Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

GROWTH OF CARP (Cyprinus carpio L.) FED WITH RICE BRAN-COCONUT BAGASSE MIXED SUBSTRATE FERMENTED USING Rhizopus oryzae Dzul Umam, Robby; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja’i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.308 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.513

Abstract

Dedak padi dan ampas kelapa dicampur dengan perbandingan tertentu dan kemudian difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae untuk pakan ikan. Uji pemberian pakan lalu dilakukan untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). Dalam penelitian ini digunakan 5 perlakuan: satu perlakuan pakan tanpa fermentasi (pakan komersial 100%), dan empat perlakuan pakan fermentasi substrat campuran bekatul dan ampas kelapa dengan empat perbandingan yang berbeda, yakni 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, dan 0%:100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan komersial 100% (protein sejati 15,25% dan serat kasar 6,27%) memperlihatkan hasil terbaik terhadap pertumbuhan ikan mas dengan pertambahan bobot badan 2,56 g dan rasio konversi pakan 1,95. Sementara itu pemberian pakan fermentasi (protein sejati berkisar 4,89-9,97% dan serat kasar 22,87-25,70%) hanya menghasilkan pertambahan bobot badan ikan pada kisaran 0,47-0,64 g dengan rasio konversi pakan 2,50-2,64. Dengan demikian pakan fermentasi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ikan mas meskipun masih kurang optimal dibandingkan dengan pakan komersial.Kata Kunci: Rhizopus oryzae, Cyprinus carpio, rice bran, coconut bagasse, fermentation  ABSTRACTRice bran and coconut bagasse were mixed and then fermented using Rhizopus oryzae for preparing aquafeed. Subsequent feeding test was carried out to determine the effect on the growth of carps (Cyprinus carpio L). Five feeding treatments were employed, one unfermented feed (commercial feed 100%), and the other four feeds produced by fermentation using substrate mixture of rice bran and coconut pulp in four different ratios, namely 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, and 0%:100%. The results showed that feeding 100% commercial feed (true protein 15.25% and crude fibre 6.27%) showed the best results on the fish growth with body weight gain of 2.56 g and feed conversion ratio of 1.95. Meanwhile, feeding fermented feeds (true protein 4.89-9.97% and crude fiber 22.87-25.70%) only resulted in body weight gain in the range of 0.47 to 0.64 g with feed conversion ratio of 2.50 to 2.64. Thus, the fermented feeds promoted growth in tested carps albeit less optimally than commercial feed.Keywords: Rhizopus oryzae, Cyprinus carpio, dedak, ampas kelapa, fermentasi
FERMENTATION OF KEPOK BANANA PEEL-CORN HOMINY MIXED SUBSTRATE FOR DIETARY INCLUSION IN BROILER RATION Anwar, Fadilla; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja’i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 3, No 1 (2016): June 2016
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.093 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v3i1.54

