Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

IMPLEMENTASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK PADA PEDAGANG BESAR FARMASI DI YOGYAKARTA Putra, Anthonius Ade Purnama; Hartini, Yustina Sri
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Government Regulation of The Republic of Indonesia number 51/ 2009 stated thatPharmacist must be the person that responsible for pharmaceutical wholesaler activity.Pharmaceutical wholesaler must implement Good Distribution Practices (GDP). There are79.045 types of registered pharmaceuticals that distributed by 2.821 pharmaceuticalwholesalers in 33 Indonesia’s provinces. This research aimed to evaluate theimplementation of GDP on pharmaceutical wholesalers in Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) Province. This research conducted in July 2010 using questionnaire and interview to29 pharmaceutical wholesaler are willing to become respondents from 49 pharmaceuticalwholesaler listed in DIY. The products distributed by pharmaceutical wholesaler in DIYProvince which is the raw material of pharmaceuticals, vaccines, psychotropic, prescriptiondrugs, over the counter drugs, cosmetics, food, milk, and medical equipment. Theresponsible person in 83% pharmaceutical wholesaler is a woman, 38% chargepharmaceutical wholesaler 23-30 years old, pharmacist being the responsible person on31% pharmaceutical wholesaler, 52% had never been in charge GDP training. There are 3%pharmaceutical wholesaler which doesn’t have a Standard Operating Procedure, 21% don’thave the organizational structure, 59% didn’t have temperature control equipment, 34% don’thave humidity control equipment, 3% don’t carry out the documentation, and 10% didn’tconduct self inspections. ABSTRAKTerdapat 79.045 jenis sediaan farmasi yang berizin edar yang didistribusikan oleh 2.821PBF yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Penelitian ini mengevaluasi implementasiCDOB pada PBF di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Survei dilakukan bulan Juli2010 menggunakan kuesioner dan interview kepada 29 PBF yang bersedia menjadiresponden dari 49 PBF yang tercatat di Propinsi DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwaproduk yang disalurkan oleh PBF di Provinsi DIY yakni bahan baku farmasi, vaksin,psikotropik, obat keras, obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, makanan, susu, danalat kesehatan. Sebanyak 83% PBF, penanggung jawabnya wanita, 38% penanggung jawabPBF berumur 23-30 tahun, 31% penanggung jawab PBF adalah apoteker, 52% penanggungjawab PBF belum pernah mengikuti pelatihan CDOB. Terdapat 3% PBF yang tidak memilikiStandar Operasional Prosedur, 21% tidak memiliki struktur organisasi, 59% tidak memilikialat pengontrol suhu, 34% tidak memiliki alat pengontrol kelembaban, 3% tidakmelaksanakan dokumentasi, dan 10% tidak melakukan inspeksi diri.
IMPLEMENTASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK PADA PEDAGANG BESAR FARMASI DI YOGYAKARTA Putra, Anthonius Ade Purnama; Hartini, Yustina Sri
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v6i1.98

Abstract

Government Regulation of The Republic of Indonesia number 51/ 2009 stated thatPharmacist must be the person that responsible for pharmaceutical wholesaler activity.Pharmaceutical wholesaler must implement Good Distribution Practices (GDP). There are79.045 types of registered pharmaceuticals that distributed by 2.821 pharmaceuticalwholesalers in 33 Indonesiaâ??s provinces. This research aimed to evaluate theimplementation of GDP on pharmaceutical wholesalers in Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) Province. This research conducted in July 2010 using questionnaire and interview to29 pharmaceutical wholesaler are willing to become respondents from 49 pharmaceuticalwholesaler listed in DIY. The products distributed by pharmaceutical wholesaler in DIYProvince which is the raw material of pharmaceuticals, vaccines, psychotropic, prescriptiondrugs, over the counter drugs, cosmetics, food, milk, and medical equipment. Theresponsible person in 83% pharmaceutical wholesaler is a woman, 38% chargepharmaceutical wholesaler 23-30 years old, pharmacist being the responsible person on31% pharmaceutical wholesaler, 52% had never been in charge GDP training. There are 3%pharmaceutical wholesaler which doesnâ??t have a Standard Operating Procedure, 21% donâ??thave the organizational structure, 59% didnâ??t have temperature control equipment, 34% donâ??thave humidity control equipment, 3% donâ??t carry out the documentation, and 10% didnâ??tconduct self inspections. ABSTRAKTerdapat 79.045 jenis sediaan farmasi yang berizin edar yang didistribusikan oleh 2.821PBF yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Penelitian ini mengevaluasi implementasiCDOB pada PBF di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Survei dilakukan bulan Juli2010 menggunakan kuesioner dan interview kepada 29 PBF yang bersedia menjadiresponden dari 49 PBF yang tercatat di Propinsi DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwaproduk yang disalurkan oleh PBF di Provinsi DIY yakni bahan baku farmasi, vaksin,psikotropik, obat keras, obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, makanan, susu, danalat kesehatan. Sebanyak 83% PBF, penanggung jawabnya wanita, 38% penanggung jawabPBF berumur 23-30 tahun, 31% penanggung jawab PBF adalah apoteker, 52% penanggungjawab PBF belum pernah mengikuti pelatihan CDOB. Terdapat 3% PBF yang tidak memilikiStandar Operasional Prosedur, 21% tidak memiliki struktur organisasi, 59% tidak memilikialat pengontrol suhu, 34% tidak memiliki alat pengontrol kelembaban, 3% tidakmelaksanakan dokumentasi, dan 10% tidak melakukan inspeksi diri.
Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Wajah Cair Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes Soebagio, Trisiana Tri; Hartini, Yustina Sri; Mursyanti, Exsyupransia
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2698

