Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Perbedaan Nilai Dosis Radiasi Permukaan Kulit Gonad pada Radiografi Abdomen Antero Posterior pada Nilai mA dan s Berbeda dengan Nilai mAs yang Sama Isnoviasih, Susi Tri; Bequet, Angga Yosainto; Nurcahyo, Panji Wibowo; Puspita, Mega Indah; Putri, Nabila Pramitya; Mufida, Widya
Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) Vol 11, No 1 (2025): JANUARY 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jimed.v1i1.12308

Abstract

Background: Abdominal radiography examination is one of the examinations that is often carried out and contains radiosensitive organs, namely the gonads. Milli Ampere Second (mAs) is one of the parameters regulated in making radiographs besides kV. mAs is the product of mA and s and there are often variations in the use of mA and s values to produce the same mAs value. This study's objective was to identifythe difference in radiation dose values for the surface of the gonad skin on anteroposterior abdominal radiographs with changes in different combinations of mA and s values.sMethods: This is pre-experimental quantitative research. The research object is body phantom. Data were collected by exposing abdomen radiography the body phantom and measured the amount of radiation dose to the skin surface of the gonad. mA and s setting : 160 mA 125 ms; 200 mA 100 ms; dan 250 mA 80 ms. Data analysis was carried out using statistical tests.Results: The average radiation dose to the skin surface of the gonad organs in the combination is 160 mA 125 ms; 200 mA 100 ms; and 250 mA 80 ms, namely 883.27 µGy; 883.09 µGy; and 883.72 µGy. Statistical test results show there is no significant difference between the combination of 160 mA 125 ms; 200 mA 100 ms; and 250 mA 80 ms, namely 883.27 µGy; 883.09 µGy with a significance of 0.748 (p-value 0.05). mAs determine the intensity of X-rays; the number of X-rays produced is proportional to milliamperes. As long as the mAs value remains constant, the amount of radiation intensity produced is the same, and the radiation dose is sameConclusions: There is no significant difference in the value of radiation dose to the skin surface of the gonad area on abdominal radiography with different combinations of mA and s values at the same mAs value
EVALUASI PROYEKSI AP DAN LATERAL CRANIUM PADA KASUS FRAKTUR ZYGOMATICUM DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG Parhantari, Zalwizri; Mufida, Widya; Astari, Fisnandya Meita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46496

Abstract

Os zygomaticum merupakan tulang kecil berbentuk segi empat yang terletak di bagian atas lateral wajah dan berperan membentuk dinding lateral orbita serta penonjolan pipi. Pada kasus fraktur zygomaticum, proyeksi radiografi yang umum digunakan menurut literatur adalah AP Axial (Towne Method), Submentovertex, dan Tangential. Namun, di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang, pemeriksaan dilakukan menggunakan proyeksi AP dan Lateral Cranium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan serta peran proyeksi AP dan Lateral Cranium dalam mendeteksi fraktur zygomaticum. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melibatkan tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, dan satu pasien dengan fraktur zygomaticum. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis melalui transkripsi, reduksi, kategorisasi, koding terbuka, dan penarikan kesimpulan. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat persiapan khusus pada pasien selain melepas benda logam di area kepala. Proyeksi AP dan Lateral Cranium digunakan sebagai pemeriksaan awal (screening) untuk menilai struktur umum tengkorak dan mendeteksi adanya fraktur linier atau sekunder pada tulang zygomaticum. Proyeksi AP memberikan visualisasi dari aspek frontal, sedangkan proyeksi Lateral menampilkan struktur dari sisi lateral. Dapat disimpulkan bahwa proyeksi AP dan Lateral Cranium berperan penting sebagai pemeriksaan awal dalam mendeteksi fraktur zygomaticum di RSUD Tidar Kota Magelang.
PENGGUNAAN PITCH PADA PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA TRAUMA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA syarif omy, nyimas ayu novita sari; Mufida, Widya; Liscyaningsih, Ike Ade Nur
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45023

