Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH METODE PENGOLAHAN (JUICING DAN BLENDING) TERHADAP KANDUNGAN QUERCETIN BERBAGAI VARIETAS APEL LOKAL DAN IMPOR (Malus domestica) Cempaka, Anggun Rindang; Santoso, Sanarto; Tanuwijaya, Laksmi Karunia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.957 KB)

Abstract

Abstrak Quercetin merupakan salah satu flavonoid yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif dengan mencegah proses peroksidasi lemak. Apel merupakan buah yang kaya kandungan quercetin, banyak dikonsumsi oleh masyarakat, serta mudah didapatkan. Kandungan quercetin berbeda pada setiap buahnya, bergantung pada varietas, proses pengolahan, kondisi pertumbuhan, nutrisi tanaman, dan lama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan (juicing dan blending) terhadap kandungan quercetin pada berbagai varietas apel lokal dan impor (Malus domestica). Kandungan quercetin diukur dari 4 varietas apel yang berbeda yaitu untuk apel lokal diwakili oleh varietas Rome beauty dan manalagi, sedangkan untuk apel impor diwakili oleh varietas fuji dan Red delicious yang masing-masing dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok 1 apel segar sebagai kontrol, kelompok 2 jus apel (juicing), dan kelompok 3 smoothie apel (blending). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik. Unit eksperimen penelitian dipilih dengan menggunakan metode RAK dengan 3 kali replikasi. Pengukuran kandungan quercetin dianalisis dengan menggunakan metode ekstraksi sampel dalam larutan etanol dan spektrofotometer. Berdasarkan hasil penelitian, apel segar mengandung quercetin paling banyak, diikuti oleh jus apel (juicing), dan smoothie apel (blending). Sedangkan varietas apel yang paling banyak mengandung quercetin adalah apel Rome beauty, diikuti oleh manalagi, fuji, dan Red delicious. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa varietas apel dan proses pengolahan yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan quercetin apel segar dan jus apel secara signifikan (p < 0.05). Kata kunci :    quercetin, metode pengolahan, juicing, blending, varietas apel Abstract Quercetin is kind of flavonoid which can protect the body from several degenerative diseases by preventing lipid peroxidation process. Apple is one of fruits which contains abundant source of quercetin, being consumed generally and affordable by most of people in the world. Quercetin content is different on each apples, depending on varieties, processing methods, growing conditions, plants nutritions, and storages. This study aimed to determine the effect of processing methods (juicing and blending) on quercetin content of local and import varieties of apple (Malus domestica). Quercetin content was measured from 4 different varieties of apples, some of which are local apples which are represented by Rome beauty and manalagi, and import apples which are represented by fuji and Red delicious. All of apple varieties is divided into 3 groups in which group 1 is apple fresh, group 2 is apple juice, and group 3 is apple smoothie. This study used laboratory experimental design. Unit experiment was selected using Randomized Group Design with 3 replication of each. Quercetin content measurement was analyzed by using extraction method in etanol solution and spectrophotometer. Based on the results, fresh apples contain quercetin at most of all, followed by apple juices (juicing), and apple smoothie (blending). Whereas apple variety which have highest content of quercetin is rome beauty, followed by manalagi, fuji, and red delicious. Based on these, it can be concluded that different processing methods and varieties of apples affect quercetin content of fresh apples and both of apple juices (juicing and blending) significantly (p<0.05). Keywords : quercetin, processing methods, juicing, blending, apple varieties
Potensi “Khimelor” sebagai Tepung Komposit Tinggi Energi Tinggi Protein Berbasis Pangan Lokal (Health Potential of “Khimelor” as Composite Fluor Having Both High Energy and High Protein Level Based on Local Food) Tanuwijaya, Laksmi Karunia; Gita, Amanda Putri; Ummi, Ismi Indah; kusuma, titis sari; Ruhana, Amalia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.529 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.8

