Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH VARIETAS APEL (Malus Sylvestris MILL) DAN KONSENTRASI MAIZENA TERHADAP KARAKTERISTIK LEMPOK APEL Gaby Novitalia Putri; Wahono Hadi Susanto; Novita Wijayanti
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia memiliki sentra penghasil buah apel, yaitu Kota Batu. Terdapat 3 varietas apel yaitu Anna, Romebeauty dan Manalagi, yang dapat dioptimalkan untuk pembuatan lempok apel. Tujuan penelitian adalah menentukan penambahan konsentrasi maizena pada berbagai varietas apel. Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan 2 faktor. Faktor I varietas apel terdiri dari 3 level (Anna, Romebeauty dan Manalagi) dan faktor II konsentrasi maizena  terdiri dari 3 level (5%, 7.5% dan 10%. Data hasil pengamatan menggunakan ANOVA dilanjutkan uji BNT 1%. Perlakuan terbaik dengan metode Zeleny yaitu varietas apel Anna dengan penambahan konsentrasi maizena 10%. Hasil perlakuan terbaik, yaitu kadar air 20.23%; vitamin C 10.14 mg/100g; total gula 35.05%; serat kasar 4.19%; kecerahan (L+) 59.22; kemerahan (a+) 4.25; kekuningan (b+)12.99; tekstur 12.55 N. parameter organoleptik warna 3.46 (suka); rasa 3.52 (suka); aroma 3.67 (suka) dan tekstur 3.55 (suka). Kata kunci: Lempok apel, Maizena, Varietas apel.
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DAN KONSENTRASI MAIZENA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK LEMPOK BELIMBING Anasthasia Ananta Carolina Titi Ola; Wahono Hadi Susanto; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Belimbing merupakan komoditas buah yang memiliki produktivitas yang tinggi di Indonesia dan dapat dimanfaatkan menjadi lempok. Pada proses pembuatan lempok tingkat kematangan buah dan konsentrasi penambahan maizena berpengaruh terhadap konsistensi gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan interaksi penambahan konsentrasi maizena pada masing-masing tingkat kematangan belimbing terhadap karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik lempok belimbing. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari tingkat kematangan buah belimbing mentah, setengah matang, matang dan konsentrasi penambahan maizena 3%, 5%, dan 7%. Tingkat kematangan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, vitamin C, total gula, tekstur, kecerahan, kemerahan, kekuningan, dan organoleptik. Konsentrasi penambahan maizena berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, vitamin C, total gula, tekstur, kecerahan, kekuningan, dan organoleptik. Namun kedua perlakuan tidak memiliki interaksi.  Produk lempok belimbing terbaik adalah belimbing matang dan konsentrasi maizena 3%.Kata Kunci : Belimbing, Lempok, Maizena, Tingkat Kematangan Belimbing
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DAN PROPORSI PENAMBAHAN GULA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK LEMPOK BELIMBING Abdullah Hafidz Imaduddin; Wahono Hadi Susanto
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu buah yang populer di Indonesia. Rasanya yang manis, kandungan vitamin A dan vitamin C yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lempok. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktorial yaitu tingkat kematangan buah belimbing dan proporsi penambahan gula, masing-masing terdiri dari 3 level, sehingga didapatkan 9 kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Faktor pertama tingkat kematangan buah belimbing, yaitu buah belimbing mentah, setengah matang dan matang. Faktor kedua proporsi penambahan gula, yaitu 4%, 6% dan 8%. Produk lempok belimbing terbaik (Zeleny) menurut parameter fisikokimia dan organoleptik adalah belimbing matang dengan proporsi penambahan gula 4%, dengan nilai kadar air (18.81%), vitamin C (19.83mg/100g), total gula (42.94%), kadar abu (1.43%), tekstur (19.60N), tingkat kecerahan L* (46.73), tingkat kemerahan a* (10.30), tingkat kekuningan b* (14.87), kesukaan warna (4.10), kesukaan aroma (3.80), kesukaan rasa (4.35) dan kesukaan tekstur (3.68). Kata Kunci: Averrhoa carambola L., Belimbing Manis, Lempok belimbing, Pangan Tradisional
PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMASAKAN TERHADAP KARAKTERISTIK LEMPOK LABU KUNING (WALUH) Ovrida Wahyu Nilasari; Wahono Hadi Susanto; Jaya Mahar Maligan
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Labu kuning merupakan tanaman yang mudah tumbuh di berbagai daerah mulai dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Ketersediaan labu kuning di Indonesia relatif tinggi, menurut data BPS produksi labu kuning di Indonesia pada tahun 2011 produksinya mencapai 428.197 ton. Labu kuning sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk pangan olahan berbasis pangan lokal yaitu lempok labu kuning. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan lama dan suhu pemasakan sehingga menghasilkan produk yang sesuai dengan syarat mutu lempok. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor I adalah lama waktu pemasakan yang terdiri dari 3 level (90, 120, dan 150 menit). Faktor II adalah suhu pemasakan yang terdiri dari 3 level (70±20C, 80±20C, dan 90±20C). Hasil pengamatan akan dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dilanjutkan uji DMRT 1%. Perlakuan terbaik lempok labu kuning dengan metode Zeleny yaitu lempok labu kuning dengan suhu pemasakan 80±20C selama 120 menit dengan nilai kadar air (27.61%), total gula (43.28%), total karoten 15.39 µg/g, serat kasar (4.53%), tekstur (8.80 N), tingkat kecerahan L+ (46.34), tingkat kemerahan a* (8.55), tingkat kekuningan b* (24.05), nilai warna lempok labu kuning 3.48 (agak menyukai), nilai aroma lempok labu kuning 3.47 (agak menyukai), nilai rasa lempok labu kuning 3.63 (suka), dan nilai tekstur lempok labu kuning 3.75 (suka). Kata Kunci: Labu Kuning, Lempok, Suhu, Lama Pemasakan 
PEMBUATAN LEMPOK NANGKA (Artocarpus heterophyllus) (KAJIAN TINGKAT KEMATANGAN BUAH NANGKA BUBUR DAN KONSENTRASI MAIZENA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, ORGANOLEPTIK) Kiki Diah Amalia; Wahono Hadi Susanto
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Nangka merupakan salah satu jenis produk unggulan Kota Malang dengan produktivitas per tahun sebesar 752.32 ton. Budidaya Buah Nangka di Malang berlokasi di Kelurahan Cemoro kandang, Kec Kedungkandang. Jenis nangka yang digunakan adalah nangka bubur karena daging buahnya yang lembek seperti bubur, sehingga diharapkan produk menyerupai tekstur lempok durian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah nangka dan konsentrasi maizena terhadap karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik lempok nangka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor yaitu faktor 1 tingkat kematangan buah nangka (matang; lewat matang) dan konsentrasi maizena (0%, 2%, 4% dan 6%) dari berat slurry buah. Perlakuan terbaik berdasarkan karakteristik fisik-kimia-organoleptik yaitu pada buah matang konsentrasi maizena 2%. Produk ini memiliki karakteristik kadar air 22,88%; serat 6,94%; total gula 34,02%; kadar pati 7,67%; vitamin C 3,154 (mg/100g); tekstur 8,23; warna L* 54,7; warna a* 0,57; warna b* 34,50. Pada parameter organoleptik memiliki karakteristik warna 4,04; aroma 3,51; rasa 3,69; tekstur 3,62. Kata kunci: Fisik, Kimia, Lempok Nangka, Organoleptik 
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN DENGAN METODE CABINET DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK MANISAN KERING APEL VARIETAS ANNA (Malus domestica BORKH) Zerlin Ulfa Shabrina; Wahono Hadi Susanto
