Claim Missing Document
Check
Articles

Normal, inflammation and necrosis pulp radiograph image using 3D cone beam computed tomography Pramanik, Farina; Firman, Ria Noerianingsih; Oscandar, Fahmi; Epsilawati, Lusi
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 28, No 2 (2016): July
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.253 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol28no2.13720

Abstract

Introduction: Abnormalities of the dental pulp can have several different diagnoses. Therefore, the dental pulp characteristics must be known in more detail and clear so that diagnosis be established more precisely and accurately.  One characteristic of the pulp can be seen from the density value through the 3D Cone Beam Computed Tomography (3D CBCT). Methods: The study  was  conducted  with  a  simple  descriptive  method.  The population is all the data 3D CBCT of patients who visited the Universitas Padjadjaran Dental Hospital (RSGM Unpad) in 2012. Samples of the research were 75 pulps  with normal, inflammation, and necrosis conditions and calculate the average density value. Results: Density values for dental pulps in the normal teeth between 465 - 775 HU, the inflammation teeth between 243.5 - 396 HU, and necrosis teeth between - 461.5 - -170 HU. Conclusion: There are differences in dental pulp density between the normal pulp, inflammation and necrosis through 3D CBCT.
Correlation between mandibular length and third molar maturation based on their radiography appearances Pramatika, Berty; Azhari, Azhari; Epsilawati, Lusi
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 30, No 2 (2018): July
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.21 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol30no2.18331

Abstract

Introduction: Growth and development is a dynamic process that is influenced by many factors, this is why children of the same age do not have the same growth rate, therefore growth can not  be evaluated only by chronological age, but also by maturation skeletal and dental. Previous research has shown a strong relationship between mandibular length and Cervical Vertebral Maturation (CVM). The aim of the present study was to determine the correlation between mandibular length and mandibular third molar maturation using panoramic radiograph. Methods: This research is an observational analytic cross sectional study. Total 412 panoramic radiographs of 207 male and 205 female aged 9-25 years were evaluated. The mandibular length measured from the point of condylion (Co) to menton (Me). M3 maturation of the mandible was evaluated by Demirjian methods. Results: Spearman non-parametric correlation was used for analysis. A strong correlation was found between mandibular length and third molar development (in males: r=0.705 on the right side and are=0.729 on the left side; in females: are=0.755 on the right side and are=0.707 on the left side) Conclusion: There is a strong correlation between mandibular length and mandibular third molar maturation in both male and female.
ANALISIS ANTEGONION INDEKS DAN MENTAL INDEKS PADA SUBJEK HIPERTENSI PENGGUNA AMLODIPINE YANG DI EVALUASI MENGGUNAKAN RADIOGRAF PANORAMIK Septina, Farihah; Sitam, suharjo; Epsilawati, Lusi
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemeriksaan densitas tulang dapat dilakukan menggunakan radiograf panoramik digital menggunakan Antegonion Indeks (AI) dan Mental Indeks (MI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan antara ketinggian tulang korteks mandibular pd subjek hipertensi dengan / tanpa menggunakan amlodipine, dibandingkan dengan subjek tanpa hipertensi (normal) sebagai kontrol. Metoda pengukuran dilakukan pada radiograf panoramik (30 buah), dengan menggunakan Antegonion indeks dan Mental indeks yang diambil dari rekam medik RSGMP-FKG Unpad, Bandung. Hasil penelitian ini didapatkan nilai GI berkisar 0,8 mm; dan pada MI berkisar 1,8-1,9 mm. Analisis statistik menunjukkan, Ketinggian korteks mandibula subjek HT pengguana amlodopin lebih rendah bila dibandingkan dengan subjek HT tidak menggunakan amlodipin (setelah masing-masing dibandingkan dgn kontrol) kondisi normal dengan nilai sig 0,0 dan lebih besar dari α > 0,05. Perbandingan hasil antara ketiga indeks menunjukan angka signifikan berbeda dengan α > 0,05. Simpulan dari penelitian ini adalah ketinggian korteks mandibula pengguna subjek HT pengguna amlodipin yang diukur dengan AI dan MI  pada radiograf panoramik adalah lebih rendah dari pada subjek HT pengguna amlodipin . Perbandingan antar indeks paling sensitif adalah menggunakan metode Gonion Indeks 
Proporsi gambaran radiografis lesi periapikal gigi nekrosis pada radiograf periapikalRadiographic image proportion of necrotic teeth periapical lesions on periapical radiographs Istri Dwi Utami; Farina Pramanik; Lusi Epsilawati
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 3, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v3i1.22306