Abstract

Pemeriksaan CT Scan kepala trauma memerlukan pengaturan parameter yang tepat, salah satunya adalah pitch. Pitch adalah rasio antara jarak pergerakan meja dan ketebalan irisan, yang mempengaruhi kecepatan pemindaian. Ketika pitch lebih dari 1 maka kecepatan scanning semakin cepat, kualitas citra menurun dan dosis radiasi akan rendah, Sebaliknya ketika pitch kurang dari 1 maka scanning semakin lambat, kualitas citra baik, dan dosis radiasi besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan kepala trauma, penggunaan pitch pada pemeriksaan CT Scan kepala trauma, dan CTDIvol pada pemeriksaan CT Scan kepala trauma. Jenis penelitian yang digunakan adalah  penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif studi kasus. Pengambilan data penelitian di lakukan di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan November 2024 hingga Maret 2025. Pengambilan data diperoleh dengan melakukan observasi, dokumentasi, dan  wawancara. Subjek pada penelitian ini adalah 1 dokter spesialis radiologi dan 3 radiografer sedangkan objek pada penelitian ini adalah Penggunaan Pitch Pada Pemeriksaan CT Scan Kepala Trauma Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan Pemeriksaan CT Scan kepala trauma di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tidak memerlukan persiapan khusus, posisi pasien head first, menggunkan potongan axial, Sagital, coronal dan 3D serta menggunakan scan area dari atas basis cranii sampai bawah mandibula. Penggunaan parameter pitch 1,0625, dan CTDIvol sebesar 21,3 mGy. Penggunaan pitch yang tepat dan pengaturan CTDIvol yang sesuai sangat penting untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien, sehingga meminimalkan risiko efek samping akibat paparan radiasi.
PENGGUNAAN PROYEKSI RIGHT LATERAL DECUBITUS (RLD) PADA PEMERIKSAAN THORAX PEDIATRIK DENGAN KASUS DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) Fifia Meilani, Aura; Widyasari, Dina; Mufida, Widya
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45088

Abstract

Teknik pemeriksaan Thorax Pediatrik pada Kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di Instalasi Radiologi RSUD Sidoarjo Barat hanya menggunakan satu proyeksi saja yaitu proyeksi RLD (Right Lateral Decubitus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan proyeksi RLD pada pemeriksaan Thorax Pediatrik dengan Kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan untuk mengetahui peran proyeksi RLD pada kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di Instalasi Radiologi RSUD Sidoarjo Barat. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Sidoarjo Barat dilakukan pada bulan September 2024 - Maret 2025. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dilakukan dengan 3 radiografer, 1 dokter spesialis radiologi, dan 1 dokter pengirim. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, transkrip wawancara,penyajian data, kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian di RSUD Sidoarjo Barat menunjukan bahwa teknik pemeriksaan Thorax Pediatrik pada Kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menggunakan satu proyeksi saja yaitu proyeksi RLD. Ada beberapa alasan hanya dilakukan proyeksi RLD saja yaitu pertama karena melakukan sesuai permintaan dari DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan atau dokter pengirim, kedua melihat kondisi pasien nya kooperatif atau tidak kooperatif, ketiga karena efisiensi biaya, dan keempat supaya tidak terlalu lama foto 2 kali. Tujuan dari penggunaan proyeksi RLD yaitu untuk mendeteksi adanya efusi pleura atau menilai adanya kebocoran plasma yang biasanya didapatkan pada penyakit DHF dengan kasus syok hemoragik. Penggunaan satu proyeksi RLD (Right Lateral Decubitus) sudah cukup untuk memberikan informasi dan menggambarkan kelainan diagnosa yang dibutuhkan maka tidak perlu melakukan proyeksi yang lain seperti proyeksi AP (Antero Posterior).
PENGGUNAAN REKONTRUKSI 3D PADA PEMERIKSAAN CT SCAN ELBOW JOINT DENGAN KASUS DISLOKASI Fembli, Mutiara; Mufida, Widya; Liscyaningsih, Ike Ade Nur
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45219