Abstract

AbstrakPenggunaan tepung terigu sebagai bahan dasar produk makanan untuk diet tinggi energi tinggi protein masih cukup besar. Kedelai, kacang hijau, bayam merah dan daun kelor merupakan bahan pangan lokal sumber zat gizi yang potensial untuk diolah menjadi tepung komposit pengganti tepung terigu, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk makanan jadi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi kedelai, kacang hijau, bayam merah dan daun kelor (KhiMeLor) terhadap mutu gizi, mutu protein dan organoleptik tepung komposit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Taraf perlakuan berupa perbedaan komposisi tepung terigu dibanding tepung komposit (kedelai, kacang hijau, bayam merah, dan daun kelor) yaitu P0 (100% : 0%); P1 (75% : 25%); P2 (50% : 50%); P3 (25% : 75%); dan P4 (0% : 100%). Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak diuji menggunakan uji proksimat sedangkan kandungan zat besi dan beta karoten diuji dengan metode Spektrofotometri.  Mutu protein ditinjau dari asam amino pembatas dan mutu cerna protein. Mutu organoleptik diuji menggunakan hedonic scale scoring pada 20 panelis agak terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P4 memiliki kandungan energi (393,80 ± 2,46 kkal/100g), protein (32,85 ± 0,52%), dan lemak (9,12 ± 0,37%), tertinggi dibanding 4 perlakuan lain dengan perbedaan yang signifikan (p&lt;0,05). Kandungan zat besi dan beta karoten tertinggi pada P3 yaitu 15,02 ± 0,80 mg/kg dan 5816,9 ± 289,1 µg/100g. Asam amino pembatas pada P4 adalah metionin dan sistein, dengan mutu cerna 88,21%. P2 memiliki tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna dan tekstur, namun semakin banyak penambahan tepung komposit semakin rendah penerimaan panelis terhadap parameter aroma (p&lt;0,05).Kata kunci : tepung komposit, pangan lokal, KHiMeLor AbstractThe use of wheat flour as the basic ingredients of food products for high energy high protein diet is considerably high. Soybeans, mung beans, red leaf spinach and moringa leaf is local food sources of nutrients that are potential to be processed into a composite flour substituting wheat flour, which can be utilized for a variety of food products. The research was aimed to know the influence of proportion of soybeans, mung beans, red leaf spinach and moringa leaf (KhiMeLor) on the quality of nutrition, protein and organoleptik quality of composite flour. This was experimental research with a complete random design. The treatment were several composition mixtures of wheat and composite flour, consisting of soybean, mung bean, red leaf spinach and moringa leaf ) P0 (100% : 0%); P1 (75% : 25%); P2 (50% : 50%); P3 (25% : 75%); P4 (0% : 100%). The content of carbohydrate, protein and fat was analyzed using proximate analysis. The quality of protein was examined from limiting amino acid and protein digestibility score. The sensory test was used to examine the costumer acceptance on sensory parameters. Statistical analysis used One Way Anova which  showed that substitution of  soy bean, mung bean,  moringaleaf and red spinach significantly (p=0,000) increases protein level. The limiting amino acid of P0,P1 and P2 was Lysine, but P3 and P4 was methionine. Protein digestibility of composite fluor was less than P0 (96%). The result of sensory evaluation showed that there was significant difference in aroma (p=0,000) and texture (p=0,029) which decreases as there is an increase of proportion composite flour. The conclusion was different proportion of soy bean, mung bean, moringa leaf and red spinach  influences the nutrition quality and sensory evaluation of composite flour.Keyword : composite flour, local food, KHiMelor
PENGARUH TEPUNG ILES-ILES KUNING (Amorphophallus oncophyllus PRAIN) UNTUK MENCEGAH PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DENGAN DIET ATEROGENIK Nurdiana, Nurdiana; Tanuwijaya, Laksmi Karunia; Arvita, Andina Devi
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 3 (2017): MAJALAH KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.017 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2017.004.03.3

