Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Evaluation of latex agglutination test and oxacillin resistant screening agar base (ORSAB) medium for the detection of oxacillin resistant coagulase negative Staphylococci (ORCoNS) (Preliminary study) Dzen, Sjoekoer M.; Santoso, Sanarto; Roekistiningsih, Roekistiningsih; Santosaningsih, Dewi
Medical Journal of Indonesia Vol 16, No 4 (2007): October-December
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.474 KB) | DOI: 10.13181/mji.v16i4.278

Abstract

Coagulase negative Staphylococci (CoNS) are recognized as an important cause of nosocomial infection, especially in neonates and patients with indwelling prosthetic devices. The CoNS resistance rate to oxacillin has been increasing. Therefore, rapid and accurate detection of oxacillin resistance is essential in order to determine the most appropriate antimicrobial therapy. This study aimed to prove that latex agglutination test and oxacillin resistant screening agar base (ORSAB) medium can be used for rapid detection of oxacilllin resistant CoNS (ORCoNS). Latex agglutination test and ORSAB medium compared with the conventional method was conducted in this study toward 30 clinical isolates of CoNS for the detection of ORCoNS. Mc Nemar test was used to analyze the data. The study result revealed that there was no significant difference (P>0.05) in terms of ORCoNS detection between the latex agglutination test and ORSAB medium on the one hand, and the conventional method on the other. It is concluded that latex agglutination test and ORSAB medium can be used for rapid detection of ORCoNS. (Med J Indones 2007; 16:228-32)Keywords: nosocomial infection, rapid detection, mecA gene
Reaksi Silang Antara Antibodi Adho36 Salmonella typhi dengan Outer Membrane Protein Vibrio cholerae Menggunakan Metode Western Blotting Megayasa, Nyoman Artha; Winarsih, Sri; Santoso, Sanarto
Majalah Kesehatan FKUB Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.093 KB)

Abstract

Pada penelitian terdahulu dilaporkan bahwa Salmonella typhi memiliki antibodi AdhO36 yang memberikan protektivitas yang bermakna dalam menghambat perlekatan Salmonella typhi pada usus mencit. Vibrio cholerae adalah agen penyebab infeksi usus akut yang dikenal sebagai kolera. Vibrio cholerae dilaporkan memiliki outer membrane protein (OMP) dengan berat molekul yang mirip dengan protein AdhO36. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya reaksi silang antara antibodi AdhO36 Salmonella typhi dengan OMP Vibrio cholerae. Penelitian ini menggunakan studi eksploratif laboratorium dengan cara western blotting. Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat 3 pita protein dengan berat molekul sekitar 107 kDa, 74 kDa dan 38 kDa dari OMP Vibrio cholerae yang bereaksi dengan antibodi AdhO36. Penelitian inimenyimpulkan bahwa  OMP Vibrio cholerae telah terbukti  merespon antibodi AdhO36 Salmonella typhi. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek imunisasi protein Adho36 Salmonella typhi terhadap perlekatan bakteri Vibrio cholerae di organ intestinal mencit. Kata kunci: AdhO36, Outer membrane protein (OMP), Salmonella typhi, Vibrio cholerae, Western blotting.
PENGARUH METODE PENGOLAHAN (JUICING DAN BLENDING) TERHADAP KANDUNGAN QUERCETIN BERBAGAI VARIETAS APEL LOKAL DAN IMPOR (Malus domestica) Cempaka, Anggun Rindang; Santoso, Sanarto; Tanuwijaya, Laksmi Karunia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.957 KB)