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dan alasan penggunaan rekontruksi 3D pada CT Scan elbow joint untuk mendiagnosa kasus dislokasi. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus tentang pemeriksaan CT Scan elbow joint pada klinis dislokasi di Instalasi Radiologi RS Ortopedi Soeharso Surakarta yang dilakukan pada bulan September 2024 – Maret 2025. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga radiografer, satu dokter Spesialis Radiologi, dan satu Dokter Pengirim. Desain pengambilan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian data yang diperoleh di analisa dengan model interaktif data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan CT Scan elbow joint dengan klinis dislokasi dilakukan dengan persiapan umum, posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi feed first menggunakan rekontruksi 2D dan 3D dengan area scanning 1/3 distal humerus hingga 1/3 proksimal antebrachii. Alasan penggunaan rekontruksi 3D karena dislokasi sudah terjadi lebih dari 24 jam dan tergolong kepada dislokasi berat, dengan rekontruksi 3D membantu radiolog dalam menampilkan indikasi yang sulit dievaluasi dengan radiografi konventional seperti microfraktur dan bagi klinisi dapat memudahkan dalam mengomunikasikan kepada dokter mengenai pemeriksaan dan perencanaan penanganan pasien dislokasi. Rekontruksi 2D dan 3D dalam pemeriksaan CT Scan elbow joint membantu menegakan diagnosa pemeriksaan yang tidak dapat di evaluasi menggunakan radiogafi konventional sehingga peneliti merekomendasikan agar memanfaatkan rekontruksi 2D dan 3D untuk mendukung pemeriksaan pada kasus dislokasi.
PERAN PROYEKSI POSTEROANTERIOR DAN LATERAL PADA PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI KLINIS FISTUL PERI ANAL DI RUMAH SAKIT X Utami, Lasiah Latifah Putri; Mufida, Widya
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46853

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan fistulografi serta peran proyeksi posteroanterior (PA) dan lateral pada pemeriksaan fistulografi dengan klinis fistula peri-anal di Rumah Sakit X. Prosedur yang digunakan di instalasi radiologi Rumah Sakit X hanya mencakup plain foto polos pelvis, dilanjutkan dengan proyeksi lateral dan PA post kontras, berbeda dengan panduan Long et al. (2016) yang mencantumkan penggunaan beberapa proyeksi tambahan seperti AP axial, AP oblique, axial metode Chassard-Lapine, Taylor, dan prone post kontras. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan antara November hingga Mei 2025, dengan pengambilan data pada Februari–Maret 2025. Subjek penelitian terdiri dari tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, serta satu pasien dengan klinis fistula peri-anal. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis melalui tahap pengumpulan, reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil menunjukkan bahwa pemeriksaan dilakukan tanpa persiapan khusus, diawali dengan plain foto polos pelvis, kemudian proyeksi lateral dan PA post kontras, dengan pemasukan media kontras iodine water soluble menggunakan spuit dan NGT bayi. Proyeksi lateral berperan penting dalam menilai kedalaman fistula, sementara proyeksi PA bersifat opsional tergantung lokasi fistula. Kesimpulannya, pemilihan proyeksi di Rumah Sakit X menyesuaikan kondisi klinis pasien dan keterbatasan alat, namun tetap efektif dalam menunjang diagnosis fistula peri-anal.
Prosedur Pemeriksaan Colon in Loop Pediatrik Dengan Klinis Invaginasi Pasca Operasi di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal Salsabillah, Safira; Liscyaningsih, Ike Ade Nur; Mufida, Widya
INHEALTH : INDONESIAN HEALTH JOURNAL Vol. 4 No. 2 (2025): INHEALTH JOURNAL
Publisher : CV. Eureka Murakabi Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56314/inhealth.v4i2.357

