Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Ocichips (Ocimum sanctum Chips): Pengembangan Snack Pengontrol Trigliserida dan High Density Lipoprotein pada Tikus Model Diabetes Melitus Rahma, Amalia; Rahmi, Yosfi
Majalah Kesehatan FKUB Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.903 KB)

Abstract

Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dengan penderita sebanyak 150 juta pada tahun 2003 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 333 juta pada 20 tahun kedepan. Ocimum sanctum atau kemangi merupakan tanaman perdu yang mudah ditemui  dan minyak atsirinya mengandung eugenol yang tinggi. Penggorengan vakum adalah suatu metode pengurangan kadar minyak pada produk sambil tetap mempertahankan kandungan zat gizi dari bahan untuk membuat produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian OciChips terhadap kadar trigliserida dan HDL  pada tikus model DM. Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmakologi FKUB dengan menggunakan desain true experimental laboratory. Metode yang digunakan yaitu randomized posttest only controlled group design. Rancangan penelitian yang dipakai adalah rancangan acak kelompok (RAK). Tikus dibagi menjadi  kontrol negatif, kontrol positif dan OciChips resep (kemangi: tepung terigu: tepung tapioka) formula 1 (15:70:15), formula 2 (17,5:75:17,5) dan formula 3 (20:60:20). Induksi diabetes menggunakan STZ. Produk OciChips dievaluasi dengan uji proksimat . Tikus kemudian dievaluasi kadar Trigliserida dan HDL. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian OciChips dosis 1, 2, dan 3 terbukti mampu menghambat kenaikan, trigliserida  (p = 0.000), dan memicu peningkatan kadar HDL (p = 0.001) dibandingkan tikus diabetes tanpa terapi. OciChips dosis 3 (20:60:20) yang digoreng vakum terbukti memiliki kadar lemak yang lebih rendah dan kandungan volatil yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikembangkan lebih lanjut penggunaan OciChips untuk menghambat peningkatan trigliserida dan meningkatkan kadar HDL pada penderita diabetes. Kata kunci : High density lipoprotein (HDL), Trigliserida,Ocimum sanctum.
Mi “Mocafle” Peningkatan Kadar Gizi Mie Kering Berbasis Pangan Lokal Fungsional (Mocafle Noodle to Increase the Nutritional Level of Dry Noodles as Fuctional Local Food Based) Aliya, Lisana Shidiq; Rahmi, Yosfi; Soeharto, Setyawati
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 1 (2016): Suplemen "Malang Current Issues On Nutrition (MCION)"
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.887 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.4

