Akhmad Ismail
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROKROPIS TESTIS MENCIT BALB/C JANTAN YANG DI INDUKSI RIFAMPISIN Rizki Amrizal; RB Bambang Witjahjo; Akhmad Ismail
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.299 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24496

Abstract

Latar Belakang: Penggunaan rifampisin jangka panjang dapat meningkatkan ROS sehingga mengakibatkan stres oksidatif. Stres oksidatif di dalam sel dapat mengganggu proses respirasi sel sehingga menyebabkan hilangnya fungsi potensial membran mitokondria dan memicu terjadinya apoptosis sel. Stres oksidatif pada testis dapat mengganggu tahapan proses spermatogenesis pada tubulus seminiferus. Temulawak mengandung senyawa kurkumin yang diketahui mempunyai aktivitas antioksidan. Kurkumin mengatur penurunan stres oksidatif dan mengurangi kerusakan testis dan kematian germ sel secara apoptosis. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis testis mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel sebanyak 25 mencit balb/c jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberi rifampisin per oral 7mg/20grBB/hari. Kelompok PI, PII, dan PIII diberi rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak per oral dosis bertingkat yaitu 2mg/20grBB/hari, 4mg/20grBB/hari, dan 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari, kemudian dilakukan terminasi untuk pengambilan dan pembuatan preparat testis. Hasil: Rerata dan median pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,001). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(-) dan K(+), PI, PII, PIII, serta K(+) dan PII, PIII. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis testis mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak, rifampisin, Spesi Oksigen Reaktif, spermatogenesis, tubulus seminiferus.
PENGARUH PEMBERIAN BUTYLATED HYDROXYTOLUENE (2,6-DI-TERT-BUTYL-4-METHYLPHENOL) PER ORAL DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS GINJAL Vivin Aprilia; Sigit Kirana Lintang Bhima; Akhmad Ismail
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.881 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21190

Abstract

Latar Belakang: Butylated Hydroxytoluene (BHT) merupakan zat kimia berupa molekul bio-aktif lipofilik dan turunan fenol digunakan sebagai antioksidan di dalam makanan kemasan, tetapi efeknya terhadap kesehatan masih belum jelas. Penelitian in-vitro sebelumnya menunjukkan bahwa BHT dapat menyebabkan toksisitas terutama terhadap hepar. Selain itu, diperkirakan efek toksisitas juga dapat terjadi pada berbagai organ lain, salah satunya terjadi pada ginjal.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian Butylated Hydroxytoluene per oral dosis bertingkat terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus Wistar.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan Post Test Only with Control Group Design. Sampel sebanyak 20 ekor tikus wistar jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,dibagi menjadi 4 kelompok  yang masing-masing terdiri dari 5 tikus. Kelompok kontrol hanya diberi pakan standar,  Kelompok P1 perlakuan 300mg/kgBB, P2 perlakuan 600 mg/kgBB dan P3 perlakuan 1.200 mg/kgBB. Setelah hari ketiga, tikus wistar pada kelompok P3 semuanya mati, sehingga sampel pada kelompok lain dilakukan terminasi. Kemudian ginjal diambil, difiksasi dengan buffer formalin, preparat diproses, kemudian setiap preparat diamati pada 5 lapang pandang yaitu keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan perbesaran 100x dan 400x. Dinilai derajat kerusakan ginjal: normal, ringan (dilatasi tubulus), sedang (degenerasi albuminosa), dan berat (nekrosis sel tubulus).Hasil: Gambaran histopatologis kelompok kontrol menunjukkan gambaran normal, P1 menunjukkan gambaran ringan, P2 gambaran sedang, dan P3 gambaran berat. Rerata degenerasi sel ginjal semakin meningkat dari kontrol sampai P3, dengan rerata tertinggi terdapat pada kelompok P3. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,002), dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan bermakna antara kontrol dengan P1 (p=0,005), kontrol dengan P2 (p=0,004), kontrol dengan P3 (p=0,004), dan P2 dengan P3 (0,015), dan perbedaan yang tidak bermakna pada P1 dengan P2 (p=0,905) dan P1 dengan P3 (p=0,054).Simpulan: Pemberian Butylated Hydroxytoluene (BHT) dosis bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar dengan derajat yang berbeda.
PENGARUH PEMBERIAN TAWAS DENGAN DOSIS BERTINGKAT DALAM PAKAN SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR Putri Rizki Ananda; Akhmad Ismail
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.409 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i3.13091