Abstract

Abstrak Quercetin merupakan salah satu flavonoid yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif dengan mencegah proses peroksidasi lemak. Apel merupakan buah yang kaya kandungan quercetin, banyak dikonsumsi oleh masyarakat, serta mudah didapatkan. Kandungan quercetin berbeda pada setiap buahnya, bergantung pada varietas, proses pengolahan, kondisi pertumbuhan, nutrisi tanaman, dan lama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan (juicing dan blending) terhadap kandungan quercetin pada berbagai varietas apel lokal dan impor (Malus domestica). Kandungan quercetin diukur dari 4 varietas apel yang berbeda yaitu untuk apel lokal diwakili oleh varietas Rome beauty dan manalagi, sedangkan untuk apel impor diwakili oleh varietas fuji dan Red delicious yang masing-masing dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok 1 apel segar sebagai kontrol, kelompok 2 jus apel (juicing), dan kelompok 3 smoothie apel (blending). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik. Unit eksperimen penelitian dipilih dengan menggunakan metode RAK dengan 3 kali replikasi. Pengukuran kandungan quercetin dianalisis dengan menggunakan metode ekstraksi sampel dalam larutan etanol dan spektrofotometer. Berdasarkan hasil penelitian, apel segar mengandung quercetin paling banyak, diikuti oleh jus apel (juicing), dan smoothie apel (blending). Sedangkan varietas apel yang paling banyak mengandung quercetin adalah apel Rome beauty, diikuti oleh manalagi, fuji, dan Red delicious. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa varietas apel dan proses pengolahan yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan quercetin apel segar dan jus apel secara signifikan (p < 0.05). Kata kunci :    quercetin, metode pengolahan, juicing, blending, varietas apel Abstract Quercetin is kind of flavonoid which can protect the body from several degenerative diseases by preventing lipid peroxidation process. Apple is one of fruits which contains abundant source of quercetin, being consumed generally and affordable by most of people in the world. Quercetin content is different on each apples, depending on varieties, processing methods, growing conditions, plants nutritions, and storages. This study aimed to determine the effect of processing methods (juicing and blending) on quercetin content of local and import varieties of apple (Malus domestica). Quercetin content was measured from 4 different varieties of apples, some of which are local apples which are represented by Rome beauty and manalagi, and import apples which are represented by fuji and Red delicious. All of apple varieties is divided into 3 groups in which group 1 is apple fresh, group 2 is apple juice, and group 3 is apple smoothie. This study used laboratory experimental design. Unit experiment was selected using Randomized Group Design with 3 replication of each. Quercetin content measurement was analyzed by using extraction method in etanol solution and spectrophotometer. Based on the results, fresh apples contain quercetin at most of all, followed by apple juices (juicing), and apple smoothie (blending). Whereas apple variety which have highest content of quercetin is rome beauty, followed by manalagi, fuji, and red delicious. Based on these, it can be concluded that different processing methods and varieties of apples affect quercetin content of fresh apples and both of apple juices (juicing and blending) significantly (p<0.05). Keywords : quercetin, processing methods, juicing, blending, apple varieties
Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi Merah terhadap Jumlah Koloni Bakteri di Hepar dan Kadar TGF-β Mencit Nifas yang Diinokulasi Staphylococcus aureus Hanifarizani, Rahma Dian; Santoso, Sanarto; Indrawan, I Wayan Agung
Journal of Issues in Midwifery Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Journal of Issues in Midwifery

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.769 KB) | DOI: 10.21776/ub.JOIM.2018.002.01.5

