Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Bentuk dan inklinasi eminensia artikularis serta kedalaman fossa glenoidalis berdasarkan usia ditinjau dari radiograf panoramikMorphology and inclination of articular eminence and glenoid fossa depth based on age observed in panoramic radiograph Salsabila Afnia; Azhari Azhari; Farina Pramanik
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i1.31413

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Perubahan bentuk, ukuran eminensia artikularis dan fossa glenoidalis selama masa pertumbuhan perlu diketahui karena berperan penting dalam pergerakan sendi temporomandibular, sehingga membantu menegakkan diagnosa ada tidaknya kelainan pada tumbuh kembang. Variasi serta perubahan dapat dilihat dan diukur melalui radiograf panoramik. Tujuan penelitian ini untuk meneliti bentuk dan inklinasi eminensia artikularis serta kedalaman fossa glenoidalis berdasarkan usia ditinjau dari radiograf panoramik. Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Jumlah sampel didapat dengan menggunakan rumus Slovin, sebanyak 60 radiograf panoramik pasien RSGM Unpad, bulan Januari-Mei 2018 dengan rentang usia 5-30 tahun dibagi kedalam tiga kelompok usia berdasarkan usia pertumbuhan komponen temporal. Bentuk eminensia, inklinasi eminensia dan kedalaman fossa diukur menggunakan software ImageJ. Data diolah menggunakan Microsoft Excel® untuk mengetahui nilai minimum, maksimum, nilai rerata, dan standar deviasi. Hasil: Mayoritas bentuk eminensia artikularis pada tiap kelompok usia adalah sigmoid. Rerata inklinasi eminensia artikularis adalah 42°, rentang usia 5-10 tahun, 44° pada rentang usia 11-20 tahun, dan 58° pada rentang usia 21-30 tahun. Rerata kedalaman fossa glenoidalis adalah 4,62 mm pada rentang usia 5-10 tahun, 5,71 mm pada rentang usia 11-20 tahun, dan 7,52 mm pada rentang usia 21-30 tahun. Simpulan: Bentuk mayoritas eminensia artikularis selama masa pertumbuhan adalah sigmoid, serta inklinasi eminensia artikularis dan kedalaman fossa glenoidalis nilai reratanya semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia selama masa pertumbuhan. Eminensia artikularis dan fossa glenoidalis mengalami fase pertumbuhan aktif pada rentang usia 5-10 tahun, berjalan lambat pada rentang usia 11-20 tahun, dan mengalami penyempurnaan serta perkembangan pada rentang usia 21-30 tahun.Kata kunci: sendi temporomandibular; eminensia artikularis; fossa glenoidalis; usia; radiograf panoramik ABSTRACT Introduction: Changes in the morphology and size of the articular eminence and the glenoid fossa during the growth period need to be known because it plays an essential role in the movement of the temporomandibular joint, thus helping to diagnose the presence or absence of abnormalities in the growth and development. These variations and changes can be seen and measured through panoramic radiographs. The purpose of this study was to examine the morphology and inclination of the articular eminence and the depth of the glenoid fossa based on age observed from a panoramic radiograph. Methods: This research was descriptive with a purposive sampling technique. The number of samples obtained using the Slovin formula, which resulted in 60 panoramic radiographs of the patients from Universitas Padjadjaran Dental Hospital (RSGM Unpad), during the period of January-May 2018, with an age range of 5-30 years, divided into three age groups based on the age of the temporal component growth. Eminence morphology and inclination, and fossa depth were measured using ImageJ software. The data were processed using Microsoft Excel® to determine the minimum, maximum, mean, and standard deviation values. Results: Most articular eminence morphology found in each age group were sigmoid. The mean articular eminence inclination in the age range of 5-10 years was 42°, 44° in the age range of 11-20 years, and 58° in the age range of 21-30 years. The mean of the glenoid fossa depth in the age range of 5-10 years was 4.62 mm, 5.71 mm in the age range of 11-20 years, and 7.52 mm in the age range of 21-30 years. Conclusions: Most articular eminence morphology during the growth period is sigmoid. The mean value of the articular eminence inclination and the glenoid fossa depth increases with age during the growth period. The articular eminence and glenoid fossa undergo an active growth phase in the age range of 5-10 years, progress slowly at the age range of 11-20 years, and undergo completion and development in the age range of 21-30 years.Keywords: temporomandibular joint; articular eminence; glenoid fossa; age; panoramic radiograph
GAMBARAN KASUS CALCIFYING EPITHELIAL ODONTOGENIC TUMOR (TUMOR PINDBORG) PADA MANDIBULA MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DAN CBCT Siska Damayanti Saifudin; Azhari Azhari
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 15, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v15i2.886

