk lembaran/pad terbuat dari bahan selulosa/sintetik yang digunakan untuk menyerap cairan menstruasi atau cairan dari vagina, namun terdapat pembalut yang menggunakan bubur kertas dalam proses pembuatannya. Bubur kertas merupakan hasil limbah kertas, karton dan kardus melalui proses daur ulang yang mengalami proses pemutihan menggunakan klorin (Cl2). Pembalut yang mengandung klorin beresiko tinggi terhadap kesehatan reproduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar klorin pada beberapa merk pembalut wanita yang beredar di Kelurahan Ketintang, Kota Surabaya menggunakan metode titrasi iodimetri. Penelitian ini bersifat eksperimental. Sampel penelitian adalah 5 (lima) pembalut wanita lalu diuji di laboratorium Kimia Akademi Farmasi Surabaya dengan metode Titrasi Iodimetri. Hasil uji kualitatif dari 5 sampel hanya terdapat 1 sampel yang positif mengandung klorin. Sampel yang positif dilanjutkan dengan uji kuantitatif dan diperoleh kadar klorin sebesar 0,37 ppm.Kata kunci: Pembalut, Klorin, Titrasi IodimetriABSTRACTThe sanitary napkin is made from pulp as its main ingredient, which in the production process using  bleach pads, one of which is chlorine. Chlorine is high chemical which has a high oxide potential that can be used as a bleaching agent and disinfectant (eliminating germ). Chlorine in sanitary napkins is at high risk for reproductive health. This research was conducted to analyze and determine chlorine level in sanitary napkin with color reaction test and iodometry titration method. According to the minister of Health RI Regulation No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 regarding drinking water quality requirement that is maximum drinking water chlorine 5 ppm. The result of this study indicate that there is a sanitary napkins containing chlorine with a content of 0,37 ppm. As a result, indicate that chlorine levels in sanitary napkins are below the safe limits of the allowed chlorine content in drinking water quality requirement.Key Words: Sanitary Napkins, Chlorine, Iodimetry Titration.  
Identifikasi Kandungan Merkuri pada Beberapa Krim Pemutih yang Beredar di Pasaran (Studi dilakukan di Pasar DTC Wonokromo Surabaya) Trisnawati, Fatma Ariska; Yulianti, Cicik Herlina; Ebtavanny, Tamara Gusti
Journal of Pharmacy and Science Vol. 2 No. 2 (2017): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v2i2.79

Abstract

ABSTRAKRadiasi sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan berbagai permasalahan pada kulit. Untuk mengatasinya perlu adanya perawatan menggunakan kosmetik, salah satunya yaitu krim pemutih wajah (Whitening Cream). Merkuri merupakan salah satu bahan aktif yang sering direkomendasikan karena ion merkuri dianggap dapat menghambat sintesis melamin pigmen kulit di sel melanosit. Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.01.23.07.11.6662 tahun 2011 persyaratan logam berat jenis merkuri (Hg) adalah tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1ppm).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar merkuri pada produk kosmetik krim pemutih yang tidak memiliki nomor registrasi BPOM dan yang memiliki nomor registrasi BPOM yang beredar di pasaran. Serta untuk mengetahui bahwa sediaan kosmetik krim pemutih wajah yang beredar di pasaran telah memenuhi syarat yang ditetapkan BPOM. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 sampel dengan kriteria 9 krim pemutih yang tidak memiliki nomor registrasi BPOM dan 9 krim pemutih yang memiliki nomor registrasi BPOM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif menggunakan metode pereaksi warna dengan Kalium Iodida dan analisa kuantitatif dengan metode spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan 2 dari 18 sampel mengandung merkuri. Berdasarkan uji kuantitatif menunjukkan kadar merkuri pada produk krim pemutih yangmemiliki nomor registrasi BPOM dengan varian A1 sebesar 224,04 ± 0,35 mg/kg, dan untuk varian A2 adalah 188,20 ± 0,28 mg/kg. Sehingga tidak semua kosmetik krim pemutih wajah yang beredar dipasaran memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BPOM.Kata Kunci: BPOM, Krim Pemutih, MerkuriABSTRACTRadiation of sun's ultraviolet can cause skin problems. To overcome this problem should has cosmetic treatments using one of these is whitening cream. Mercury is the one of active ingredient who has often add inthe whitening cream because mercury’s ion considered to inhibit the synthesis melanin pigment of the skin in the melanocyte cells. According to the Regulation Agency of Drug and Food of the Republic Indonesia with No. HK. 03.01.23.07.11.6662. 2011, requirements metal usage types of mercury (Hg) is not more than 1 mg/kg or 1 mg/L (1 ppm). The purpose of this study was to determine differences mercury levels in whitening creams cosmetic which products didn’t have a registration number and products which have a registration number BPOM among in the market. And to know that all whitening cream cosmetic among the market has fullfield requirements established by BPOM. Sample use in this study was 18 samples which 9 sample didn’t have a registration number from BPOM and 9 among them have a registration number from BPOM. Analysis method used in this study is qualitative analysis using reaction color with Potassium Iodide and quantitative analysis using atomic absorption spectrophotometry. The results showed that 2 of the 18 samples contained mercury more than what it should. Based of the quantitative analysis shows that there are has differences mercury levelsfrom whitening cream product which has the registration number of BPOM with sample A1 variant is 224.04 ± 0.35 mg / kg, and for the A2 variant is 188.20 ± 0.28 mg / kg. Not all whitening cream cosmetic among the market has fullfield requirements established by BPOM.Keywords: BPOM, mercury, whitening cream.
Validasi Metode Analisis Formaldehid Pada Tisu Basah Wahyuniati, Dwi; Yulianti, Cicik Herlina; Suryandari, Mercyska
Journal of Pharmacy and Science Vol. 3 No. 2 (2018): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v3i2.117

