Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TEKNIK PEMERIKSAAN OESOPHAGUS MAAG DUODENUM DENGAN KLINIS GERIATRIC SYNDROME DI INSTALASI RADIOLOGI DR.SARDJITO Yurizqy, Syafira Dwi; Yusnida, Arnefia Mei; Mahanani, Ayu
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45334

Abstract

Pemeriksaan radiografi OMD merupakan metode pencitraan saluran cerna bagian atas dengan bantuan media kontras positif untuk mendeteksi kelainan anatomi maupun fungsi dari organ-organ tersebut (Lampignano & Kendrick, 2018). Salah satu kondisi klinis yang terkait dengan OMD adalah geriatric syndrome, yaitu suatu syndrome yang umum dijumpai pada lansia, namun tidak diklasifikasikan sebagai penyakit spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prosedur pemeriksaan OMD pada pasien dengan geriatric syndrome di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito pada September 2024 - Maret 2025. Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, serta wawancara, kemudian dianalisis melalui tahap reduksi data, transkripsi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur pemeriksaan OMD pada pasien dengan geriatric syndrome diawali dengan puasa 6–8 jam untuk mencegah aspirasi dan mengosongkan bagian lambung kemudian pasien diminta melepas benda logam yang dapat menyebabkan artefak. Pemeriksaan dilakukan bertahap mulai dari foto polos AP, dilanjutkan pemasukkan media kontras water soluble 130 volume zat kontras dari spuit melalui NGT hingga ke lambung dengan pengenceran 1:3 dilanjutkan foto dengan proyeksi AP dan , serta proyeksi AP dan LPO untuk esophagus diberikan per oral dengan pengenceran 1:3, guna memperoleh visualisasi optimal dari struktur anatomi yang diperiksa. Prosedur ini memerlukan persiapan khusus, teknik proyeksi yang tepat, serta penggunaan fluoroskopi untuk mendukung diagnosis yang akurat pada pasien lansia dengan gangguan saluran cerna atas.
Optimalisasi Kualitas Citra Coronal Tracking CT Urografi Non Kontras Dengan Variasi Teknik Rekonstruksi iDose4 dan Iterative Model Reconstruction (IMR) Faik, Muhamad; Yusnida, Arnefia Mei
Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) Vol 11, No 2 (2025): JULY 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jimed.v11i2.13318

Abstract

Background: Non-contrast urography CT images with iDose4 level 6 reconstruction techniques produce the best and lowest diagnostic information compared to FBP, iDose4 level 1, iDose4 level 2, iDose4 level 3, iDose4 level 4, iDose4 level 5 (Faik, 2023). The next generation of advanced reconstruction techniques that came after iDose4 is IMR capable of producing images that are free of noise (Halliburton, 2016). The purpose of the study was to determine the settings of the reconstruction technique that produces the lowest noise and the best diagnostic information.Methods: This research is an experimental research conducted at the Salatiga City Hospital on November 2024. The noise was obtained from the results of measurements by 3 radiographers using ROI. Diagnostic information was obtained by providing a checklist to 3 radiologists. Data analysis was carried out by a statistical test of friedman.Results: The image with iDose4 level 6 has the highest noise of 8.67, IMR level 1 has an noise of 5.68, IMR level 2 has an noise of 2.89, and IMR level 3 has the smallest noise of 1.09. Meanwhile, the image with iDose4 level 6 reconstruction technique has the highest diagnostic information of 3.00, IMR level 1 has an diagnostic information of 2.67, IMR level 2 has an diagnostic information of 2.22, and IMR level 3 has the smallest diagnostic information of 1.55.Conclusions: The image with IMR level 3 had the lowest noise of 1.09 and the image with iDose4 level 6 had the best diagnostic information of 3.00.
PROSEDUR PEMERIKSAAN HYSTEROSALPINGOGRPHY DENGAN KLINIS INFERTILITAS DI UNIT RADIOLOGI RS PKU WONOSOBO Minarti, Tri; Yusnida, Arnefia Mei; Liscyaningsih, Ike Ade Nur
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46580