Abstract

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada penderita penyakit jantung kadar trigliserida darah cenderung lebih tinggi dari normal. Tepung iles-iles kuning  merupakan terapi alternatif yang diduga dapat mengatasi penyakit degeneratif ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tepung iles-iles kuning untuk mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus yang diberi diet aterogenik. Penelitian ini menggunakan true experimental randomized post-test only design. Penelitian dilakukan selama 8 minggu dengan 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor yaitu kelompok P0 (diet normal), P1 (diet aterogenik), P2 (diet aterogenik + tepung iles-iles kuning 0,13 g/ekor/hari), P3 (diet aterogenik + tepung iles-iles kuning 0,30 g/ekor/hari), P4 (diet aterogenik + tepung iles-iles kuning 0,60 g/ekor/hari). Variabel yang diukur adalah kadar trigliserida darah dengan menggunakan metode semi automatic (end point) kelor 1440epung daun kelor non protein),iberi diet non protein.. Analisis data menggunakan oneway ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan pemberian tepung iles-iles kuning dosis 0,13 g/ekor/hari tidak efektif dalam mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus, sedangkan pemberian tepung iles-iles kuning dengan dosis 0,30 dan 0,60 g/ekor/hari merupakan dosis yang efektif dalam mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus. Kelompok P1 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dengan kelompok perlakuan yang diberikan tepung iles-iles kuning. Analisis kadar trigliserida menunjukkan bahwa perbedaan kadar trigliserida pada masing-masing kelompok berbeda signifikan (p = 0,017). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kelompok P2 pemberian tepung iles-iles kuning sebesar 0,13 g tidak berpengaruh, sedangkan pada kelompok P3 dan P4 pemberian tepung iles-iles kuning sebesar  0,30 g dan 0,60 g berpengaruh terhadap pencegahan peningkatan kadar trigliserida tikus yang diberi diet aterogenik. Kata kunci:  diet aterogenik, kadar trigliserida, penyakit jantung, tepung iles-iles kuning
Sisa Makanan Pasien Rawat Inap: Analisis Kualitatif Tanuwijaya, Laksmi Karunia; Sembiring, Lydia Gresari; Dini, Cleonara Yanuar; Arfiani, Eva Putri; Wani, Yudi Arimba
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.379 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2018.005.01.6