Abstract

To reduce broiler production cost, a study was carried out on utilisation of alternative, less costly feed components, namely kepok banana peel and corn hominy which were mixed and fermented using the fungus Rhizopus oryzae. The fermented substrate was added into commercial feed in order to determine its influence on the poultry’s production performance. This study employed a completely randomized design (CRD) with four treatments: one using 100% pure commercial feed, and the other three commercial feed mixed with the fermented feed component at the levels of 5%, 10% and 15%. All treatments were repeated four times during 25 days growth period. The results showed that supplementation of the fermented ingredient in the broiler ration at the levels of 5%, 10%, or 15% had no significant effect (P>0,05) on the feed consumption, body weight gain, feed conversion ratio, and the final body weight of the animals. Although mixing the fermented feed ingredient up to 15% in the commercial feed promoted the growth of the broilers, the results were not yet comparable to pure commercial feed.Keywords: Corn hominy, broiler, fermentation, kepok banana peel, Rhizopus oryzae AbstrakUntuk mengurangi biaya produksi ayam pedaging, dilakukan pengkajian penggunaan bahan penyusun pakan alternatif yang lebih murah, yaitu kulit pisang kepok dan ampok jagung yang dicampur dan difermentasi menggunakan jamur Rhizopus oryzae. Hasil fermentasi tersebut lalu ditambahkan pada pakan komersial ayam pedaging dengan tujuan mengetahui pengaruhnya terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yaitu satu perlakuan 100% pakan komersial murni, dan tiga perlakuan pakan komersial yang dicampur bahan pakan hasil fermentasi tersebut dengan kadar 5%, 10%, dan 15%. Seluruh perlakukan diulang empat kali selama 25 hari masa pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan pakan terfermentasi ke dalam ransum ayam pedaging pada kadar 5%, 10%, atau 15% tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, nilai koversi pakan, dan bobot badan akhir hewan. Meskipun penambahan bahan pakan fermentasi tersebut hingga 15% dalam pakan komersial mendukung pertumbuhan ayam pedaging, namun capaian pertumbuhannya belumlah sebaik pakan komersial.Kata kunci: Ampok jagung, ayam pedaging, fermentasi, kulit pisang kepok, Rhizopus oryzae
GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochormis niloticus) FRY FED WITH COCONUT TESTA-CASSAVA BAGASSE MIXED SUBSTRATE FERMENTED USING Rhizopus oryzae Pradana, Yudha Wali; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja’i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.114 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v4i1.1799

Abstract

Utilization of agroindustrial byproduct as cheap raw materials for aquafeed was hampered by its poor nutritional value as well as high antinutrition content which could be overcome through fermentation. Coconut testa (CT) and cassava bagasse (CB) were mixed, and fermented using Rhizopus oryzae for preparing aquafeed. Subsequent feeding test was carried out on tilapias (Oreochormis niloticus L.) using 5 feeding treatments: one unfermented feed (commercial feed 100%), and the other four feeds produced by fermentation using substrate mixture of CT and CB in 4 different ratios, namely 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, and 25%:75%. Feeding 100% commercial feed (true protein 22.64% and crude fibre 14.67%) showed the best results on the fish growth with body weight gain of 3.96 g and feed conversion ratio of 8.63. Meanwhile, feeding fermented feeds (true protein 7.96-20.27% and crude fiber 14.14-18.47%) resulted in body weight gain in the range of 2.22 to 2.75 g with feed conversion ratio of 10.89 to 13.62. Thus, the fermented feeds promoted growth in tested tilapias albeit less optimally than commercial feed did.Keywords: Rhizopus oryzae, Oreochromis niloticus, coconut testa, cassava bagasse, fermentation ABSTRAKPenggunaan hasil samping agroindustri sebagai bahan pakan murah ikan terkendala rendahnya nutrisi dan tingginya antinutrisi yang dapat diatasi melalui fermentasi. Dalam penelitian ini, kulit daging buah kelapa (KK) dan onggok singkong (OS) dicampur dengan perbandingan tertentu, lalu difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae untuk pakan ikan. Uji pemberian pakan dilakukan terhadap ikan nila (Oreochormis niloticus L.) dengan 5 perlakuan: satu perlakuan pakan tanpa fermentasi (pakan komersial 100%), dan empat perlakuan pakan fermentasi substrat campuran KK dan OS dengan 4 perbandingan yang berbeda, yakni 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, dan 25%:75%. Pemberian pakan komersial 100% (protein sejati 22,64% dan serat kasar 14,67%) memperlihatkan hasil terbaik pada pertumbuhan ikan nila dengan pertambahan bobot badan 3,96 g dan rasio konversi pakan 8,63. Sebaliknya, pemberian pakan fermentasi (protein sejati berkisar 7,96-20,27% dan serat kasar 14,14-18,47%) menghasilkan pertambahan bobot badan ikan pada kisaran 2,22-2,75 g dengan rasio konversi pakan 10,89-13,62. Dengan demikian pakan fermentasi tersebut mendorong pertumbuhan ikan nila namun kurang optimal dibandingkan pakan komersial.Kata Kunci: Rhizopus oryzae, Oreochromis niloticus, kulit daging buah kelapa, onggok, fermentasi
KARAKTERISTIK FISIK PAKAN IKAN APUNG NON-EKSTRUSI YANG DIBUAT MELALUI FERMENTASI Rhizopus oryzae Zaman, Asep Badru; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Sujai, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 5, No 1 (2018): June 2018
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.663 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i1.2793