Abstract

AbstrakBerdasarkan Riskesdas 2010, prevalensi balita Kurang Energi Protein (KEP) sebesar 17,9%. Penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal sebanyak 40,7%, sedangkan untuk protein sebanyak 37%. Salah satu cara mengatasi KEP antara lain dengan diversifikasi pangan terutama di daerah rawan pangan ataupun masyarakat berdaya beli rendah. Pangan lokal fungsional yang bisa diupayakan adalah mocaf karena karbohidratnya tinggi dan lele karena proteinnya tinggi. Ketersediaan mocaf dan lele cukup melimpah dan mudah didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan formulasi tepung mocaf dan tepung lele pada produk Mie Kering “Mocafle” dapat diterima secara mutu fisik maupun mutu organoleptik dan terdapat peningkatan kadar zat gizinya. Metode penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 5 kali replikasi. Taraf perlakuan berdasarkan proporsi tepung terigu, tepung mocaf, tepung tapioka, dan tepung lele dengan perbandingan P0 (100%; 0%; 0%; 0%), P1 (40%; 40%; 20%; 0%), P2 (35%; 40%; 20%; 5%), P3 (30%; 40%; 20%; 10%), dan P4 (25%; 40%; 20%; 15%). Parameter yang diamati adalah daya putus mie, rasa, warna, aroma, tekstur, karbohidrat, protein, lemak, dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian terbaik panelis, mie “Mocafle” dengan formulasi tepung terigu 35%, tepung mocaf 40%, tepung tapioka 20%, dan tepung lele 5% secara mutu fisik dan mutu organoleptik relatif sama dengan mie kontrol, secara kandungan gizi proteinnya sedikit lebih rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat mewujudkan suatu produk berbahan dasar pangan lokal fungsional yang dapat diterima oleh masyarakat dan pemanfaatan mocaf dapat mengurangi ketergantungan kepada terigu.Kata kunci : tepung mocaf, tepung lele, mie kering, pangan lokal AbstractBased on Riskesdas 2010, the prevalence of toddler’s Protein Energy Deficiency (PEM) was accounting for 17.9%. Indonesian people consume under the minimal requirements as much as 40.7% for energy and 37% for protein. One of the ways to overcome PEM is food diversification, especially in food insecure areas and has low purchasing power. Local functional foods that could be secured are mocaf because of its high carbohydrate and catfish because of its high protein. The availability of mocaf and catfish is relatively abundant and easily obtained. The purpose of this research is to prove mocaf flour and catfish flour formulations on dried noodles "Mocafle" acceptable in their physical quality and organoleptic quality and to increase the nutritional quality. Research methods were completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 5 replications. Treatment was based on the proportion of wheat flour, mocaf flour, tapioca flour, and catfish flour with comparison P0 (100%:0%:0%:0%), P1 (40%: 40%: 20%: 0%), P2 (35%: 40%: 20%: 5%), P3 (30%: 40%: 20%: 10%), and P4 (25%: 40%: 20%: 15%). Parameters measured were breaking power of noodle, taste, color, flavor, texture, carbohydrates, protein, fat, and water content. The results showed that the best assessment based panelists was that "Mocafle" noodle with formulation of 35% wheat flour, 40% mocaf flour, 20% tapioca flour, and 5% catfish flour is relatively the same as standard noodles in their physical quality and organoleptic quality, while in their nutritional quality it has lower protein level. The conclusion of this study is that local functional food can be produced which can be accepted by the society and reduces wheat flour dependence.Keywords : mocaf flour,catfish fluor, dry noodles, local food
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG DAUN TURI (Sesbania grandiflora) TERHADAP MUTU DAGING NABATI (EFFECT OF SUBSTITUTING WHEAT FLUOR WITH TURI LEAVE FLUOR (Sesbania grandiflora) ON MEAT ANALOGUE QUALITY) Sappu, Ellen Ernesta B.; Handayani, Dian; Rahmi, Yosfi
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.48 KB)