Abstract

Penyelenggaran makanan di rumah sakit merupakan sistem pendukung dalam mempercepat kesembuhan pasien dari penyakit.  Sisa makanan pasien mencerminkan  rendahnya daya terima pasien terhadap makanan yang dapat meningkatkan risiko malnutrisi. Penting untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap adanya sisa makanan pada piring pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis secara kualitatif mengenai faktor yang memengaruhi pasien rawat inap menyisakan makanan di rumah sakit Universitas Muhammadiyah Malang. Desain penelitian adalah studi kualitatif  menggunakan wawancara mendalam kepada pasien, yang memiliki sisa makanan > 25% melalui observasi langsung sisa makanan dengan pendekatan Comstock pada 6 pasien yang berusia 18-35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan pasien dalam 3 kali waktu makan adalah 57%. Faktor yang dominan mempengaruhi pasien menyisakan makanan  meliputi faktor internal (kondisi klinis, kebiasaan makan, jenis kelamin), faktor eksternal  (rasa makanan, suhu makanan, tekstur, warna makanan, porsi dan variasi bahan makanan), faktor lingkungan (makanan luar rumah sakit). Faktor internal, faktor eksternal, dan faktor lingkungan secara langsung mempengaruhi persepsi pasien terhadap makanan rumah sakit sehingga mendorong pasien untuk menyisakan makanan rumah sakit.  Kata kunci: sisa makanan; kualitatif; rumah sakitAbstract Food service management in a hospital is a support system in accelerating the patient’s recovery from illness. Plate waste of the patient reflects low acceptance of a patient to food that may increase malnutrition risk. It is important to identify the factors that affect the occurrence of plate waste on patient food. This study aimed to explore and to analyze qualitatively about the factors that affect inpatients’ plate waste in Universitas Muhammadiyah Malang hospital. This study was a qualitative study using in-depth interviews to patients who had >25% plate waste through food waste direct observation using Comstock approach in 6 patients aged 18-35 years. The results show that the average patient's plate waste in 3 meal times was 57%. The dominant factors affecting the patient plate waste include internal factors (clinical conditions, eating habits, gender), external factors (food taste, food temperature, texture, food color, portion, and variety of foodstuffs), and environmental factors (food from outside). Internal factors, external factors, and environmental factors directly influence the patient's perception of hospital food, stimulating patients to plate waste.Keywords: plate waste; qualitative; hospital
The Correlation between Serum Concentration of Vitamin D with Vitamin D Receptor Expression and Disease Activity in Indonesian Patients with Systemic Lupus Erythematosus: Preliminary Study Handono, Kusworini; Tanuwijaya, Laksmi Karunia; Fitri, Loeki Enggar; Kalim, Handono
Journal of Tropical Life Science Vol 4, No 2 (2014)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The vitamin D role on the immune response of systemic lupus erythematosus (SLE) patient is mediated by vitamin D receptor (VDR). Low level of vitamin D correlated with disease activity in SLE patients, and circulating levels of activated vitamin D (1,25(OH)2D) contribute to VDR protein levels and its function. The objective of this study was to determine the correlation between vitamin D status with expression of VDR in peripheral blood mononuclear cell (PBMC) and the disease activity in SLE patients. The Research Subjects were 15 SLE patients (ACR 1997 criteria) from the Rheumato-Immunology Division, dr. Saiful Anwar Hospital, Malang and 5 healthy controls. Serum vitamin D (25(OH)D3) level was assessed using ELISA method. VDR expression in PBMC was assessed using immunocytochemistry technique. The disease activity was measured by Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index (SLEDAI) score. This study showed no difference on VDR expression in PBMC between patient and healthy control group, but patient with vitamin D deficiency had lower VDR expression in PBMC than the other group. No difference on SLEDAI score between the group. Vitamin D status correlated positively with VDR expression in PBMC (p < 0,035, r = 0,473). However vitamin D status did not correlate with disease activity scores (p = 0,686).
TEPUNG IKAN TERI NASI (STOLEPHORUS COMMERSINI LAC.) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DAN PROTEIN PADA CORN FLAKES ALTERNATIF SARAPAN ANAK USIA SEKOLAH Rahmi, Yosfi; Widya, Novita; Anugerah, Paramita Nur; Tanuwijaya, Laksmi Karunia
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 10, No 01 (2018): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v10i01.2229

Abstract

School-aged children need adequate nutrients to support their growth. Infact, the school-aged children in Indonesia eat a low nutritional breakfast, even many who do not eat breakfast. An alternative solution is the manufacture of cereals that are practical yet nutrient-dense as high in protein and calcium. The purpose of this study was to determine the protein, calcium contents and sensory properties of Corn Flakes based on anchovy flour as an alternative breakfast for school-aged Children. This research uses Completely Randomized Design (CRD). Treatment is the ratio of corn flour:anchovy flour that are 100:0, 90:10, 80:20, and 70:30. Each treatment was repeated 5 times. The results showed an increase in the concentration of anchovy flour gave a significant difference in protein content (Kruskal Wallis, p=0,000) and calcium (ANOVA, p=0,000) of Corn Flakes. However, the use of anchovy flour decreases the sensory properties of Corn Flakes in terms of color, texture, taste, and aroma (Kruskal-Wallis, p<0.05). Conclusion, the best Corn Flakes composition of corn flour with anchovy flour is 80:20 to obtain better sensory properties of Corn Flakes. Consumption of 30 g of Corn Flakes TITN per day can meet the protein and calcium needs of children aged 7-9 years by 8.96% and 45.99%. Keywords: Corn flakes, anchovy flour, protein, calcium, sensory properties.
Kepuasan Pasien Terhadap Variasi Bahan Makanan di Rumah Sakit Laksmi Karunia Tanuwijaya; Tiara Dian Novitasari; Eva Putri Arfiani; Yudi Arimba Wani; Dina Elok Wulandari
Jurnal Gizi Vol 8, No 1 (2019): Jurnal Gizi UNIMUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jg.8.1.2019.%p

