Abstract; Tantangan yang dihadapi dakwah tidak hanya berupa pluralitas masyarakat Indonesia. Selain itu, juga tidak dapat menafikan tantangan lainnya yang berasal dari situasi dan keadaan lokal. Kedatangan Islam di Nusantara, tidak hanya memperlihatkan bagaimana Islam disebarkan, tetapi juga, bagaimana ia diterima, diadaptasi, dan berpengaruh pada pola-pola interaksi dalam masyarakat. Pemikiran dakwah Madjid pada aspek normatif atau tataran konseptual, mengacu pada istilah yang disebutnya sebagai âtrilogiâ dakwah, yaitu: al-daâwah ilâ al-khayr, amar maârûf dan nahy munkar. Selain itu, tampak pula dalam pandangan Madjid, berdakwah dan amar maâruf nahi mungkar tidak hanya dimaknai sebagai suatu aktivitas verbal-konvensional melalui ceramah, tetapi juga menjangkau pemaknaan politis, sebagaimana ide-idenya mengenai oposisi loyal dan checks and balances. Selain kepada para cendekiawan, Madjid juga menekankan peran penting institusi keagamaan dan kemasyarakatan, termasuk organisasi kepemudaan dalam mengemban tugas dakwah dalam arti yang luas. Unsur lain yang selalu ada dalam proses dakwah adalah mâddah atau materi dakwah. Mâddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan daâi pada madâû. Materi dakwah pada dasarnya adalah seluruh ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qurâan dan Sunnah Rasul yang meliputi: aqidah, syari`ah dan akhlak. Dari perspektif pemikiran dakwah, Madjid memiliki konsepsi dan gagasan serta aktivitas di bidang dakwah. Dari segi materi dakwah atau pesan agama yang disampaikannya, Madjid meramu pesan keagamaannya dari tiga sendi utama pemikirannya, yaitu: keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan. Tipologi ini, juga dapat disebut sebagai dakwah âMadaniahâ atau dakwah âCivil societyâ. Kata Kunci: Dakwah, Pluralitas The plurality of Indonesia citizens is one of big challenges for doing the Dakwah. The two of them are also a situation and local state. The arrival of Islam in archipelago shows on how Islam is not only diffused, but also accepted, adapted, dan gives a big influence over interaction patterns in citizens. The thought of Madjid Dakwah in normative aspect or conceptual refers from what is called as Dakwah âtrilogiâ which is al-daâwah ilâ al-khayr, amar maârûf, and nahy munkar. Further more, to do Dakwah and amar maâruf nahi mungkar in Madjidâs thought is not only seen as a verbal-communication activity through lecture, but also to reach the political meanings that can be seen from its thought of loyal opposition and checks and balances. Instead of all cendikiawan, Madjid higlights into the important role of religious institutions and citizens including of youth organization in doing their Dakwah in general. The other elements in Dakwah process is mâddah or Dakwah materials. Mâddah dakwah is a message or materials that is diffused by daâi in madâû. The Dakwah materials are about all Islamâs lectures that are based on Al-Quran and Sunnah Rasul encompassing of Aqidah, Syariâah, and Akhlak. From Madjidâs thought can be seen that he has a concept and notion of Dakwah. Madjid can summary three things from all his Dakwah materials or religious message that are Islamisme, Modernisme, and Indonesiaisme. This tipology can be also known as Dakwah âMadaniahâ or Dakwah âCivil Societyâ. Keywords: Daâwa, Plurality