Abstract

Abstrak Pola makan vegetarian yang tidak seimbang dapat menyebabkan defisiensi kalsium. Pada vegetarian, asupan kalsium yang terutama berasal dari susu dapat digantikan dengan kalsium dari daun Turi melalui fortifikasi pada daging nabati. Penggunaan daun Turi dalam daging nabati belum pernah dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang substitusi tepung terigu dengan tepung daun Turi pada daging nabati untuk mengetahui pengaruhnya pada peningkatan mutu daging nabati yang meliputi kadar kalsium, kadar air, dan mutu organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur) daging nabati. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 pengulangan. Perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung daun Turi yang diterapkan adalah P0 (100%:0%),P1 (95%:5%), P2 (90%:10%), dan P3 (85%:15%). Variabel yang dinilai meliputi nilai gizi dan mutu organoleptik. Analisis data organoleptik menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji lanjut Mann Whitney sedangkan analisis data kalsium dan kadar air menggunakan One Way ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tepung daun Turi cenderung berpengaruh pada warna (p=0,050), berpengaruh nyata pada rasa (p=0,000), aroma (p=0,040), tekstur (p=0,032), kadar kalsium (p=0,000), dan pada kadar air (p=0,000). Hasil uji hedonik rangking menunjukkan P0 sebagai rangking tertinggi. P2 merupakan perlakuan terbaik dari variabel kadar kalsium dan kadar air. Dapat disimpulkan bahwa P2 sebagai perlakuan terbaik meningkatkan mutu daging nabati, yakni dengan menaikkan kadar kalsium menjadi 15,71 mg, menurunkan kadar air menjadi 37,16%, dan dari segi mutu organoleptik dapat diterima oleh panelis. Kata kunci: vegetarian, tepung daun turi, daging nabati, kadar kalsium, kadar air, mutu organoleptik AbstractImbalanced vegetarian diet can cause calsium deficiency. The Vegetarian intake of calcium, mainly coming from milk can be replaced by calcium from Turi’s leaves through meat analogs fortification. As they were never used in meat analogs, it is necessary to study about wheat flour substitution with Turi’s leaves flour in meat analogs to determine the effect on meat analogs quality enhancement,  including calcium level, water level, and organoleptic quality (colour, taste, aroma, and texture) of meat analogs. This study method was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 6 replications. The treatment to substitute wheat flour with Turi’s leaves flour used the ratio of P0 (100%:0%), P1(95%:5%), P2 (90%:10%), and P3 (85%:15%). Variables assessed were  nutritional value and organoleptic quality. Organoleptic data was analyzed using Kruskal Wallis test and followed with Mann Withney test, while calcium and water level data was analyzed using One Way ANOVA test and was followed with Duncan test. The result showed that Turi leaves flour was likely to affect organoleptic color quality (p=0,050) as it showed a significant effect on flavor (p=0,000), aroma (p=0,040), texture (p=0,032), calcium level (0,000) and water level (0,000). A test result of hedonic rank shows that P0 occupied the highest ranking. The result of De Garmo test shows that P2 is the best treatment from calcium level variable and waterlevel. It could be concluded that P2 is the best treatment for meat analogs quality enhancement  by increasing calcium level to 15,71 mg, reducing water levels to 37,16%, and was accepted by consumer from its organoleptic quality. Keywords: vegetarian, Turi leaves flour, meat analog, calcium level, water level, organoleptic quality.
SURVEI STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA MENGGUNAKAN KUESIONER PRASKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) Wani, Yudi Arimba; Wilujeng, Catur Saptaning; Rahmi, Yosfi; Kusuma, Titis Sari; Rahmawati, Widya; Fadhilah, Eriza; Ruhana, Amalia
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 4 (2017): MAJALAH KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.15 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2017.004.04.5

Abstract

Abstrak Banyak anak usia 1-5 tahun terancam mengalami gangguan perkembangan karena keterbatasan ekonomi dan kondisi gizi yang tidak optimal. Kegiatan survei perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat tumbuh kembang anak, agar dapat melakukan tindakan perbaikan yang tepat bila ditemukan penyimpangan. Penelitian ini merupakan survei analitik. Jumlah sampel adalah 79 anak, berusia 1-5 tahun dan mendapat kesediaan orang tua untuk menjadi subjek penelitian. Pengukuran anthropometri berat badan dan tinggi badan serta observasi perkembangan dengan KPSP dilakukan pada setiap subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12% anak kurus/sangat kurus, 26% anak gizi kurang/gizi buruk, 38% anak pendek/sangat pendek, dan 10% anak mengalami penyimpangan perkembangan serta 33% memiliki perkembangan meragukan. Disimpulkan bahwa pada penelitian ini, proporsi anak kurang gizi tergolong tinggi. Kata kunci: anak usia 1-5 tahun, KPSP, perkembangan anak, status gizi
Identifikasi Kesempurnaan Proses Pasteurisasi Ditinjau dari Total Bakteri serta Kandungan Protein dan Laktosa pada Susu Pasteurisasi Kemasan Produksi Pabrik dan Rumah Tangga di Kota Batu Wulandari, Dewi Chrisna; Nurdiana, Nurdiana; Rahmi, Yosfi
Majalah Kesehatan FKUB Vol 3, No 3 (2016): MAJALAH KESEHATAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.707 KB)