Abstract

Background : Alum was in the form of white crystals and gelatin used in the water purification process, but there was still many misuses as a food coloring and food preservatives. Alum has the harmful side effects to the body, especially hepar as an organ that plays a role in the metabolism and detoxification.Aim : To determined differences in hepar histopathology wistar rats of alum exposure with graded dosages for 30 days.Metods : This was an experimental laboratoric research study design with a post test only control group design. There were 20 wistar rats, which have met the inclusion and exclusion criteria and adapted for 7 days. Then, wistar rats devided by simple random sampling into 4 groups. The control group (C) who were given only standard food and bevarages, group P1 given alum in feed 2400mg/kg body weight/day, group P2 given alum in feed 1600mg/kg body weight/day, and group P3 given alum in feed 800mg/kg body weight/day. After 30 days, histopathological examinated of hepar form degeneration and inflammation. Data described on the tabel, picture, and statistic analyze.Result : Mean of inflammation and degeneration hepar cell was the biggest in the group of P1. In inflammation, there was significant difference (p<0,05) in the group of C-P1, C-P2, C-P3, P1-P3, and P2-P3, although P1-P2 was not significant difference. In degeneration of hepar cell, there was significant difference (p<0,05) in the group of C-P1, C-P2, C-P3, P1-P3, and P2-P3, although P1-P2 was not significant difference.Conclusion : Giving alum in feed with graded dosage for 30 days cause change of wistar rats hepar histopathology.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN Teresia Maharani Paramita; RB Bambang Witjahjo; Akhmad Ismail
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.025 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23397

Abstract

Latar Belakang: Rifampisin menimbulkan efek samping pada saluran cerna diantaranya yaitu anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Rifampisin diduga dapat mempengaruhi gaster dengan mekanisme yang sama dengan kerusakan gaster akibat obat anti-inflamasi non steroid. Temulawak memiliki zat yang bermanfaat sebagai gastroproteksi, antioksidan, antiinflamasi. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan gaster yang disebabkan oleh paparan rifampisin. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental Laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel 25 mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan dan minum standar. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberi rifampisin per oral 7mg/20grBB/hari. Kelompok PI, PII, dan PIII diberi rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak per oral dosis bertingkat yaitu 2mg/20grBB/hari, 4mg/20grBB/hari, dan 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke-15, mencit diterminasi, diambil organ gasternya, dan dilakukan pembuatan preparat menggunakan pengecatan HE. Hasil: Rerata kerusakan mukosa gaster tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,001). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(+) dan K(-), serta K(+) dan PI, PII, PIII. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak, mukosa gaster, rifampisin, skor Barthel Manja
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PRODUKSI NITRIT OKSIDA (NO) MAKROFAG: STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA THYPIMURIUM Fariz Rifqi; Akhmad Ismail; Neni Susilaningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.476 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18569

Abstract

Latar Belakang: Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat yang multi khasiat. Daun Piper crocatum memiliki kandungan diantaranya tanin, saponin, alkaloid dan flavonoid. Senyawa flavonoid meningkatkan imunitas yang dapat mengaktifkan makrofag untuk memproduksi nitrit oksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak sirih merah terhadap daya tahan mencit yang terinfeksi Salmonella typhimurium dengan menilai kemampuan produksi nitrit oksida.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap produksi makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberikan ekstrak daun Piper crocatum 10 mg/hari/mencit dan K2 yang hanya diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium serta kelompok perlakuan (P1,P2,P3) yang diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium dan ekstrak daun Piper crocatum dosis berturut-turut 10,30,100 mg/hari/mencit.Hasil: Rerata produksi nitrit oksida makrofag masing-masing kelompok: K1 = 18,21; K2 = 21,53; P1 = 14,47; P2 = 31,69; P3 = 3,06. Produksi nitrit oksida makrofag antara kelompok kontrol dengan perlakuan dan antar kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu antara K1-K2, K2-P1, K2-P2, K2-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 30 mg/hari/mencit meningkatkan produksi nitrit oksida makrofag sedangkan dosis 10 dan 100 mg/hari/mencit menurunkan produksi nitrit oksida makrofag dibandingkan dengan kelompok kontrol 2 (K2).