Abstract

Masa nifas merupakan periode yang rentan terhadap infeksi akibat  masuknya bakteri melalui perlukaan jalan lahir. Strain bakteri yang umumnya ditemukan pada infeksi masa nifas adalah Staphylococcus aureus. Bakteri yang masuk melalui vagina dapat menyebar melaui pembuluh getah bening atau aliran darah dan menyebar ke deluruh tubuh termasuk ke hepar. Toksin eksotoksin baktri dalam tubuh memicu innate immunity. Makrofag aktif dan mengaktivasi pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi. Respon berlebihan dari pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang tidak terkontrol. Untuk mengimbangi hal tersebut, tubuh mengaktifkan sitokin-sitokin antiinflamasi dan TGF-β yang berperan dalam perbaikan jaringan. Pengobatan terhadap infeksi umumnya menggunakan antibiotik. Namun beberapa bakteri telah menjadi resisten termasuk Staphylococcus aureus. Dikembangkan berbagai terapi adjuvant dari bahan alam, salah satunya Sesbania Grandiflora L.pers yang dianggap memiliki kandungan antibakteri.Tujuan penelitian ini untuk membuktikan pengaruh ekstrak daun turi merah (Sesbania grandiflora L.Pers) terhadap jumlah koloni bakteri di hepar dan kadar TGF-β pada mencit nifas  yang diinokulasi Staphylococcus aureus.Penelitian ini menggunakan true experiment dengan posttest only control group design. Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit nifas yang dibagi menjadi 5 kelompok. Pengukuran jumlah koloni memakai metode total plate count sedangkan kadar TGF- β dilakukan dengan metode ELISA. Hasilnya adalah pemberian ekstrak daun turi merah mampu menurunkan sebaran rerata jumlah koloni bakteri di hepar dan meningkatkan kadar TGF-β pada mencit nifas yang diinokulasi Staphylococcus aureus.
IMUNISASI PROTEIN ADHESIN 38-KDA MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS LEWAT RONGGA MULUT TERKAIT SEL T CD8+ DI PARU Arthamin, Maimun Z; Gani, Agus A; Issiyah, Nurani; Santoso, Sanarto
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 18, No 3 (2012)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v18i3.377

Abstract

The efficacy of Bacillus Calmette-Guerin (BCG), vaccine against tuberculosis (TB), varies widely, from 0 to 90%; and BCG mainly activates CD4+ T cells, but it fails to activate CD8+ T cells. From the previous study, 38-kDa protein is an adhesin protein. CD8+ T cells play the role in controlling Mycobacterium tuberculosis (M.tb) infection and contribute to the memory immunity. The objective of this study was to determine effect of oral immunization by 38-kDa adhesin protein of M.tb to increase the level of CD8+ T cells in the lung of BALB/c mice. This study used an experimental with post test control group design. The mice were divided into six groups (each group consist of 4 samples), where Group 1: were immunization orally with 100 μg 38-kDa adhesin protein of M.tb and 12 μg ISCOMs. Followed by group 2: 100 μg 38-kDa adhesin protein of M.tb, group 3: 50 μg 38-kDa adhesin protein of M.tb and 12 μg ISCOMs, and group 4: 50 μg 38-kDa adhesin protein of M.tb. Group 5: 12 μg ISCOMs. Group 6: Control. In this study was found increased level of CD8+ T cells in the lung of BALB/c mice after orally immunization with 38-kDa adhesin protein of M.tb. The highest level of CD8+ T cells was on group 1, p=0.000. Also there were found significant differences among the immunized groups, except group 2 and 3, as well as group 5 and 6 also. It can be concluded in this study that oral immunization with 38-kDa adhesin protein of M.tuberculosis could increase the level of CD8+ T cells in the lung of BALB/c mice.
Tingginya Prevalensi MRSA pada Isolat Klinik Periode 2010- 2014 di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Indonesia Erikawati, Dewi; Santosaningsih, Dewi; Santoso, Sanarto
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 2 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2016.029.02.9