Abstract

Latar belakang : Calcifying Epithelial Odontogenic Tumor (CEOT) adalah neoplasma jinak epitel odontogenik dengan karakteristik pertumbuhan yang lambat dan agresif, cenderung menyerang tulang dan jaringan lunak sekitarnya.    Laporan kasus : pasien perempuan berusia 57 tahun datang ke bagian radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran untuk dilakukan radiografi panoramik. Beberapa hari kemudian pasien di konsulkan kembali untuk dilakukan Cone Beam Computed Tomography (CBCT). Hasil anamnesis didapatkan adanya rasa sakit di sekitar regio posterior mandibula kiri. Keluhan awal adanya fraktur gigi 36, kondisi dibiarkan selama 1 tahun karena memiliki riwayat diabetes melitus (DM) dengan gula darah diatas 200 mg/dL. Setelah dilakukan pencabutan, pasien diberi antibiotik dan penghilang rasa sakit, tetapi rasa sakit masih terasa. Hasil radiograf panoramik dan CBCT menunjukkan daerah radiolusen dengan border jelas tanpa kortikasi, meliputi seluruh bagian tulang pada body mandibula kiri regio 36 ke posterior dengan perluasan sampai ke 1/3 inferior ramus assenden dan canalis mandibula. Adanya erosi pada kortikal bukal dan lingual, disertai adanya kalsifikasi pada area radiolusen. Suspek radiologis pada kasus ini adalah  calcifying epithelial odontogenic tumor pada regio posterior mandibula kiri. Kesimpulan : gambaran calcifying epithelial odontogenic tumor adalah radiolusen dengan tepi jelas tanpa kortikasi, disertai adanya kalsifikasi pada area radiolusen.
Exploring Oral Health Behavior In Residential Gunung Masigit Village with Radon Level 2030±509 Bq/m3 and 1140+ 393 Bq/m3 Azhari azhari; Ivhatry Rizky Octavia Putri Susilo; Suhardjo SItam; Merry Annisa
HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 4 No 3 (2018): Kesehatan Lingkungan
Publisher : Public Health Department, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.293 KB)

Abstract

Konsep sehat pada ronga mulut adalah ilmu baru dalam revolusi sosial industrialisasi untuk mencerminkan aktualisasi diri yang berkembang dan menjadi konsep dalah penialian kesehatan secara umumnya.Faktor lingkungan salah satunya radiasi pengion radon dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Penelitian ini diperlukan untuk menilai perilaku masyarakat terhadap kesehatan rongga mulut yang tinggal di sumber mata air yang terpapar radon dengan berkonsentrasi terhadap penilaian individu tentang kondisi gigi dan mulutnya, perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, dan perilaku pencarian pengobatan dalam kuesioner WHO 2013.
ANALISIS KEMAMPUAN CITRA RADIOGRAFI PANAROMIK DALAM MENDETEKSI KERAPATAN TRABEKULA TULANG DENGAN MIKRO CT SEBAGAI BAKU STANDARD - Image Analysis Capabality Of Detectinc Panoramic Radiographic Trabecular Bone Density As Standard With Standard Micro CT Azhari Azhari; Suprijanto Suprijanto; Hanifan Prafiadi; Endang Juliastuti
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.677 KB) | DOI: 10.24198/ijas.v4i1.16679