Abstract

Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena di dalam susu segar mengandung berbagai zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Nilai gizi susu yang tinggi menyebabkan susu menjadi medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme. Hal tersebut mendorong pertumbuhan dan perkembangan mikroba, sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara tepat dan benar. Salah satu cara pengolahan susu agar tetap bertahan lama dalam waktu tertentu adalah dengan pasteurisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui  kesempurnaan proses susu pasteurisasi kemasan produksi pabrik dan rumah tangga yang ditinjau dari total mikroba serta kadar protein dan laktosa. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Sampel yang digunakan sebanyak 5, dengan pengulangan sebanyak 2 kali. Variabel bebas adalah susu kemasan yang sudah dipasteurisasi, sedangkan variabel terikatnya adalah total mikroba, kadar protein serta kadar laktosa. Analisis data total mikroba, kadar protein serta kadar laktosa menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pasteurisasi pada susu kemasan produksi rumah tangga terbukti belum sempurna dengan total mikroba yang terkandung melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh SNI yaitu 30x104 ± 3,0x105 cfu/mL. Kadar protein yang terkandung dalam susu pasteurisasi kemasan produksi pabrik lebih tinggi dibandingkan dengan produksi rumah tangga yaitu 3,95% serta kadar laktosa yang terkandung dalam susu pasteurisasi kemasan produksi pabrik lebih rendah daripada produksi rumah tangga yaitu 0,5192 g per 100g susu. Kata kunci: Susu pasteurisasi, Kadar protein, Kadar laktosa, Total mikroba
Profil Mutu Gizi, Fisik, dan Organoleptik Mie Basah dengan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Rahmi, Yosfi; Wani, Yudi Arimba; Kusuma, Titis Sari; Yuliani, Syopin Cintya; Rafidah, Gita; Azizah, Tyska Aulia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.968 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.01.2

Abstract

Mie adalah produk makanan yang digemari oleh masyarakat. Namun, mie memiliki kandungan protein, serat, dan kalsium yang rendah. Peningkatan nilai gizi pada mie dapat dilakukan dengan menggunakan tepung daun kelor (TDK). Namun, tepung ini rasanya pahit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil mutu gizi (protein, lemak, air, abu, karbohidrat, serat kasar, kalsium), fisik (daya putus), dan organoleptik (tingkat kesukaan panelis) dari mie basah dengan TDK. Pada penelitian ini perlakuan adalah perbandingan antara tepung terigu (TT) dan TDK, yaitu 100:0 (kontrol), 95:5, 90:10, dan 85:15. Setiap perlakuan diulang 5 kali. Protein, lemak, air, abu, dan karbohidrat dianalisis proksimat, serat kasar dengan metode analisis asam basa, dan kalsium dengan metode Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS). Daya putus mie diukur dengan menggunakan Tensile Strength Instrument. Mutu organoleptik dinilai oleh 20 orang panelis agak terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TDK secara signifikan memberikan perbedaan pada semua aspek mutu yang diukur (p<0,05), kecuali kandungan air (p>0,05). Kandungan kalsium pada mie basah kelor meningkat minimal 3,5 x kontrol. Daya putus dan tingkat kesukaan panelis terhadap mie menurun drastis sejak peningkatan konsentrasi dari TDK sebanyak 10%. Mie yang paling disukai panelis adalah mie basah dengan TT:TDK=95:5%. Kesimpulan, TDK hanya dapat disubstitusikan pada mie basah maksimal 5%.Kata kunci: mutu gizi, daya putus, organoleptik, mie, tepung daun kelorAbstractNoodles are food product favored by the public. However, noodles have a low content of protein, fiber, and calcium. Increasing the nutritional value in noodles can be done using Moringa leaf flour. However, this flour tastes bitter. This study aimed to determine the profile of food quality including nutrition (protein, lipid, moisture, ash, carbohydrate, crude fiber, calcium), physical quality (breaking strength) and organoleptic property (panelist preferences) from wet noodles with Moringa leaf flour. In this research, the treatment was the ratio between wheat flour and Moringa leaf flour, namely 100:0 (control), 95:5, 90:10, and 85:15. Each treatment was repeated five times. Protein, lipid, and carbohydrate were analyzed using proximate analysis, crude fiber was using the acid-base analysis method, and calcium was using the Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) method. The breaking strength of noodles was measured using Tensile Strength Instrument. Twenty rather-trained panelists assessed the organoleptic quality. The results showed that the use of Moringa leaf flour significantly provided differences in all measured aspects of quality (p<0.05), except for water content (p>0.05). Calcium content in moringa wet noodles increased by at least 3.5 times if compared to control. The breaking strength and the level of preference of panelists to the noodles dropped dramatically since the concentration of Moringa leaf flour increased by 10%. The noodles most liked by panelists are wet noodles with wheat flour : Moringa leaf flour ratio of 95:5. Moringa leaf flour can only be substituted on wet noodles for a maximum of 5%.Keywords: nutritional quality, breaking force, organoleptic, noodles, Moringa leaf flour 
Antioxidant and Cytotoxic Effect of Water Extract of Ananas comosus in Human Breast Cancer Cell Line Widyanto, Rahma Micho; Halimah, Ririt Nafi'; Rahmi, Yosfi; Utomo, Budi; Proborini, Wahyu Diah; Yunimar, Yunimar
Journal of Islamic Medicine Vol 4, No 2 (2020): JOURNAL OF ISLAMIC MEDICINE EDISI SEPTEMBER 2020
Publisher : Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jim.v4i2.10109