Abstract

Physical Characteristics of Non-Extruded Floating Fish Feed Produced through Rhizopus oryzae Fermentation ABSTRACTTo reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor. The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5 hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R. oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability ABSTRAKUntuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung. Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40 menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
Tetumbuhan Riparian di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Priyanti, Priyanti; Sulistianingsih, Norma; Yunita, Etyn
BIOEDUSCIENCE Vol 3 No 1 (2019): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.377 KB) | DOI: 10.29405/j.bes/3148-563060

Abstract

Abstract The Cikaret lake is one of the areas in Cibinong District, which is the most widely around 16.90 Ha. This study aimed to inventory and identify plants in the riparian area where Cikaret had undergone land conversion to residential and tourist areas. Land conversion in riparian areas would have an impact on the presence of surrounding plants that played an important role in the conservation of soil, water, and living things around them. The study used line transect method to follow the edge or riparian. Observations are made by exploring the riparian land which is limited to a distance of about 5 m away from the edge. Identification of plants is carried out directly at the observation site. Stature of various plants observed was recorded directly at the observation site. The results of the study obtained 45 species of plants belonging to 42 genera and 21 families. The most members are Euphorbiaceae with their species, namely Acalypha siamensis, Celosia argentea, Euphorbia hirta, Manihot esculenta, M. glaziovii, and Phyllantus urinaria. Other tribes consist of 1 to 5 species. The highest percentage of plant stature is occupied by herbs as much as 50%, while other plant stature is shrubs as much as 7%, shrubs as much as 9%, and trees as much as 36%. Plants that lived in the Cikariet Situ riparian area in Cibinong District, Bogor Regency are classified as weeds, agricultural crops, and invasive species.
Evaluasi Nutrien dan Kecernaan In Vitro Beberapa Spesies Rumput Lapangan Tropis di Indonesia Wahyono, Teguh; Jatmiko, Eko; Firsoni, Firsoni; Hardani, Shintia Nugrahini Wahyu; Yunita, Etyn
Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan Vol 17, No 2 (2019): Sains Peternakan
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.441 KB) | DOI: 10.20961/sainspet.v17i2.29776

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi nutrisi dan kecernaan in vitro pada sembilan spesies rumput lapangan tropis di Indonesia. Sampel rumput lapangan diperoleh dari kebun rumput Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan dengan metode kuadrat. Peletakan plot dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah 15 plot (ukuran 1 x 1 m). Sembilan spesies rumput lapangan yang dievaluasi termasuk dalam famili Poaceae dan Cyperaceae. Peubah yang diamati adalah kandungan nutrien, fraksi serat, estimasi kecernaan dan in vitro true digestibility (IVTD). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumput Teki badot (Cyperus kyllinga) mengandung protein kasar (PK) tertinggi (7.60%). Rumput Teki badot juga mengandung kadar neutral detergent fiber (NDF) dan acid detergent fiber (ADF) terendah berturut-turut sebesar 66.10 dan 32.40% (P<0.05). Rumput Teki badot dan Rumput belulang (Eleusine indica) menghasilkan nilai relative feed value (RFV) tertinggi dan termasuk dalam kualitas hijauan “fair”. Nilai IVTD tertinggi dihasilkan oleh Rumput Kusa-kusa (Echinochloa colonum) yaitu sebesar 66.62 % (P<0.05). Rumput Kusa-kusa dan Rumput teki badot merupakan dua spesies rumput lapangan yang potensial dikembangkan secara genetik karena memiliki kandungan nutrien serta kecernaan in vitro yang lebih tinggi dibandingkan spesies rumput lapangan tropis lainnya.
Kadar Unsur Timbal pada Tanaman Kangkung di Tiga Pasar Tradisional Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan Adila, Mirjani; Laz, Thamzil; Yunita, Etyn
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 7, No 2 (2014): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.631 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v7i2.2722