Abstract

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri patogen terpenting penyebab infeksi terkait perawatan di rumah sakit di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan prevalensi dan pola resistensi antibiotik dari isolat MRSA di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Jawa Timur, Indonesia selama kurun waktu 2010-2014. Isolat MRSA didapatkan dari berbagai spesimen klinik, seperti darah, pus, sputum, dan urin. Kami mendeteksi isolat MRSA secara fenotipik, selanjutnya melakukan uji kepekaan antibiotik sesuai standar dari Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) 2014. Secara keseluruhan, didapatkan 772 isolat Staphylococcus aureus, 38,2% diantaranya merupakan isolat MRSA. Prevalensi MRSA tertinggi didapatkan pada tahun 2012 (45,3%), sedangkan prevalensi terendah pada tahun 2013 (33,5%). Kasus MRSA paling sering ditemukan dari pus (49%). Ditemukan penurunan resistensi isolat MRSA dari darah terhadap chloramphenicol (p<0,05), dari pus terhadap tetracycline, dari sputum terhadap erythromycin dan trimethoprim-sulfamethoxazole. Sementara itu didapatkan peningkatan resistensi terhadap chloramphenicol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa prevalensi MRSA di RSUD dr. Saiful Anwar Malang, Indonesia cukup tinggi dan terjadi perubahan pola sensitifitas terhadap beberapa antibiotik.Kata Kunci: MRSA, resistensi antibiotik, rumah sakit
PERBEDAAN POLA RESISTENSI Staphylococcus koagulase negatifISOLAT DARAH TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSU Dr SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2000-2001 DENGAN 2004-2005 Dzen, Sjoekoer M.; Santoso, Sanarto; Roekistiningsih, Roekistiningsih; Santosaningsih, Dewi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 21, No 3 (2005)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.523 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2005.021.03.4

Abstract

Coagulase negative staphylococci (CoNS) are the common bacterias causing hospital-acquired infection manifested as bacteremia. The antibiotics therapy against bacterial infection is mostly empiric, whereas the bacterial pattern and its sensitivity to antibiotics differ between region and from year to year. The objective of this study wasto determine the changes of prevalence and antibiotics sensitivity pattern of CoNS, the etiologic agent of bacteremia in patients hospitalised in Dr.Saiful Anwar General Hospital, Malang. Culture and antibiotic sensitivity test wereperformed on 650 and 1063 blood samples during the year of 2000-2001and 2004-2005 respectively in the Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Brawijaya University / Dr.Saiful Anwar General Hospital in Malang following NCCLS  1997. ChiSquare test was used to analysed of data. The result of this study revealed that the CoNS was the most isolate found in the blood samples and its resistance to beta lactam antibiotics tends to increase statistically. Key words:Coagulase negative staphylococci, antibiotics sensitivity pattern
Protektivitas In Vivo Protein Adh036 Salmonella typhi Isolat Malang pada Mencit Balb/c Santoso, Sanarto
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 18, No 3 (2002)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2699.686 KB)

Abstract

Pada penelitian terdahulu telah terbukti bahwa Salmonella typhi  memiliki protein adhesin afimbrial (AFA) yang berasal dari OMP (outer membrane protein) dengan berat molekul sekitar 36 kDa dan kemudian diberi nama protein AdhO36. Pada penelitian ini dilakukan uji protektivitas melalui perlakuan AdhO36, imunisasi per oral protein Adh036 disertai ajuvan CTB (Cholera Toxin sub unit B) kemudian diinfeksi Salmonella typhi  pada mencit Balb/C, dibandingkan dengan kontrol negatif, kontrol positif, dan perlakuan CTB. Yang diamati adalah hambat adhesi in vivo dengan cara menghitung jmlah koloni Salmonella typhi  yang tumbuh dari biakan usus mencit Balb/c  pada medium BSA (Bismuth Sulfite Agar). Pada perlakuan kontrol negatif sama sekali tidak ada pertumbuhan Salmonella typhi  pada medium BSA, hal ini menunjukkan bahwa pada usus mencit Balb/c tidak didapatkan Salmonella typhi  sebagai flora normal. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara perlakuan AdhO36 dengan perlakuan kontrol positif atau perlakuan CTB (p=0,001) yang ditunjukkan dengan pertumbuhan koloni Salmonella typhi  yang sangat sedikit pada medium BSA. Hal ini membuktikan bahwa protein Adh036 adalah imunogen mukosal poten yang mampu menghambat proses adhesi sehingga tahap awal infeksi Salmonella typhi  dapat dicegah.
Probiotik Menurunkan Ekspresi TLR2 dan Aktivasi NF-Kb p50 pada Sel Mononuklear Darah Mencit yang T erpajan Lipopolisakarida E.Coli HM, Ni Luh Putu; Sumakto, Sumakto; Santoso, Sanarto
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.655 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2011.026.03.11