Abstract

Salah satu penyakit kulit yang banyak dialami oleh remaja yaitu jerawat. Salah satu bakteri penyebab jerawat adalah Propionibacterium acnes. Oleh karena itu, jerawat dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya efek samping seperti iritasi karena tidak cocok dengan kulit. Salah satu bahan alami tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif menggantikan antibiotik, adalah herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Bahan alami ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk sediaan topikal. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan flavonoid, tanin dan triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak herba pegagan serta mengetahui karakteristik sabun wajah cair dengan penambahan ekstrak herba pegagan, dan mengetahui kemampuan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan P. acnes. Perlakuan konsentrasi yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak maupun sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yaitu 20%, 30%, dan 40%, 50% dan 60%. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu identifikasi tanaman, pembuatan serbuk herba pegagan, ekstraksi herba pegagan, uji kualitatif dan kuantitatif ekstrak herba pegagan (flavonoid, tanin dan triterpenoid), pembuatan dan sterilisasi medium, uji kemurnian bakteri, uji aktivitas antibakteri ekstrak dan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan, pembuatan sediaan sabun wajah cair dan uji evaluasi sediaan. Parameter evaluasi sediaan sabun wajah cair yaitu pH, tinggi busa, viskositas, dan homogenitas. Hasil yang didapatkan dari analisis fitokimia adalah ekstrak herba pegagan mengandung flavonoid dan tanin namun tidak mengandung triterpenoid. Kualitas dari sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yang disimpan selama 28 hari dengan parameter pH, tinggi busa, viskositas dan homogenitas memenuhi SNI. Sabun wajah cair ekstrak herba pegagan memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes.
Aktivitas Kombinasi Infusa Daun Sirih Merah dan Infusa Daun Sirih dengan Klorheksidin terhadap Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis Casanti Wiji Rahayu; Raden Muhamad Hovi Nurakbar; Yustina Sri Hartini
Majalah Farmasetika Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v4i0.25848

Abstract

Penggunaan klorheksidin secara terus menerus merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi bakteri Gram negatif anaerob Porphyromonas gingivalis. Kombinasi klorheksidin dengan bahan alam yang memiliki khasiat antibakteri diharapkan menghasilkan efek sinergi yang dapat mengatasi resistensi bakteri P. gingivalis. Penelitian ini mengukur aktivitas antibakteri kombinasi infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav./Pc) dan infusa daun sirih (Piper betle L./Pb) dengan klorheksidin terhadap P. gingivalis, diharapkan terjadi efek sinergi pada kombinasi bahan antibakteri tersebut. Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas antibakteri kombinasi Pc dan Pb dengan klorheksidin terhadap P. gingivalis terhadap bahan tunggalnya. Daun sirih merah dan daun sirih didapat dari daerah Sleman Yogyakarta. Ekstraksi senyawa dari daun sirih merah dan daun sirih dilakukan secara infundasi. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran menggunakan media nutrien agar darah. Penetapan aktivitas antibakteri bahan uji dengan pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan P. gingivalis. Diameter zona hambat klorheksidin terhadap pertumbuhan P. gingivalis sebesar 2,36 ± 0,05 cm. Kombinasi Pc 100%; Pc 50%; Pb 100%; dan Pb 50% dengan klorheksidin menghasilkan diameter zona hambat pertumbuhan P. gingivalis berturut-turut sebesar 2,0 ± 0 cm;1,93 ± 0,01 cm; 2,1 ± 0 cm; dan 2,18 ± 0,01 cm. Kombinasi klorheksidin dengan Pc maupun dengan Pb tidak menghasilkan efek antibakteri yang lebih kuat terhadap pertumbuhan P. gingivalis, dibandingkan klorheksidin tunggal. Kombinasi klorheksidin dengan Pc maupun Pb tidak menunjukkan efek sinergi. Pemanfaatan Pc maupun Pb sebagai antibakteri tidak direkomendasikan untuk dikombinasi dengan klorheksidin.
Toxicity of Bioactive Compound from Endophytic Fungi Isolated from Red Ginger (Zingiber officinale var. rubrum) Utilizing Brine Shrimp Lethality Assay Angga Prasetyo; Boy Rahardjo Sidharta; Yustina Sri Hartini; Exsyupransia Mursyanti
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 7 No 1 (2019)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v7i1.6000