Abstract

Background: Breast cancer is the most common type of cancer and the second leading cause of death in the world. One of the supporting therapeutic efforts to overcome cancer is through food, mainly fruits. Ananas comosus has been investigated for its potential as an anti-cancer. It is a source of antioxidants from the content of Vitamin C and flavonoids that work by capturing free radicals, resulting in inhibition of cancer cell proliferation.Objective :This study was conducted to determine the antioxidant activity and cytotoxicity of water extract of Ananas comosus on T-47D breast cancer cell lines.Method: The process of extracting pineapple flesh is done using water as a solvent, then tested its antioxidant activity using DPPH and cytotoxicity using MTT assay on T-47D.Result: IC50 value for antioxidant activity was 463.369 μg / mL and the IC50 for the cytotoxicity assay was 488.003 μg / mL.Conclusion : The water extract of Ananas comosus have very weak antioxidant activity and moderate cytotoxicity properties that have potential as chemo preventive agents in T-47D breast cancer cell lines.
TEPUNG IKAN TERI NASI (STOLEPHORUS COMMERSINI LAC.) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DAN PROTEIN PADA CORN FLAKES ALTERNATIF SARAPAN ANAK USIA SEKOLAH Rahmi, Yosfi; Widya, Novita; Anugerah, Paramita Nur; Tanuwijaya, Laksmi Karunia
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 10, No 01 (2018): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v10i01.2229

Abstract

School-aged children need adequate nutrients to support their growth. Infact, the school-aged children in Indonesia eat a low nutritional breakfast, even many who do not eat breakfast. An alternative solution is the manufacture of cereals that are practical yet nutrient-dense as high in protein and calcium. The purpose of this study was to determine the protein, calcium contents and sensory properties of Corn Flakes based on anchovy flour as an alternative breakfast for school-aged Children. This research uses Completely Randomized Design (CRD). Treatment is the ratio of corn flour:anchovy flour that are 100:0, 90:10, 80:20, and 70:30. Each treatment was repeated 5 times. The results showed an increase in the concentration of anchovy flour gave a significant difference in protein content (Kruskal Wallis, p=0,000) and calcium (ANOVA, p=0,000) of Corn Flakes. However, the use of anchovy flour decreases the sensory properties of Corn Flakes in terms of color, texture, taste, and aroma (Kruskal-Wallis, p<0.05). Conclusion, the best Corn Flakes composition of corn flour with anchovy flour is 80:20 to obtain better sensory properties of Corn Flakes. Consumption of 30 g of Corn Flakes TITN per day can meet the protein and calcium needs of children aged 7-9 years by 8.96% and 45.99%. Keywords: Corn flakes, anchovy flour, protein, calcium, sensory properties.
Pengaruh Tepung Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.) terhadap Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksisitas pada Sel Kanker Payudara T-47D Zhafirah Salma Putri; Reyna Rachma Wati; Rahma Micho Widyanto; Yosfi Rahmi; Wahyu Diah Proborini
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v5i3.380