Abstract

Beberapa tahun terakhir banyak penelitian dilakukan untuk melihat penggunaan probiotik untuk pencegahan maupun untuk  pengobatan.  Salah  satu  penggunaan  probiotik  adalah  dalam  pengobatan  diare.  Penggunaan  probiotik  tersebut berdasarkan  respon  imun  yang  dapat  ditimbulkan  oleh  probiotik  baik  di  dalam  mukosa  usus  maupun  di  sel-sel mononukklear .  Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui pengaruh probiotik terhadap aktivasi T oll-like receptor (TLR2), TLR4, Nuclear Factor Kappa B p50 dan p65 pada sel mononuklear darah yang terpajan dengan LPS E.coli.Mencit Balb/c dibagi  dalam  4  kelompok  perlakuan.  Satu  kelompok  mendapat  LPS  pada  hari  pertama  dilanjutkan  dengan  probiotik selama  7 hari, satu  kelompok LPS saja,  satu  kelompok probiotik selama  7 hari dan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Dilakukan pemeriksaan  imunositokimia pada sel  mononuklear yang  mengekspresikan TLR2, TLR4, dan aktivasi  p50 NF-kB dan  p65  NF-kB. Hasil  penelitian  menunjukkankelompok  LPS  dan  probiotik  peningkatan  ekspresi  TLR2  dan  TLR4,  serta aktivasi NF-kB p50 dan p65, sedangkan pemberian pemberian probiotik mampu menurunkan ekspresi TLR2 dan aktivasi NF-kB p50 (p<0,05) yang disebabkan oleh LPS. Probiotik pada keadaan pajanan dengan LPS E.coli lebih mempengaruhi penurunan  ekspresi  TLR2  dan  menurunkan  aktivasi  NFkB  p50,  yang  diharapkan  mampu menurunkan  reaksi  inflamasi karena  pemberian  LPS.
DIARE ROTAVIRUS PADA ANAK DIBAWAH USIA 3 TAHUN YANG DIRAWAT DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2005 (PRELIMINARY STUDY) Santoso, Nurtjahjo Budi; Hamid, Aulia Abdul; Santoso, Sanarto
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 20, No 2 (2004)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.132 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2004.020.02.5

Abstract

ABSTRACT Rotavirus is the most common cause of acute diarrhea among children worldwide. The majority of the cases required hospitalization. Epidemiologic pattern and clinical manifestation could be helpful in establishing the proper diagnosis and management. To find out prevalence and the clinical pictures of rotavirus diarrhea among children under three years of ages with acute diarrhea admitted in the Department of Child Health Dr. Saiful Anwar General Hospital. The stools of children under three years of age with acute diarrhea between March 1st and May 1st, 2005 were assessed for rotavirus using Latex agglutination test (Slidex, Rota K2, bio Merieux). Age, sex, clinical sign and symptoms and breast-fed were recorded. The severity of acute diarrhea was estimated using WHO criteria. Statistical analysis were performed using EpiInfo 2000 program with x2 or x2 for trend. From the 40 patients with acute diarrhea were found 16 patients (40%) with rotavirus positive, both male and female were 8 patients (50%). Distribution of rotavirus positive patients in age group were 0-5 months 3/16 (18,7%), 6-11 months 6/16 (37,5%), 12-23 months 6/16 (37,5%) and 24-36 months 1/16 (6,3%). Clinical manifestations showed that most children had fever (75%), vomiting (87.5%) and dehydration (87.5%). Rotavirus infection among breast-fed patients were found less than bottle-fed patients.