Abstract

Pelayanan makanan di rumah sakit menjadi sorotan banyak pihak, khususnya yang berkaitan dengan kepuasan pasien. Ada beberapa faktor pelayanan gizi yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien, salah satunya adalah variasi bahan makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variasi jenis bahan makanan dengan kepuasan di rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional dengan populasi pasien rawat inap dewasa kelas 2 dan kelas 3 yang mendapat diet dalam bentuk makanan biasa atau lunak. Metode pengambilan sampel adalah Convenience Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 97 pasien. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner. Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p<0,05) antara variasi bahan makanan lauk hewani (<0,001), variasi bahan makanan lauk nabati (<0,001), variasi bahan makanan sayuran (0,006), dan variasi bahan makanan keseluruhan (<0,001) dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi bahan makanan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap makanan dan layanan yang diberikan.
Analisis Kesesuaian Kandungan Energi dan Zat Gizi Makro Rencana Menu dengan Standar Diet untuk Pasien Diabetes Mellitus Afifah Yasyfa Dhiyanti; Laksmi Karunia Tanuwijaya; Eva Putri Arfiani
Amerta Nutrition Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.166 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v4i1.2020.1-7

Abstract

Background: Diabetes Mellitus diet regulation aims to achieve and maintain controlled blood glucose levels. The strict monitoring of patient's intake is intended to prevent complications due to hypoglycemia and hyperglycemia. Objectives: To determine the conformity of energy and macronutrients between ABC menu planned and 1700 kcal diet standard. Methods: This study was a cross sectional study with descriptive approach. Research variables were energy and macronutrients of diet manuals and menu planned for Diabetes Mellitus inpatients. The conformity was known by identifying energy and macronutrients in the ABC menu cycle and standard recipes using Nutrisurvey Software and guidelines for estimates oil absorption, then compared with the energy and macronutrients on the 1700 kcal diet standard. Results: Standard 1700 kcal diet consisted of 1700 kcal energy, 63.8 grams protein, 47.2 grams fat, and 255 grams carbohydrate. The average menu A provided 1743.5±147 kcal of energy, menu B 1710.4±137.8 kcal, and menu C 1744.6±143.5 kcal. The average menu A provided 68.2±4 grams of protein, menu B 69.3±4.2 grams, and menu C 70±4.6 grams. The average menu A contained 71.2±10.5 grams of fat, menu B 68.4±10.3 grams, and menu C 67.7±11.1 grams. The average menu A consisted 212.3±14 grams carbohydrate, menu B 210.5±14 grams, and menu C 214.6±13.8 grams. Conclusions: Compared to 1700 kcal standard diet, the discrepancies of energy are at 0.6-22%, protein 0.2-27%, fat 20-104%, and carbohydrates 7-25%. ABSTRAK Latar Belakang: Pengaturan diet pada pasien rawat inap dengan Diabetes Mellitus bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah normal. Ketatnya pemantauan asupan makan pasien ditujukan untuk mencegah komplikasi akibat kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia.Tujuan: Mengetahui kesesuaian kandungan energi dan zat gizi makro rencana menu ABC dengan standar diet 1700 kkal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan deskriptif. Variabel penelitian adalah kandungan energi dan zat gizi makro standar diet dan rencana menu untuk pasien Diabetes Mellitus. Ada tidaknya kesesuaian diketahui dengan cara mengidentifikasi kandungan energi dan zat gizi makro pada siklus menu ABC dan standar resep menggunakan Nutrisurvey, DKBM, dan pedoman perkiraan penyerapan minyak, kemudian dibandingkan dengan kandungan energi dan zat gizi makro pada standar diet 1700 kkal.Hasil: Standar diet 1700 kkal meliputi 1700 kkal energi, 63,8 gram protein, 47,2 gram lemak, dan 255 gram karbohidrat. Rerata energi menu A 1743,5 ± 147 kkal, menu B 1710,4 ± 137,8 kkal, dan menu C 1744,6 ± 143,5 kkal. Rerata protein menu A 68,2 ± 4 gram, menu B 69,3 ± 4,2 gram, dan menu C 70 ± 4,6 gram. Rerata lemak menu A 71,2 ± 10,5 gram, menu B 68,4 ±10,3 gram, dan menu C 67,7 ± 11,1 gram. Rerata karbohidrat menu A 212,3 ± 14 gram, menu B 210,5 ± 14 gram, dan menu C 214,6 ± 13,8 gram.Kesimpulan: Terdapat ketidaksesuaian kandungan energi 0,6-22%, protein 0,2-27%, lemak 20-104%, dan karbohidrat 7-25% pada rencana menu ABC dengan standar diet 1700 kkal.
Analisa Kesesuaian Antara Preskripsi Diet Dengan Kebutuhan Gizi Secara Individu pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit X Anisa Handayani; Laksmi Karunia Tanuwijaya; Eva Putri Arfiani
Amerta Nutrition Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.918 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v3i4.2019.276-283

