ABSTRAK Infrastruktur jalan yang andal merupakan prasyarat fundamental bagi mobilitas penduduk dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kecamatan Widodaren di Kabupaten Ngawi menghadapi tantangan signifikan terkait kondisi jaringan jalan yang kurang memadai, yang berpotensi menghambat aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sektor pertanian dan industri kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penentuan skala prioritas perbaikan jalan yang objektif dan komprehensif dengan mengintegrasikan dua metode: Pavement Condition Index (PCI) untuk penilaian kondisi fisik perkerasan dan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk analisis keputusan multikriteria. Empat ruas jalan utama dianalisis: Jalan Raya Ngawi, Jalan Raya Maospati, Jalan Ngrambe, dan Jalan Nglondan. Metode PCI digunakan untuk mengukur tingkat kerusakan secara visual, sementara AHP digunakan untuk membobotkan prioritas berdasarkan tiga kriteria utama: Kondisi Perkerasan Jalan (KPJ), Kinerja Jalan (KJ), dan Tata Guna Lahan (TGL). Data dikumpulkan melalui survei lapangan, studi literatur, dan kuesioner yang diisi oleh para ahli dari instansi terkait. Hasil analisis PCI menunjukkan bahwa Jalan Ngrambe berada dalam kondisi "Buruk" (PCI 39,56), sedangkan tiga ruas lainnya dalam kondisi "Sedang". Namun, hasil analisis AHP menunjukkan urutan prioritas perbaikan yang berbeda: Jalan Raya Maospati (skor 0,257) menjadi prioritas utama, diikuti oleh Jalan Raya Ngawi (0,237), Jalan Nglondan (0,107), dan Jalan Ngrambe (0,099). Temuan ini menyoroti bahwa faktor strategis tata guna lahan dan pendekatan pemeliharaan preventif pada aset jalan nasional menjadi pertimbangan yang lebih dominan dari pada tingkat kerusakan fisik semata. Kombinasi metode PCI dan AHP terbukti efektif dalam menyediakan kerangka kerja pengambilan keputusan yang berbasis data dan komprehensif bagi pemerintah daerah. Kata kunci : Pavement Condition Index (PCI), Analytical Hierarchy Process (AHP), Prioritas Perbaikan Jalan, Manajemen Aset Jalan, Widodaren.