Abstract

Abstrak – Kanker payudara masih menjadi permasalahan kesehatan yang kompleks. Salah satu upaya untuk mengatasi kanker adalah dengan konsumsi makanan tinggi kandungan antioksidan. Bahan pangan alternatif potensial adalah kulit pisang kepok yang mengandung senyawa fitokimia kaya antioksidan.Tepung kulit pisang belum banyak dimanfaatkan dan belum diteliti kandungan antioksidan serta potensi antikankernya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat nilai aktivitas antioksidan, toksisitas, dan efek sitotoksisitas terhadap sel T-47D secara in vitro. Kulit dari pisang kepok matang direndam dalam larutan 1% Na2S2O5 selama 15 menit, dikeringkan dalam oven kabinet pada suhu 60ºC selama 7 jam, dihancurkan menggunakan blender, dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrillhidrazil), uji toksisitas menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) serta uji sitotoksisitas dilakukan menggunakan MTT assay(3-(4, 5-dimetiltiazol-2-il)-2, 5-difeniltetrazolium bromid).Hasil aktivitas antioksidan didapatkan nilai IC50237,684 ppm yang menunjukkan aktivitas antioksidan bersifat sangat lemah, hasil uji toksisitas adalah LC50 4.665, 77 ppm yang menunjukkan tidak bersifat toksik bagi larva Artemia salina L. serta hasil IC50uji sitotoksisitas adalah 720.396 µg/ml yang menunjukkan efek sitotoksisitas lemah sehingga tepung kulit pisang kepok tidak berpotensi sebagai antikanker terhadap sel T-47D. Abstract - Breast cancer still becomes a complex health problem. One of the attempts to overcome cancer is by consuming high antioxidants foods. Potential alternative food is kepok banana peels which contain phytochemical compounds rich in antioxidants. Banana peel flour has not been widely used and has not yet been studied its antioxidant content and anti-cancer potential. This study aimed to see the value of the antioxidant activity, toxicity, and cytotoxicity effects on T-47D cells in vitro. The peel of ripe kepok banana was soaked in 1% Na2S2O5 solution for 15 minutes, dried in a cabinet oven at 60ºC for 7 hours, grounded using a blender, and sieved using an 80 mesh sieve. The antioxidant activity test was carried out by the DPPH (2,2-diphenyl-1-pikrillhidrazil) method, the toxicity test used the BSLT (Brine Shrimp LethalityTest) method and the cytotoxicity test was carried out using the MTT assay (3- (4, 5-dimethyltiazol-2-il ) -2,5-diphenyl tetrazolium bromide). The antioxidant activity test results were IC50at 237,684 ppm which showed weak antioxidant activity, the toxicity test results were LC50at4,665.77ppm which showed no toxic effects for Artemia salina L. larvae and cytotoxicity test results were IC50at 720,396 µg / ml which showed a weak cytotoxicity effect indicating that kepok banana peel flour has no potential as an anticancer against T-47D cells.Keywords –Tepung kulit pisang kepok, Antioksidan, Sitotoksisitas, BSLT, Kanker payudara, T-47D
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SITOTOKSISITAS IN VITRO EKSTRAK METANOL BUAH NANAS (Ananas comosus) PADA SEL KANKER PAYUDARA T-47D Rahma Micho Widyanto; Johanna Angkasa Putri; Yosfi Rahmi; Wahyu Diah Proborini; Budi Utomo
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 8 No. 2: April 2020
Publisher : Department of Food Science and Biotechnology, Faculty of Agriculture Technology, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2020.008.02.5

Abstract

Jenis kanker yang paling umum ditemui di rumah sakit di Indonesia adalah kanker payudara (28.7%) disusul kanker serviks (12.8%). Salah satu upaya terapi pendukung untuk kanker adalah melalui konsumsi buah-buahan. Buah Nanas (Ananas comosus) banyak diteliti potensinya sebagai antikanker. Buah nanas merupakan sumber antioksidan dan berfungsi sebagai agen antikanker lewat mekanisme aktivasi apoptosis sel kanker serta penghambatan aktivitas reseptor tirosin kinase. Tujuan penelitian ini untuk mengamati aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak metanol buah nanas terhadap sel T-47D secara In Vitro. Proses ekstraksi daging buah nanas dilakukan dengan memakai pelarut metanol, selanjutnya diuji aktivitas antioksidan dengan DPPH dan sitotoksisitas menggunakan uji MTT pada sel kanker payudara T-47D. Nilai IC50 aktivitas antioksidan menunjukkan hasil sebesar 1549.88 μg/ml dan IC50 untuk uji sitotoksisitas sebesar 741.46 μg/ml. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak metanol buah nanas mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat lemah dan sitotoksisitas moderat terhadap sel T-47D secara in vitro sehingga bisa sebagai agen kemopreventif.