Abstract

Water spinach (Ipomoea sp.) is a plant that is commonly consumed by the public. Shifting cultivation, distribution and sales that are not protected make vegetables easily contaminated by pollutants in the environment, one of the lead element. This study was conducted to determine the element content of Pb in water spinach sold in three traditional markets Cilandak subdistrict, South Jakarta. This study was conducted from February-March 2014 by using Atomic Absorption Spectrophotometer instrument (AAS) method flame. Analysis of the data using Analysis of Variance (ANOVA) with a confidence level of 95 %. If there are any differences, then followed by Duncan's Multiple Range Test. The Maximum Tolerable Intake (MTI) test to determine the maximal consumption of watercress with a particular assay with an approximate weight of 60 kg. Based on this research, the element content of lead in water spinach in three traditional markets District of Cilandak ranged from 1.22 to 22.06 mg/kg. No significant effect on the three traditional markets District of Cilandak location. Organ roots have high levels of lead element compared to levels in the leaves and stems. The entire test sample had levels of lead element above SNI 7387:2009 maximum threshold of 0.5 mg/kg so They are not safe for consumption. Average maximum weight of kale on the three traditional markets in Sub Cilandak that may be consumed per week in the organs of leaves and stems ranged from 0.1492 to 0.6032 kg.
GROWTH OF NILE TILAPIA (Oreochormis niloticus) FRY FED WITH COCONUT TESTA-CASSAVA BAGASSE MIXED SUBSTRATE FERMENTED USING Rhizopus oryzae Pradana, Yudha Wali; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja’i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 4 No. 1 (2017): June 2017
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (874.114 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v4i1.1799

Abstract

Utilization of agroindustrial byproduct as cheap raw materials for aquafeed was hampered by its poor nutritional value as well as high antinutrition content which could be overcome through fermentation. Coconut testa (CT) and cassava bagasse (CB) were mixed, and fermented using Rhizopus oryzae for preparing aquafeed. Subsequent feeding test was carried out on tilapias (Oreochormis niloticus L.) using 5 feeding treatments: one unfermented feed (commercial feed 100%), and the other four feeds produced by fermentation using substrate mixture of CT and CB in 4 different ratios, namely 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, and 25%:75%. Feeding 100% commercial feed (true protein 22.64% and crude fibre 14.67%) showed the best results on the fish growth with body weight gain of 3.96 g and feed conversion ratio of 8.63. Meanwhile, feeding fermented feeds (true protein 7.96-20.27% and crude fiber 14.14-18.47%) resulted in body weight gain in the range of 2.22 to 2.75 g with feed conversion ratio of 10.89 to 13.62. Thus, the fermented feeds promoted growth in tested tilapias albeit less optimally than commercial feed did.Keywords: Rhizopus oryzae, Oreochromis niloticus, coconut testa, cassava bagasse, fermentation ABSTRAKPenggunaan hasil samping agroindustri sebagai bahan pakan murah ikan terkendala rendahnya nutrisi dan tingginya antinutrisi yang dapat diatasi melalui fermentasi. Dalam penelitian ini, kulit daging buah kelapa (KK) dan onggok singkong (OS) dicampur dengan perbandingan tertentu, lalu difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae untuk pakan ikan. Uji pemberian pakan dilakukan terhadap ikan nila (Oreochormis niloticus L.) dengan 5 perlakuan: satu perlakuan pakan tanpa fermentasi (pakan komersial 100%), dan empat perlakuan pakan fermentasi substrat campuran KK dan OS dengan 4 perbandingan yang berbeda, yakni 100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, dan 25%:75%. Pemberian pakan komersial 100% (protein sejati 22,64% dan serat kasar 14,67%) memperlihatkan hasil terbaik pada pertumbuhan ikan nila dengan pertambahan bobot badan 3,96 g dan rasio konversi pakan 8,63. Sebaliknya, pemberian pakan fermentasi (protein sejati berkisar 7,96-20,27% dan serat kasar 14,14-18,47%) menghasilkan pertambahan bobot badan ikan pada kisaran 2,22-2,75 g dengan rasio konversi pakan 10,89-13,62. Dengan demikian pakan fermentasi tersebut mendorong pertumbuhan ikan nila namun kurang optimal dibandingkan pakan komersial.Kata Kunci: Rhizopus oryzae, Oreochromis niloticus, kulit daging buah kelapa, onggok, fermentasi
KARAKTERISTIK FISIK PAKAN IKAN APUNG NON-EKSTRUSI YANG DIBUAT MELALUI FERMENTASI Rhizopus oryzae Zaman, Asep Badru; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja'i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 5 No. 1 (2018): June 2018
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.663 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i1.2793