Abstract

Infertilitas merupakan masalah reproduksi yang cukup banyak dialami oleh pasangan usia subur di Indonesia. Salah satu metode penunjang diagnostik untuk mengetahui penyebab infertilitas pada wanita adalah pemeriksaan Hysterosalpingography (HSG). Pemeriksaan ini berperan penting dalam mengevaluasi kondisi tuba falopi dan mendeteksi adanya sumbatan atau gangguan lain yang dapat menghambat kehamilan. Tujuan penelitian adalah mengetahui prosedur, pengurangan proyeksi RPO dan LPO serta penambahan AP post miksi pada pemeriksaan hysterosalpingography dengan klinis infertilitas. Metode penelitian adalah kualitatif dengan studi kasus, pengumpulan data diperoleh melalui observasi, dokumentasi,dan wawancara dengan subjek penelitian dokter radiologi serta radiografer. Pencitraan yang dibutuhkan berupa foto pelvis AP polos, AP post kontras dan AP post miksi. Proyeksi AP polos digunakan untuk melihat kondisi awal rongga pelvis. Pencitraan AP post kontras dilakukan sebanyak 2 kali dengan penyuntikan media kontras water soluble melalui kateter sebanyak 20 cc di setiap tahapnya. Tahap pertama bertujuan untuk melihat kondisi kavum uteri dan tahap kedua digunakan untuk melihat kondisi kedua tuba. Selanjutnya pasien diminta untuk miksi atau kencing dan dilakukan foto AP post miksi. Kesimpulannya pemeriksaan HSG dengan klinis infertilitas dibutuhkan foto pelvis proyeksi AP polos, AP postkontras dengan menggunakan media kontras sebanyak 40 cc yang dimasukkan melalui kateter dalam dua tahap dan AP post miksi sebagai proyeksi tambahan untuk mengevaluasi adanya retensi atau penahanan media kontras di tuba falopi pasien. Sebaiknya persiapan urus-urus tetap dilakukan untuk mendapatkan hasil radiograf yang optimal. Kata kunci: hysterosalpingography, infertilitas, pencitraan radiologi
ANALISIS PENGULANGAN FOTO RONTGEN PADA MODALITAS DIGITAL RADIOGRAPHY DI INSTALASI RADIOLOGI DI RSUD MUNTILAN Sari, Ayu Nur Vita; Yusnida, Arnefia Mei; Fakhrurreza, Muhammad
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.49081

Abstract

Digital Radiography (DR) adalah teknologi pencitraan radiologi yang memungkinkan pengambilan gambar sinar-X tanpa menggunakan kaset, sehingga mempercepat alur kerja, meningkatkan kualitas gambar, dan pelayanan pasien. Namun, pengulangan foto rontgen masih dapat terjadi akibat berbagai kesalahan teknis seperti gambar terpotong, posisi pasien yang tidak tepat, artefak, blur akibat gerakan, kolimasi yang kurang tepat, serta pengaturan eksposi yang tidak optimal. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008, batas maksimal pengulangan pemeriksaan radiologi adalah ≤ 2%, lebih rendah dari standar internasional sebesar 4–6%. Di RSUD Muntilan, belum pernah dilakukan analisis terhadap tingkat pengulangan pemeriksaan radiologi menggunakan DR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase pengulangan foto rontgen dan mengidentifikasi faktor penyebabnya. Penelitian dilakukan secara kuantitatif melalui analisis database DR dari bulan November 2024 hingga Januari 2025. Hasil menunjukkan angka pengulangan melebihi batas nasional, yaitu 5,89% di bulan November, 6,14% di bulan Desember, dan 5,6% di bulan Januari, dengan rata-rata 5,87%. Faktor utama penyebab pengulangan adalah gambar terpotong (219 kasus), posisi pasien tidak tepat (77 kasus), dan artefak (37 kasus). Hasil ini menunjukkan perlunya peningkatan prosedur teknis, pelatihan petugas radiologi, serta komunikasi yang lebih baik dengan pasien untuk meminimalkan paparan radiasi berulang. Penguatan jaminan mutu dan tindakan korektif sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan radiologi secara keseluruhan.
ANALISIS PENGULANGAN FOTO (REPEAT) DI INSTALASI RADIOLOGI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Athani, Vera Noufalia; Widyasari, Dina; Yusnida, Arnefia Mei
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v5i3.6956