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Apel berhasil dikembangkan dengan baik di Kota Batu, Jawa Timur. Terdapat 3 varietas apel yang dikembangkan yaitu apel Anna, apel Romebeauty dan apel Manalagi. Apel anna kurang disukai untuk dikonsumsi langsung karena memiliki rasa asam, sehingga dapat dioptimalkan untuk pembuatan manisan kering. Tujuan peneltian ini adalah mengetahui pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap karakteristik manisan kering apel anna, sehingga didapatkan produk yang sesuai dengan syarat mutu produk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor I suhu pengeringan terdiri dari 3 level (500C, 600C dan 700C) dan faktor II lama pengeringan terdiri dari 3 level (7 jam, 8 jam dan 9 jam). Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA dilanjutkan uji DMRT atau BNT 1%. Perlakuan terbaik dengan metode Zeleny yaitu suhu pengeringan 600C selama 7 jam. Hasil perlakuan terbaik, yaitu kadar air 25,08%; total gula 54.98%; vitamin C 6.00 mg/100g; serat kasar 1.28%; kecerahan (L+) 67.10; kemerahan (a+) 10.97; kekuningan (b+) 12.30; tekstur 23.83 N. Parameter organoleptik aroma 3.40 (suka); rasa 4.15 (suka); warna 4.12 (suka) dan tekstur 3.78 (suka). Kata kunci: Apel Varietas Anna, Manisan Kering, Pengeringan
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BUAH DAN PROPORSI GULA:SLURRY TERHADAP KARAKTERISTIK LEMPOK LABU KUNING (Cucurbita sp.) Della Putri Arumsari; Wahono Hadi Susanto; Novita Wijayanti
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 4 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Labu kuning merupakan buah yang dapat bertahan lama hingga lebih dari 6 bulan dengan tingkat konsumsi kurang dari 5 kg/kapita/tahun. Pengolahan labu kuning menjadi lempok merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis labu kuning. Lempok dengan konsistensi gel yang baik memerlukan penambahan gula yang tepat. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor. Faktor I adalah lama penyimpanan buah dengan dua level (1 bulan dan 6 bulan), dan faktor II adalah proporsi gula dengan slurry yang terdiri dari 4 level (1:7.5; 1:6; 1:5; dan 1:4.3). Lama penyimpanan buah dan proporsi gula dengan slurry berpengaruh terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik lempok labu kuning. Korelasi positif terdapat pada total gula dengan tekstur. Korelasi negatif terjadi antara kadar air dengan total gula, total karoten dan aktivitas antioksidan, serta kadar air dan tekstur. Lempok labu kuning perlakuan terbaik menurut parameter fisikokimia yaitu perlakuan lama penyimpanan 6 bulan dan proporsi gula dengan slurry 1:4.3. Kata kunci: Gula, Labu Kuning, Lama Penyimpanan Buah, Lempok
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH NANGKA BUBUR (Artocarpus heterophyllus) DAN PROPORSI GULA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK LEMPOK NANGKA BUBUR Rr. Astri Inneke Yunita Wijayanti; Wahono Hadi Susanto; Novita Wijayanti
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 4 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nangka bubur bersifat mudah busuk tetapi memiliki keunggulan daging lembut, aroma lebih kuat dan rasa  lebih manis sehingga bisa menjadi bahan utama pembuatan lempok. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tingkat kematangan nangka bubur dan penambahan proporsi gula, serta interaksi kedua perlakuan terhadap karakteristik lempok nangka bubur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial 2 faktor. Faktor I tingkat kematangan nangka bubur (matang dan kelewat masak) dan faktor II proporsi gula (75 g, 100 g, 125 g dan 150 g dalam 1000 g slurry nangka bubur). Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA dilanjutkan uji DMRT 1% dan BNT 1%. Perlakuan terbaik lempok nangka bubur dengan metode Zeleny yaitu tingkat kematangan matang dengan proporsi gula 100 g dalam 1000 g slurry nangka bubur. Kadar air 18.61%; vitamin C 4.09 mg/100g; total gula 29.34%; serat kasar 6.46%; warna L* 51.00; a* 3.31; b* 32.82; tekstur 9.25 N; dan organoleptik aroma 3.82 (suka); rasa 3.80 (suka); tekstur 3.12 (agak suka) dan warna 4.30 (suka). Kata kunci: Gula, Lempok Nangka Bubur, Tingkat Kematangan Nangka Bubur. 