Abstract

ABSTRAKTisu basah merupakan istilah umum untuk menggambarkan sepotong bahan, umumnya ditambahkan dengan komposisi cairan atau semi cair, dimaksudkan untuk membersihkan dan memberikan rasa lembut. Tisu basah memiliki struktur berserat terdiri dari campuran serat selulosa pulp dan regenerasi, seperti rayon dan atau liosel, dengan atau tanpa serat pengikat. Pada proses produksi, komponen-komponen yang sengaja ditambahkan pada pembuatan tisu basah salah satunya adalah formaldehid sebagai penguat keadaan basah. Akan tetapi penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan ruam pada kulit (dermatitis). Pada penelitian ini dilakukan validasi metode analisis formaldehid pada tisu basah dengan menggunakan metode absorpsi uap SNI ISO 14184-2:2015 dengan pereaksi nash menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Sampel yang digunakan adalah tisu basah dari satu merek. Validasi metode dilakukan untuk memastikan metode SNI ISO 14184-2:2015 dapat diterapkan, diperoleh hasil valid, dengan nilai R = 0,9993, yang mendekati nilai 1, menghasilkan persamaan regresi linier y = 0,0294x - 0,0317. Pengujian akurasi diperoleh rata-rata persen recovery sebesar 84,54%, 102,05%, dan 106,13%. Nilai RSD sebesar 1,62%. Hasil nilai LOD sebesar 0,040, sedangkan hasil nilai LOQ sebesar 0,136. Hasil validasi terhadap metode SNI ISO 14184 – 2 : 2015 dapat disimpulkan bahwa metode SNI ISO 14184-2:2015 dapat digunakan untuk menguji formaldehid pada tisu basah. Kata kunci: Validasi, Tisu basah, Formaldehid, Pereaksi Nash, Spektrofotometri UV-Vis.ABSTRACT Wet wipes are the general terms to describe a piece of material, generally impregnated with a liquid or semi liquid composition, intended to both cleaning and providing a smooth feeling. Wet wipes has fibrous structures consist of a mixture of pulp and regenerated cellulose fibers, such as rayon and/or lyocell, with or without binding fibers. In product process, one of components expressly added was formaldehyde as strengthener as wet condition. But, excessive use of formaldehyde can cause skin rash (dermatitis). This study was aimed to Analysis Method Validation of Formaldehyde of Wet Wipes used vapour absorption SNI ISO 14184-2:2015 method with Nash Reagents by UV-Vis Spectrophotometry, and used vapour absorption method. The wet wipes sample used was from one brand. Method validation was conducted to definite SNI ISO 14184-2:2015 method can be applied, the result was valid, r value is 0,9993, the linear regression y = 0,0294x – 0,0317, accuracy percent recovery study showed 84,54%, 102,05%, and 106,13%., Related standar deviation showed 1,62%, limit of detection was 0,040, limit of quantitation was 0,136. The validation result of SNI ISO 14184-2:2015 method can be concluded that SNI ISO 14184-2:2015 method can be applied to examine formaldehid on wet wipes.Keywords: Wet wipes, Formaldehyde, Validation, Nash Reagent, UV-Vis Spectrophotometry.
Analisis Kandungan Formalin pada Mie Basah Menggunakan Nash dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Yulianti, Cicik Herlina; Safira , Aldila Nur
Journal of Pharmacy and Science Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v5i1.156