Abstract

Background: Medical nutrition management in DM patients must be done individually because it must consider eating habits, metabolism, physical activity and comorbidities. Calculation of nutritients adequacy can use the PERKENI formula by calculating basal energy then added or reduced by several factors, namely age, weight, physical activity, gender, metabolic stress.Objective: The aim of the study was to analysis the conformity of diet prescription and nutrients adequacy of DM patients. Method: This study used observational methods related to assessment data such as weight, hight, biochemical, and physic-clinic data and diet prescription. The number of samples in this study were 27 DM patients at X Hospital. Results: Results showed that there was discrepancies of diet prescription and nutrients adequacy of DM patients. Category of nutrient adequacy devided by 8 category, 1100 kkal, 1200 kkal, 1300 kkal, 1400 kkal, 1500 kkal, 1600 kkal, 1700 kkal, 1800 kkal. Diet prescription of DM patients was 1700 kkal. Conclusion: Comparison between diet prescription and nutrients adequacy 48% were mostly fall in appropriate category, and 52% were in inappropriate category. This was due to several factors such as the use of formulas in calculating nutrition adequacy of DM patients and the limited type of diet mannuals provided by hospitals to be prescribed for DM patients' diets.ABSTRAKLatar Belakang: Penatalaksanaan gizi medis pada pasien DM harus dilakukan secara individual karena harus mempertimbangkan kebiasaan makan, metabolisme, aktivitas fisik dan adanya komorbid. Perhitungan kebutuhan pasien secara individu dapat menggunakan rumus PERKENI dengan memperhitungkan energi basal kemudian ditambahkan atau dikurangi dengan beberapa faktor yaitu umur, berat badan, aktivitas fisik, jenis kelamin, stress metabolik.Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian antara preskripsi diet dengan kebutuhan gizi secara individu pada pasien DM.Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasi terkait data asesmen pasien yang meliputi data BB, TB, data biokimia, dan data fisik klinis, dan preskripsi diet. Data tersebut didapatkan berdasarkan informasi dari ahli gizi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 27 pasien DM di RS X.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian preskripsi diet dengan kebutuhan gizi secara individu pada pasien DM di RS X. Kategori kebutuhan energi secara individu terbagi menjadi 8 kategori, yaitu 1100 kkal (n=1), 1200 kkal (n=1), 1300 kkal (n=4), 1400 kkal (n=4), 1500 kkal (n=6), 1600 kkal (n=5), 1700 kkal (n=2), 1800 kkal (n=4). Preskripsi diet pasien DM adalah 1700 kkal.Kesimpulan: Perbandingan preskripsi diet dengan kebutuhan gizi secara individu adalah sebanyak 13 orang (48%) berada pada kategori cukup atau sesuai, dan sebanyak 14 orang (52%) berada pada kategori lebih atau tidak sesuai. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti penggunaan rumus dalam menghitung kebutuhan gizi pasien DM dan terbatasnya jenis standar diet yang disediakan rumah sakit untuk dituliskan menjadi preskripsi diet pasien DM.
Pengaruh Subtitusi Tepung Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus B.) Terhadap Mutu Gizi Sus Kering Sebagai Makanan Selingan Pasien Kemoterapi Nur Amaliah Ahmad; Laksmi Karunia Tanuwijaya; Rahma Micho Widyanto
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v5i3.379