Abstract

Red ginger (Zingiber officinale var. rubrum) has been proven to show anticancer activity. Direct use bioactive compound from red ginger has many obstacles such as large amount of red ginger’s rhizome needed, limitation of planting area, and very long time of harvesting. Utilization of endophytic fungi from red ginger’s rhizome could be an alternative to the problems. The aims of this study were to determine bioactive compound produced by endophytic fungi and toxicity activity based on LC50. Endophytic fungi were isolated from red ginger and were identified macroscopically and microscopically. The bioactive compounds were extracted using ethanol 96%. Flavonoid test was done qualitatively, bioactive compounds were analyzed by Thin Layer Chromatography (TLC), and the toxicity test was done using Brine Shrimp Lethality Assay (BSLA). The present research found two endophytic fungi isolated from red ginger rhizome. Isolate 1 was similar to Mucor sp. and isolate 2 was similar to Trichoderma sp. Phytochemical test revealed bioactive compound extracted from the isolates were contained flavonoid. TLC analysis did not detect quercetin from the bioactive compound extracted from the isolates. LC50 values of the bioactive compound from the isolates were 2.300 and 1.747 µg/ml, respectively. The toxicological results suggest that both isolates produce non-toxic compound to Artemia salina.
Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Wajah Cair Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes Trisiana Tri Soebagio; Yustina Sri Hartini; Exsyupransia Mursyanti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2698

Abstract

Salah satu penyakit kulit yang banyak dialami oleh remaja yaitu jerawat. Salah satu bakteri penyebab jerawat adalah Propionibacterium acnes. Oleh karena itu, jerawat dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya efek samping seperti iritasi karena tidak cocok dengan kulit. Salah satu bahan alami tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif menggantikan antibiotik, adalah herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Bahan alami ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk sediaan topikal. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan flavonoid, tanin dan triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak herba pegagan serta mengetahui karakteristik sabun wajah cair dengan penambahan ekstrak herba pegagan, dan mengetahui kemampuan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan P. acnes. Perlakuan konsentrasi yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak maupun sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yaitu 20%, 30%, dan 40%, 50% dan 60%. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu identifikasi tanaman, pembuatan serbuk herba pegagan, ekstraksi herba pegagan, uji kualitatif dan kuantitatif ekstrak herba pegagan (flavonoid, tanin dan triterpenoid), pembuatan dan sterilisasi medium, uji kemurnian bakteri, uji aktivitas antibakteri ekstrak dan sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan, pembuatan sediaan sabun wajah cair dan uji evaluasi sediaan. Parameter evaluasi sediaan sabun wajah cair yaitu pH, tinggi busa, viskositas, dan homogenitas. Hasil yang didapatkan dari analisis fitokimia adalah ekstrak herba pegagan mengandung flavonoid dan tanin namun tidak mengandung triterpenoid. Kualitas dari sediaan sabun wajah cair ekstrak herba pegagan yang disimpan selama 28 hari dengan parameter pH, tinggi busa, viskositas dan homogenitas memenuhi SNI. Sabun wajah cair ekstrak herba pegagan memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes.
Uji Aktivitas Fagositosis Makrofag Fraksi-fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Secara In Vitro YUSTINA SRI HARTINI; SUBAGUS WAHYUONO; SITARINA WIDYARINI; AGUSTINUS YUSWANTO
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 11 No 2 (2013): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.615 KB)