Abstract

AbstrakPenelitian Radiografi panoramik menggunakan  analisa mikro struktur untuk  deteksi kualitas tulang menggunakan Panoramik dengan Micro CT sebagai baku standard. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui akurasi Panoramik dalam mendeteksi trabekula tulang di regio kondilus, angulus mandibula dan regio molar dengan model tulang vertebrae dan tulang iga. Empat macam tulang vertebrae dan tulang iga sapi diletakkan pada lengkung rahang yang  dibantu oleh model tengkorak terbuat dari plastik sebagai model lengkung tulang. Tulang diletakkan pada lengkung rahang bawah terbuat dari  bahan plastik pada regio berbeda yaitu : regio kondilus (tulang 1), angulus mandibula (tulang 2) regio molar 2 dan molar 1( tulang 4). Model tulang masing-masing mempunyai kerapatan berbeda lalu dilakukan pemotretan radiografi panoramik dengan posisi standard dan micro CT sebagai “gold standard”. Dengan menggunakan Analisis fraction trabekula algorithma menggunakan software.  Hasil penelitian didapatkan fraksi trabekular sebagai berikut: regio kondilus panoramik sebesar: 44.05%, Micro CT 39.63% , regio angulus panoramik 28.85% , micro CT 24.15% , dan regio molar 27.43%, micro CT 22.64 %, rata-rata perbedaan 4,6 %. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan micro struktur di  regio kondilus .Kata kunci :  Micro CT,  Panoramik,AbstractPanoramic radiographs using micro- structure analysis for the detection of bone quality using Panoramic with Micro CT as standard raw. The purpose of this study was to determine the accuracy in detecting trabecular bone Panoramic in the region of the condyle , the angle of the mandible and molar regions with models vertebrae and rib bones. Methods : Four kinds of bone vertebrae and ribs placed on the cow arch assisted by a plastic skull models as models of bone arch. Bone is placed in the lower arch is made of plastic materials in different regions are: region of the condyle ( bone 1 ), angle of the mandible ( bone 2 ) 2 molar and molar regions 1 ( bone 4 ). Model of each bone has different densities, then shooting panoramic radiography performed with standard position and micro CT as the " gold standard ". By using analysis of trabecular fraction algorithm using software. The study trabecular fractions obtained as follows : panoramic condyle region of : 44.05 %, 39.63 % Micro CT, region of the angle panoramic 28.85 %, 24.15 % micro CT, and molar region, 27.43 %, 22.64 % micro CT, difference average 4.6 %. Panoramic radiographs can be used to detect abnormalities in the region of the micro structure of the condyle.Keywords : Micro CT , Panoramic
Perbedaan ketinggian tulang kortikal mandibula antara penderita bruxism dan bukan penderita bruxism berdasarkan indeks panoramik mandibularDifferences in the mandibular cortical bone height between bruxism and non-bruxism patients based on the panoramic mandibular index Hana Fauziah; Taufik Sumarsongko; Azhari Azhari
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 32, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v32i2.26570

Abstract

Pendahuluan: Bruxism adalah aktivitas parafungsi oklusal pada siang atau malam hari dimana terjadi grinding, clenching, dan gnashing. Bruxism dapat memberikan tekanan berlebih pada tulang sehingga tulang beradaptasi melalui proses remodeling tulang yang dapat mengubah jumlah, densitas, dan ketinggian tulang. Perubahan yang terjadi pada tulang dapat dianalisis dengan mengukur ketinggian tulang kortikal mandibula. Salah satu metode pengukuran yang dapat digunakan adalah indeks panoramik mandibula (PMI) melalui radiografi panoramik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan ketinggian tulang kortikal mandibula pada penderita dan bukan penderita bruxism. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu 30 sampel radiograf panoramik digital penderita bruxism dan 30 sampel radiograf panoramik digital bukan penderita bruxism. Data dianalisis menggunakan independent t-test pada software MegaStat 10.1. Hasil: Hasil analisis p-value menunjukkan ketinggian tulang kortikal mandibula regio kanan penderita bruxism dan bukan penderita bruxism adalah 0,1517mm dan regio kiri adalah 0,2036mm (p-value>0,05). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan ketinggian tulang kortikal mandibula antara penderita bruxism dan bukan penderita bruxism.Kata kunci: Bruxism, kortikal mandibula, indeks panoramik mandibular. ABSTRACTIntroduction: Bruxism is an occlusal parafunction activity during the day or night that includes grinding, clenching, and gnashing. Bruxism can exert excessive pressure on the bone so that the bone adapts through the process of bone remodelling, which can change the amount, density, and height of the bone. Changes that occur in the bone can be analysed by measuring the height of the mandibular cortical bone. One of the measurement methods commonly used was the panoramic mandibular index (PMI) through panoramic radiography. The purpose of this study was to analyse the differences in the height of the mandibular cortical bone in bruxism and non-bruxism patients. Methods: The type of research was cross-sectional analytic. The sample of this study consisted of two groups, which were 30 samples of digital panoramic radiographs of bruxism patients and 30 samples of digital panoramic radiographs of non-bruxism patients. Data were analysed using an independent t-test in the MegaStat 10.1 software. Results: The results of the p-value analysis showed that the mandibular cortical bone in the right region of bruxism and non-bruxism patients was 0.1517 mm, and in the left region was 0.2036 mm (p-value > 0.05). Conclusion: There is no difference in the mandibular cortical bone height between bruxism and non-bruxism patients.Keywords: Bruxism, mandibular cortical bone, panoramic mandibular index.