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui prosedur pemeriksaan colon in loop pediatrik dengan klinis invaginasi pasca operasi serta  alasan dilakukan foto polos abdomen proyeksi LLD dan modifikasi arah sinar dengan sudut 30° kearah lateral post kontras  pada pemeriksaan colon in loop pediatri dengan klinis invaginasi. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal pada bulan Maret – Mei 2025 subjek penelitian 3 radiografer, dan 1 dokter spesialis radiologi. Metode pengambilan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan. Tahapan penelitian dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, kemudian di analisis selanjutnya disajikan ditarik Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemeriksaan Colon in Loop pediatrik dengan klinis invaginasi di RSUD dr. Soeselo menunjukkan bahwa modifikasi proyeksi AP dengan sudut 30° lateral efektif memvisualisasikan kurvatura sigmoid yang tidak tampak pada proyeksi standar. Proyeksi LLD sebaiknya dijadikan bagian dari SOP karena berperan penting dalam menyingkirkan pneumoperitoneum sebagai kontraindikasi pemeriksaan kontras, sehingga meningkatkan keamanan prosedur radiologi.
PENGATURAN AREA SCANNING SERTA PENGGUNAAN FITUR ORGAN DOSE MODULATION (ODM) PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA Muhammad Akbar Saputra; Dewi, Sofie Nornalita; Mufida, Widya
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46326

Abstract

Pemeriksaan CT-Scan kepala trauma di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gombong dilakukan dengan penyesuaian area scanning mulai vertex sampai menti atau cervical dan penggunaan fitur Organ Dose Modulation (ODM) yang digunakan pada orbita selama pemeriksaan. Terdapat perbedaan prosedur pemeriksaan yang digunakan tersebut dengan literatur, area scanning yang direkomendasikan pada protocol CT-Scan kepala trauma adalah dari 2 cm diatas vertex sampai symphysis menti tanpa menggunakan fitur ODM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala trauma, fungsi fitur ODM serta alasan penyesuaian area scan range di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gombong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di Instalasi Radiologi RS PKU Muhammadiyah Gombong pada bulan Februari-Maret 2025 dengan subjek penelitian 3 radiografer, 1 PPR, dan 1 dokter spesialis radiologi. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemeriksaan dilakukan hanya dengan persiapan umum, posisi pasien head first, menggunakan protokol Head Non Contrast serta menggunakan scan area dari vertex sampai menti atau cervical dan upaya proteksi radiasi yang dilakukan dengan penyesuaian area scanning dan penggunaan fitur ODM yang bertujuan mengurangi dosis radiasi pada mata. Penyesuaian area scanning dilakukan untuk mengantisipasi fraktur pada daerah cervical dan untuk mencegah pengulangan scanning. Penambahan gambaran 3D dilakukan saat terdapat fraktur pada wajah. Sebaiknya pada pemeriksaan CT-Scan kepala trauma menggunakan protokol emergency agar dapat mempercepat penanganan dan head strap untuk mengurangi pergerakan kepala pasien
STUDI KASUS PEMILIHAN SLICE THICKNESS PADA PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN KLINIS TRAUMA DI INSTLASI RADIOLOGI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Ansari, M. Rifqi; Fa’ik, Muhamad; Mufida, Widya
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46780

Abstract

Penggunaan slice thickness 3 mm pada pemeriksaan CT Scan kepala menghasilkan resolusi kontras dan tingkat noise yang optimal dibandingkan ketebalan lain dan merekomendasikan penggunaan slice thickness 3–5 mm untuk menilai struktur tulang pada kasus trauma. Pemilihan scan range yang luas dari vertex hingga sympisis menti juga dianjurkan untuk mengakomodasi kebutuhan rekonstruksi citra 3D secara utuh. Di Instalasi Radiologi RSU PKU Muhammadiyah Bantul pemeriksaan CT Scankepala menggunakan slice thickness 5 mm dengan kondisi brain window dan bone window untuk kemudian dilakukan rekonstruksi menggunakan slice thickness 1 mm khusus untuk kondisi bone window serta menggunakan scan range dari syimpisis menti sampai vertex.  Penelitian ini merupakan studi kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada Maret–April 2025. Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan satu dokter spesialis radiologi dan tiga radiografer. Objek penelitian adalah prosedur pemeriksaan CT Scan kepala pada klinis trauma. Hasil menunjukkan bahwa pemeriksaan dilakukan dengan slice thickness 5 mm untuk brain window dan bone window, kemudian direkonstruksi menjadi 1 mm khusus untuk bone window. Scan range dari vertexhingga sympisis menti digunakan untuk memenuhi kebutuhan klinis, terutama dalam pembuatan citra 3D yang utuh. Penggunaan slice 1 mm bertujuan untuk meningkatkan ketajaman gambar dan akurasi diagnostik, terutama dalam mendeteksi fraktur halus dan kelainan tulang lainnya. Teknik ini sangat bermanfaat dalam menunjang diagnosis klinis trauma kepala, namun memerlukan pertimbangan terhadap durasi pengolahan, kebutuhan media cetak, dan paparan radiasi yang lebih tinggi.  
PENERAPAN PARAMETER PITCH UNTUK MENGEVALUASI INFORMASI CITRA CT SCAN KEPALA TRAUMA DI RSUD CARUBAN Fadli, Azkya Octara; Mufida, Widya; Dewi, Sofie Nornalita
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.44693