Abstract

Plants can be sources of immunomodulatory agents. Piper crocatum Ruiz & Pav. (red betel) leaves have been used to heal many diseases, especially to increase endurance. The aim of this research was to investigate the imunomodulatory effect of methanolic leaf extracts of Piper crocatum Ruiz & Pav. and its fractions by in vitro phagocytic macrophage activity test. The result showed that methanolic extract of Piper crocatum Ruiz & Pav. 75μg/mL could stimulate phagocytic macrophage activity equal to 100μg/mL product-X® that contained Echinacea extract. Separation of the extract by vacuum liquid chromatography using gradient solvent n-hexane - ethyl acetate yielded 5 fractions. The second fraction showed the highest activity. It contained alkaloid and terpenoid, while the extract also contained flavonoid and essential oil. Alkaloid and/or terpenoid could be the compound in the leaves of Piper crocatum Ruiz & Pav. that responsible increasing phagocytic macrophage activity.
Relevansi Peraturan Dalam Mendukung Praktek Profesi Apoteker Di Apotek Hartini, Yustina Sri
Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. 6, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of pharmacy’s duty is being the place of pharmacist to serve patient profesionally. The fact, it was many report in mass media that pharmacist ‘s performance is not good enough. Many pharmacy regulation already issued, this review report and discuss pharmacy regulations related to pharmacy. Regulation that have issued by goverment about pharmacy ie: St. No.419 in 1949, Goverment regulations (PP) No.25 in 1980, Rule of Minister of Health (Permenkes) No.26 in 1981, Kepmenkes No. 278, 279 and 280 in 1981, Permenkes No.240 in 1990, Kepmenkes No.347 in 1990, Permenkes No.922 in 1993, Act (UU) No.5 in 1997, UU No.22 in 1997, PP No.72 in 1998, UU No.8 in 1999, Kepmenkes No.1332 in 2002, UU No.29 in 2004, Kepmenkes No.1027 in 2004, and Permenkes No.384 in 2007. Pharmacy regulations are enouh and relevance to support pharmacist practice, commitment to adhere the regulations and enforcement its implementation still required.
Analysis of Behavioral Factors in the Use of Traditional Medicine: Observational Study in Yogyakarta, Indonesia Adi Nugrahanti, Maria Cyrilla Iglesia; Yosef Wijoyo; Yustina Sri Hartini; Nunung Priyatni
Eureka Herba Indonesia Vol. 5 No. 3 (2024): Eureka Herba Indonesia
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/ehi.v5i3.121

Abstract

Traditional medicine has long been used by the people of Yogyakarta, Indonesia as an alternative treatment to modern medicine. Various factors influence traditional medicine use, including psychological factors such as attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control. This research aims to determine the factors that influence the use of traditional medicine among the people of Yogyakarta Indonesia using the theory of planned behavior (TPB). This research was conducted using an analytical observational research design with a cross-sectional design. Data was collected from 110 respondents living in Yogyakarta who met the inclusion and exclusion criteria. The research instrument is a questionnaire that refers to the TPB construct which has been tested for validity and reliability. Data analysis was carried out using logistic regression statistical tests and Pearson correlation tests. The results of the analysis show that attitudinal factors and perceived behavioral control partially contribute to the intention to use traditional medicine, while the subjective norm construct does not contribute. Attitudes and perceived behavioral control are important factors that influence the intention to use traditional medicine among Indonesian people. This suggests that interventions that focus on increasing positive attitudes and perceived behavioral control can increase the use of traditional medicine.
IMPLEMENTASI PERATURAN PEREDARAN OBAT SECARA DARING PADA MASYARAKAT DI PRAKTIK PELAYANAN KEFARMASIAN APOTEK Kusuma, Deny; Wijoyo, Yosef; Sri Hartini, Yustina
Jurnal Kefarmasian Akfarindo Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37089/jofar.vi0.109

Abstract

Saat ini dapat dikatakan bahwa obat termasuk dalam kebutuhan pokok rnasyarakat. Obat bukanlah komoditas sepertihalnya sembako, ada banyak peraturan terkait peredaran obat. BPOM telah rnenerbitkan peraturan Nomor 8 tahun 2020untuk rnengatur dan rnengawasi penjualan obat secara daring dan sudah disosialisasikan. Kemajuan teknologi informasidan perkembangan tingkat pemanfaatan layanan daring untuk mendapatkan obat terutama di masa pandemi Covid-19meningkat. Obat keras harus didistribusikan ke pasien berdasar resep dokter dan disertai informasi edukasi sertapernastian penggunaan yang tepat bagi pasien.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan kualitatif untuk mengkaji implementasi peraturanBPOM Nomor 8 tahun 2020 dalam praktek pelayanan kefarmasian di apotek dalam peredaran obat keras secara daring.Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung di sarana pelayanan kefarmasian di apotek wilayahKabupaten Sleman Yogyakarta. Pengarnbilan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Instrumenberupa panduan wawancara disusun berdasarkan kerangka teori COM-B (Capability, Opportunity, Motivation,Behavior). Responden wawancara adalah masyarakat yang berkunjung di sarana pelayanan kefarmasian di apotek yangmernenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data kualitatif hasil wawancara dianalisis secara ternatik dengan menggunakanbantuan software NVIVO 11 Plus. Hasil penelitian pada umumnya masyarakat tidak mengetahui adanya regulasi mengenai peredaran obat secara daringdengan mendetail namun paham akan tujuan regulasi. Masyarakat menyatakan kemudahan penggunaan pelayanan obatdaring, walaupun ada kerugian yang mereka rasakan seperti harga lebih mahal serta dapat saja membeli obat yang salah.Masyarakat berkeinginan untuk terus melakukan pembelian secara daring dan keinginan adanya peraturan khusus yanglebih detail mengenai peraturan tersebut. Serta berharap adanya edukai terhadap masyarakat mengenai swamedikasi