Abstract

Mie merupakan produk makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Salah satu jenis mie yang banyak diolah menjadi makanan adalah mie basah. Mie basah yaitu mie yang memiliki kandungan air cukup tinggi karena dalam pembuatannya mengalami proses perebusan sebelum dijual. Oleh sebab itu mie basah tidak dapat disimpan terlalu lama. Untuk mencegah mie berlendir dan tumbuhnya jamur maka produsen mie basah biasanya menambahkan pengawet kedalam adonan makanan. Akan tetapi adakalanya produsen menambahkan pengawet berbahaya, salah satunya adalah formalin. Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan pemakaian formalin sebagai pengawet pada mie basah. Formalin adalah bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan juga dilarang penggunaannya sebagai bahan tambahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan formalin pada mie basah di pasar Wonokusumo dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan spektrofotometri dengan reagen nash. Hasil penelitian menunjukkan sampel mie basah dari Pasar Wonokusumo Kota Surabaya yang tidak mengandung formalin dijual oleh tiga pedagang (A, D, dan E) dan dua pedagang (B dan C) diketahui menjual mie basah mengandung formalin. Rata – rata kandungan formalin pada sampel mie basah yang diperoleh dari pedagang B sebesar 257,596 mg/kg dan pedagang C sebesar 320,884 mg/kg. Kata kunci: mie basah, formalin, nash, spektrofotometri UV-Vis
Analisis Pengaruh Suhu Simulan Pangan Terhadap Migrasi Formalin Dari Piring Melamin Yulianti, Cicik Herlina
Journal of Pharmacy and Science Vol. 5 No. 2 (2020): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v5i2.173

Abstract

Produk piring melamin merupakan salah satu jenis produk kemasan pangan yang banyak digunakan saat ini. Produk piring melamin banyak diminati karena memiliki kelebihan antara lain ringan, tidak mudah pecah, berwarna-warni, desain menarik, dan harganya terjangkau. Akan tetapi semakin meningkatnya penggunaan produk piring melamin, masyarakat harus mewaspadai beredarnya produk piring melamin yang mutunya kurang baik. Piring melamin dapat membahayakan kesehatan jika digunakan untuk makanan bersuhu tinggi, karena dapat memicu terlepasnya formalin dari peralatan makan melamin ke dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu simulan pangan terhadap migrasi formalin dari piring melamin dan untuk mengetahui suhu makanan yang aman bagi peralatan makan melamin. Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar formalin terekstrak dari piring melamin menggunakan SNI 7322:2008, dengan pereaksi Nash sebagai pereaksi ujinya. Hasil dari penelitian ini adalah suhu simulan pangan berpengaruh terhadap kadar formalin terekstrak dari piring melamin. Makin tinggi suhu simulan semakin besar kadar formalin yang terekstrak. Pada suhu simulan pangan 25°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan range sebesar 0,0732 - 0,609 ppm. Pada suhu simulan pangan 60°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan range sebesar 0,756 - 6,903 ppm. Pada suhu simulan pangan 80°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan range sebesar 2,707 - 206,58 ppm. Pada suhu simulan pangan 100°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan range sebesar 6,536 - 855,6 ppm. Suhu makanan yang aman untuk semuan jenis piring melamin baik yang foodgrade amaupun non foodgrade adalah suhu 25°C karena kadar formalin terekstrak yang dihasilkan kurang dari 3 ppm.
Perbandingan Uji Deteksi Formalin pada Makanan Menggunakan Pereaksi Antilin dan Rapid Tes Kit Formalin (Labstest) Yulianti, Cicik Herlina
Journal of Pharmacy and Science Vol. 6 No. 1 (2021): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v6i1.205

Abstract

Formalin sering disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan. Hal ini jelas merugikan masyarakat karena meskipun penggunaannya sedikit tapi dalam jangka panjang dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Berbagai produk tes kit uji residu formalin ditawarkan di pasaran untuk memudahkan pihak yang berwenang, akademisi maupun masyarakat untuk mendeteksi kandungan formalin pada makanan dan minuman secara kualitatif. Untuk itu dibutuhkan suatu produk tes kit uji residu formalin yang dapat menguji keberadaan formalin pada makanan dengan cepat & akurat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan batas deteksi residu formalin pada makanan menggunakan pereaksi Antilin dan Rapid Test Kit Formalin merk Labstest. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menguji batas deteksi formalin pada larutan standar dengan variasi konsentrasi 0,01; 0,1; 1; 100 dan 1000 mg/L dan pada sampel makanan yang sebelumnya direndam dalam larutan standar formalin dengan konsentrasi tertentu menggunakan pereaksi Antilin dan Rapid Test Kit Formalin. Hasil pengujian dikatakan positif jika terjadi perubahan warna ungu baik pada larutan uji yang dideteksi dengan pereaksi Antilin maupun Rapid Test Kit Formalin. Berdasarkan intensitas warna yang ditunjukkan oleh larutan uji dapat disimpulkan bahwa pereaksi Antilin dapat mendeteksi larutan standar formalin dengan konsentrasi yang lebih rendah dari pada pereaksi Rapid Test Kit Formalin. Sedangkan pada pengujian formalin pada makanan, baik pereaksi Antilin maupun Rapid Test Kit Formalin memiliki batas deteksi yang sama