Abstract

Physical Characteristics of Non-Extruded Floating Fish Feed Produced through Rhizopus oryzae Fermentation ABSTRACTTo reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor. The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5 hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R. oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability ABSTRAKUntuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung. Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40 menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
GROWTH OF CARP (Cyprinus carpio L.) FED WITH RICE BRAN-COCONUT BAGASSE MIXED SUBSTRATE FERMENTED USING Rhizopus oryzae Dzul Umam, Robby; Sriherwanto, Catur; Yunita, Etyn; Suja’i, Imam
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 2 No. 2 (2015): December 2015
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.308 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.513

Abstract

Dedak padi dan ampas kelapa dicampur dengan perbandingan tertentu dan kemudian difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae untuk pakan ikan. Uji pemberian pakan lalu dilakukan untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). Dalam penelitian ini digunakan 5 perlakuan: satu perlakuan pakan tanpa fermentasi (pakan komersial 100%), dan empat perlakuan pakan fermentasi substrat campuran bekatul dan ampas kelapa dengan empat perbandingan yang berbeda, yakni 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, dan 0%:100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan komersial 100% (protein sejati 15,25% dan serat kasar 6,27%) memperlihatkan hasil terbaik terhadap pertumbuhan ikan mas dengan pertambahan bobot badan 2,56 g dan rasio konversi pakan 1,95. Sementara itu pemberian pakan fermentasi (protein sejati berkisar 4,89-9,97% dan serat kasar 22,87-25,70%) hanya menghasilkan pertambahan bobot badan ikan pada kisaran 0,47-0,64 g dengan rasio konversi pakan 2,50-2,64. Dengan demikian pakan fermentasi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ikan mas meskipun masih kurang optimal dibandingkan dengan pakan komersial.Kata Kunci: Rhizopus oryzae, Cyprinus carpio, rice bran, coconut bagasse, fermentation  ABSTRACTRice bran and coconut bagasse were mixed and then fermented using Rhizopus oryzae for preparing aquafeed. Subsequent feeding test was carried out to determine the effect on the growth of carps (Cyprinus carpio L). Five feeding treatments were employed, one unfermented feed (commercial feed 100%), and the other four feeds produced by fermentation using substrate mixture of rice bran and coconut pulp in four different ratios, namely 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, and 0%:100%. The results showed that feeding 100% commercial feed (true protein 15.25% and crude fibre 6.27%) showed the best results on the fish growth with body weight gain of 2.56 g and feed conversion ratio of 1.95. Meanwhile, feeding fermented feeds (true protein 4.89-9.97% and crude fiber 22.87-25.70%) only resulted in body weight gain in the range of 0.47 to 0.64 g with feed conversion ratio of 2.50 to 2.64. Thus, the fermented feeds promoted growth in tested carps albeit less optimally than commercial feed.Keywords: Rhizopus oryzae, Cyprinus carpio, dedak, ampas kelapa, fermentasi