Abstract

Tulang tengkorak kepala sangat rentan untuk mengalami cedera dengan beberapa alasan seperti kecelakaan mobil atau motor, jatuh, cedera saat olahraga, dan sebagainya. Pasien trauma sering kali berada dalam kondisi kritis dan kurang kooperatif sehingga proses diagnostik dipercepat dengan tanpa mengorbankan informasi citra yang berguna untuk mengambil keputusan medis yang tepat. Untuk menegakkan diagnosis tentu harus memperhatikan pengaturan parameter yang tepat dengan memperhatikan keseimbangan antara kualitas gambar yang dibutuhkan untuk diagnosis dan dosis radiasi yang diberikan kepada pasien. Penggunaan parameter pitch rendah pada pemeriksaan CT Scan kepala kasus trauma direkomendasikan untuk menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi dan meminimalkan artefak, yang penting untuk diagnosis detail. Di RSUD Caruban penggunaan pitch yang digunakan pada pemeriksaan ct scan kepala rutin dan trauma yaitu 0,55 namun, pada kasus tertentu seperti pasien mengalami gelisah dan non kooperatif lainnya pengunaan pitch diatur menjadi 1. Berdasarkan latar belakang diatas tujuan penelitian ini yaitu mengetahui penerapan parameter pitch CT Scan kepala trauma untuk mengevaluasi informasi citra yang dihasilkan di instalasi radiologi RSUD Caruban. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pengaturan parameter pitch di RSUD Caruban. Jenis data pada penelitian ini yaitu data sekunder dikarenakan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan data  pasien yang telah menjalani pemeriksaan CT Scan kepala sebanyak dua orang dengan kasus trauma kepala dengan penggunaan pitch 1 dan 0,55. Pengambilan data dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan pada bulan Maret 2025 di Instalasi Radiologi RSUD Caruban. Subyek pada penelitian ini melibatkan 3 radiografer yang bertugas melakukan pemeriksaan CT Scan kepala, dan 1 dokter spesialis radiolog. Untuk obyek yaitu mengenai pengaturan parameter pitch dan informasi citra pada pemeriksaan CT Scan kepala dengan kasus trauma kepala di instalasi radiologi RSUD Caruban. Parameter pitch yang digunakan pada pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus trauma kepala di instalasi radiologi RSUD Caruban sama dengan rutin yaitu 0,55 karena sudah cukup menghasilkan informasi citra yang detail untuk menentukan patologi pasien. Perubahan pitch biasanya dilakukan jika kondisi pasien kurang kooperatif walaupun sudah didampingi oleh keluarganya maka pitch dinaikkan menjadi 1 dan itu hampir jarang dilakukan sehingga tidak ada pengaturan pitch khusus untuk kasus trauma kepala. Di instalasi radiologi RSUD Caruban tidak ada pengaturan pitch khusus untuk kasus trauma kepala pada pemeriksaan CT Scan kepala. Pada kasus trauma kepala sama dengan rutin yaitu 0,55. Penggunaan pitch 1 hanya dilakukan pada kasus tertentu yang melibatkan waktu pemeriksaan yang lebih cepat. Meskipun hasil citra pitch 1 memiliki lebih banyak noise dari pada 0,55 hal ini tidak membuat dokter radiolog kesulitan untuk menginterpretasikan hasil radiografnya.