Abstract

Abstrak –Kemoterapi merupakan terapi pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan sitostatika untuk menghancurkan sel kanker atau menghambat perkembangan sel kanker.Efek samping dari pengobatan kemoterapi berupa anoreksia, mual dan muntah, sehingga dapat mempengaruhi asupan makan pasien dan menyebabkan pasien mengalami malnutrisi. Sus Kering merupakan makanan yang dibuat untuk pasien kemoterapi dengan ukuran kecil namun memiliki kandungan gizi yang tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan zat gizi makrodan energi total pada sus kering substitusi tepung daun kumis kucing pada keempat formulasi terbaik dengan komposisi tepung terigu: tepung daun kumis kucing masing-masing (P0) 100:0 ; (P1) 90:10, (P2) 85:15, (P3) 80:20. Desain penelitian true experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan menggunakan variabel kontrol dan tiga perlakuan. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali sehingga total sampel sebanyak 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar zat gizi dan energi total pada sus kering substitusi tepung daun kumis kucing secara berturut-turut sebagai berikut, karbohidrat 10,30 gram, protein 3,71 gram, lemak 10,18 gram dan energi 146,21 kkal per satu takaran saji atau 25 gram. Hasil analisis statistik uji beda One Way Anova dan Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada karbohidrat, protein, lemak dan energi (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa tepung daun kumis kucing tidak mempengaruhi kandungan zat gizi makro dan energi total pada sus kering substitusi tepung daun kumis kucing sebagai makanan selingan pasien kemoterapi.Abstract - Chemotherapy is a cancer treatment therapy by using cytotoxic medicines to eliminate cancer cells or inhibit the growth of cancer cells. Side effects of chemotherapy medication are anorexia, nausea, and vomit that impact the absorption of nutrition and malnutrition to the patients. Choux paste is a food specially designed for chemotherapy patients in small size but have high nutrition. This study aims to investigate the difference of macronutrients content and total energy of chou pastry with Java Tea (Orthosiphon stamineus) based flour with four best formulation that has a composition of wheat flour: Java Tea based flour with the ratio of each (P0) 100:0 (P1) 90:10 (P2) 85:15 (P3) 80:20. This study conducted with a true experimental design that used a completely randomized design method with control variables and three treatments. Repetition is performed three times for 12 total samples. Results are shown that mean of macronutrients level and total energy of chou pastry with Java Tea based flour are as follows, carbohydrate 10,30 grams, protein 3,71 grams, fat 10,18 grams, and energy 146,21 kcal for one serving size or 25 gram. The comparative study of One Way Anova and Kruskal Wallis showed that there are no significant differences in carbohydrate, protein, fat, and energy (p> 0.05). It can be concluded that Java Tea whiskers based flour does not affect macronutrient content and total energy of choux pastry with Java Tea based flour as a snack for a chemotherapy patient.Keywords –Tepung daun kumis kucing, Kadar karbohidrat, Protein, Lemak, Energi, Sus kering, Kemoterapi