PENGARUH LAMA PEMANASAN DAN KONSENTRASI MAIZENA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMA, DAN ORGANOLEPTIK LEMPOK JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) Rudi Gunawan; Wahono Hadi Susanto; Novita Wijayanti
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2018.006.01.1

Abstract

   Jambu biji merah memiliki produktivitas cukup tinggi dan dapat tersedia sepanjang tahun. Produksi jambu biji di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 187.406 ton. Namun, jambu biji memiliki umur simpan yang pendek sehingga perlu dilakukan pengolahan. Lempok merupakan makanan semi basah yang memiliki tekstur yang liat. Lama pemanasan dan konsentrasi maizena dapat berpengaruh terhadap kualitas lempok yang dihasilkan. Metode yang digunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor I adalah lama pemanasan yang terdiri dari 3 level (1 jam; 1,5 jam; dan 2 jam). Faktor II adalah konsentrasi maizena yang terdiri atas 3 level (5%; 7.50%; dan 10%). Tingkat lama pemanasan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, asam askorbat, total gula, serat kasar, tekstur, kecerahan, kekuningan, kemerahan, dan organoleptik. Perlakuan tingkat konsentrasi maizena berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, tekstur, kemerahan, kekuningan, dan organoleptik, sedangkan parameter total gula dan kecerahan berpengaruh nyata. Lempok jambu biji merah terbaik adalah lempok dengan perlakuan lama pemanasan 2 jam dan konsentrasi maizena 7.50%. Kata kunci: Jambu Biji Merah, Lama Pemanasan, Lempok, Maizena
PENGARUH PROPORSI MAIZENA:SLURRY DAN LAMA PEMASAKAN TERHADAP KARAKTERISTIK LEMPOK WALUH Aninditya Puspitasari; Wahono Hadi Susanto; Novita Wijayanti
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 6 No. 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2018.006.02.5

Abstract

Salah satu produk olahan waluh yang berpotensi untuk dikembangkan adalah lempok. Lempok yang baik mempunyai konsistensi gel yang baik, yang dapat dipengaruhi oleh kandungan pektin dan asam pada buah maupun penambahan pengental. Pada penelitian ini digunakan maizena sebagai bahan pengental. Selain itu faktor penting yang harus diperhatikan yaitu lama pemasakan yang akan memodifikasi sifat fisik bahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan interaksi proporsi maizena dan lama pemasakan terhadap karakteristik lempok waluh. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dua faktor. Faktor I adalah proporsi maizena dengan slurry (M) yang terdiri tiga level (1:40; 2:40; 3:40), dan faktor II adalah lama waktu pemasakan (L) yang terdiri dari tiga level (120 menit; 150 menit; 180 menit). Lempok waluh terbaik yaitu pada perlakuan proporsi maizena:slurry sebanyak 3:40 dengan lama pemasakan 150 menit. Kata Kunci: lama pemasakan, lempok, maizena, waluh,
Co-Authors Abdullah Hafidz Imaduddin Achmad Fajar Maulana Anasthasia Ananta Carolina Titi Ola Aninditya Puspitasari Annisa Ayu Pratiwi Aprodhyta Christy Kusuma Putri Ardhia Deasy Rosita Dewi Ardhia Deasy Rosita Dewi Atika Yahdiyani Ikhsani Bagus Rakhmad Setyohadi Cahya Alfiah Chandra Maysasri Trisshanti Choiriya Tri Wahyuningtias Clara Dea Nastasia Sutrisno Crysse Zuliana Della Putri Arumsari Dewi Prima Lestari Dewinta Ayu Prista Dewinta Ayu Prista, Dewinta Ayu Dhita Aprillia Diah Erika Pangestu Duta Pakerti Darajat Ellen Demi Winata Elok Waziiroh Endrika Widyastuti Eni Suryani Febri Nuron Amanu Feby Cahya Feronika Heppy Sriherfyna Ferry Pratama Fredi Eka Permana Fredi Eka Permana, Fredi Eka Fuadiyah Nila Kurniasari Gaby Novitalia Putri Hamita Rahmasari Hani Rachmayati Herdimas Wuryantoro Illiyin Manistha Yazakka Indria Purwantiningrum Jaya Mahar Maligan Kharis Izzul Sulthoni Kharis Izzul Sulthoni, Kharis Izzul Khoirina, Adhian Dini Khoirina Kiki Diah Amalia Lionny Candra Dewi M Roekaqo Taufiqul Maria Pesona Nuansa Maulida Alexianingrum Maya Dwi Erwinda Mentari Febrianti Darma Pertiwi Mita Widyaningtyas Moch Agung Puji Saputro Monica Virganita Puspita Rani Muhammad Rajif Achdiatsyah Muhammad Rajif Achdiatsyah, Muhammad Rajif Muhammad Yudda Rahardian Mulyana Mulyana Novita Wijayanti Nur Ida Panca Nugrahini Ovrida Wahyu Nilasari Panji Prasetyo Priyantini Kurniawati Rifqi Thirafi Ramadhana Rizky Febriyanti Rositha Adryana Christanti Rr. Astri Inneke Yunita Wijayanti Rudi Gunawan Septian Ulul Albab Septian Ulul Albab, Septian Ulul Shinta Rosalia Dewi Siska Tresna Yuliwaty Sudarma Dita Wijayanti Ulfah Regiarti Umi Nadhiroh Wahyu Remadani Wahyu Remadani, Wahyu Wirayani Febri Haloho Yeni Kurniati Yunda Aria Distira Zerlin Ulfa Shabrina