Abstract

This research was motivated by the fact that a repeat analysis of radiographs had never been conducted in the Radiology Department of PKU Muhammadiyah Karanganyar Hospital, even though national standards, according to Minister of Health Regulation No. 129 of 2008, stipulate a repeat tolerance limit of below 2%. This lack of analysis has left the factors causing repeats unidentified, making it difficult to minimize them. Therefore, this study focused on measuring the repeat rate and identifying the primary causal factors. This study used a descriptive quantitative method and was conducted over three months. Data collection was conducted through observation, documentation, and interviews with radiographers, which were then analyzed as percentages. The results showed that the repeat rates for three consecutive months were 1.35%, 1.30%, and 1.43%, respectively. This finding demonstrates that the repeat rate at the hospital remains below the established threshold. The highest contributing factor to repeats was patient positioning errors (39.71%), followed by clipped objects (23.53%). It was concluded that although the repeat rate met the standard, ongoing evaluation focusing on patient positioning techniques is needed to further reduce the repeat rate. ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh belum pernah dilakukannya analisis pengulangan foto radiografi (repeat analysis) di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar, padahal standar nasional menurut Permenkes No. 129 Tahun 2008 menetapkan batas toleransi pengulangan di bawah 2%. Ketiadaan analisis ini menyebabkan faktor penyebab pengulangan tidak teridentifikasi sehingga sulit untuk diminimalisir. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk mengukur besaran angka pengulangan foto dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab utamanya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif yang dilaksanakan selama tiga bulan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan radiografer, yang kemudian dianalisis secara persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka pengulangan foto selama tiga bulan berturut-turut adalah 1,35%, 1,30%, dan 1,43%. Temuan ini membuktikan bahwa tingkat pengulangan radiografi di rumah sakit tersebut masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan. Faktor penyebab pengulangan tertinggi adalah kesalahan dalam memposisikan pasien (39,71%), diikuti oleh objek terpotong (23,53%). Disimpulkan bahwa meskipun angka pengulangan sudah memenuhi standar, perlu adanya evaluasi berkelanjutan yang berfokus pada teknik pemosisian pasien untuk lebih menekan angka pengulangan.
Rancang Bangun Alat Fiksasi pada Pemeriksaan Abdomen LLD (Left Lateral Decubitus) untuk Pembelajaran Mahasiswa di Ruang Praktikum Radiologi Hartono, Wahyanudin Yusuf Arizona; Yusnida, Arnefia Mei; Nasokha, Ildsa Maulidya Mar’atus
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 3 (2025): Agustus - October
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i3.2769

Abstract

Penelitian ini merancang dan membangun alat fiksasi untuk pemeriksaan radiografi abdomen Left Lateral Decubitus (LLD) guna mendukung pembelajaran mahasiswa di ruang praktikum radiologi. Alat ini menjaga kestabilan dan keamanan posisi phantom, meningkatkan pemahaman dan keterampilan mahasiswa dalam prosedur pemeriksaan radiologi. Dengan metode research & development, alat fiksasi ini terdiri dari rangka penyangga besi, bantalan phantom, dan tempat penahan kaset. Dioperasikan dengan meletakkan di atas meja pemeriksaan, memasang kaset, dan memposisikan phantom. Wawancara dengan 3 dosen menunjukkan alat ini membantu meningkatkan stabilitas posisi dan akurasi teknik radiografi mahasiswa, mempermudah praktikum, mengurangi pengulangan eksposur. Berdasarkan skor penilaian responden (3,25 skala Likert), alat dinyatakan layak dan siap diterapkan dalam praktik klinis. Alat ini mempermudah praktikum dan mendukung pembelajaran efektif.