Abstract

Pendahuluan: Karies merupakan penyakit yang paling banyak terjadi. Pada tahun 2013 kerusakan gigi masyarakat Indonesia adalah 460 buah gigi per 100 orang. Jika dibiarkan tidak dirawat akan berkembang mengarah pada kematian pulpa dan akan menyebar menyebabkan infeksi periapikal. Tahun 2010 penyakit pulpa dan periapikal menempati posisi ke 7 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia. Teknik radiograf yang dapat digunakan untuk diagnosis penyakit pulpa dan periapikal adalah teknik radiografi periapikal. Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi mengenai proporsi gambaran radiografis lesi periapikal gigi nekrosis di RSGM Unpad. Metode: Jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh radiograf periapiakal gigi nekrosis dengan lesi periapikal pada bulan November 2018 – Januari 2019 di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad. Sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 54 radiograf periapikal. Hasil: Proporsi gambaran radiografis lesi periapikal yaitu abses periapikal sebanyak 42 kasus (77,78%), granuloma periapikal 8 kasus (14,81%) dan kista periapikal 4 kasus (7,40 %). Simpulan: Proporsi gambaran radiografis lesi periapikal gigi nekrosis di RSGM Unpad didapatkan proporsi tertinggi adalah abses periapikal diikuti granuloma periapikal dan yang terakhir adalah kista periapikal.Kata Kunci: Gigi nekrosis, lesi periapikal, radiograf periapikal ABSTRACTIntroduction: Caries is the most common disease. In 2013, tooth decay of Indonesian people was 460 teeth per 100 people. If left untreated, it will develop, leading to pulp death and will spread, causing periapical infection. In 2010, pulp and periapical diseases were ranked 7th out of the ten most diseases in outpatients of the hospitals in Indonesia. A radiographic technique that can be used for the diagnosis of pulp and periapical disease is a periapical radiographic technique. This study was aimed to obtain information about the radiographic image proportion of necrotic teeth periapical lesions at Universitas Padjadjaran Dental Hospital. Methods: This study was descriptive, with study population was all radiographs of the necrotic teeth periapical lesions in November 2018 - January 2019 at Dentomaxillofacial Radiology Installation of Universitas Padjadjaran Dental Hospital. The research sample was determined by purposive sampling method. The number of samples was 54 periapical radiographs. Results: The radiographic image proportion of necrotic teeth periapical lesions, namely periapical abscesses in 42 cases (77.78%), periapical granuloma in 8 cases (14.81%) and periapical cysts in 4 cases (7.40%). Conclusion: The radiographic image proportion of necrotic teeth periapical lesions at Universitas Padjadjaran Dental Hospital mostly are periapical abscesses, followed by periapical granuloma, and the least is periapical cysts.Keywords: Necrotic teeth, periapical lesions, periapical radiographs
Perubahan pengetahuan setelah edukasi foto ronsen di bidang kedokteran gigi pada siswa Sekolah Menengah Atas menggunakan media animasi Nur Alya Nazerin; Lusi Epsilawati; Anne Agustina Suwargiani
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 2, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v2i2.21428

Abstract

Pendahuluan: Radiografi gigi merupakan salah satu pemeriksaan wajib yang digunakan di kalangan dokter gigi untuk membantu dalam menentukan diagnosis yang tepat dalam rongga mulut. Namun, radiografi gigi menghasilkan bahaya yang tidak terduga yaitu radiasi sinar-X yang memberi dampak buruk ke tubuh manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pengetahuan setelah edukasi radiografi gigi di kalangan siswa SMAN 1 Cipatat menggunakan media animasi. Metode:Penelitian ini dirancang dengan metode deskriptif. 32 siswa kelas VI MIPA 2 di SMAN 1 Cipatat dipilih menjadi responden berdasarkan teknik total sampling. Perubahan pengetahuan setelah edukasi menggunakan media animasi diukur dengan memberikan kuesioner sebelum dan sesudah edukasi. Hasil: Perubahan pengetahuan setelah menerima pendidikan radiografi gigi yang 24 responden (75%) meningkat karena mereka memperhatikan selama pendidikan dan memiliki perilaku yang menentukan untuk belajar. Selain itu,6 responden  (18.75%) tidak mengalami perubahan pengetahuan radiografi gigi. Simpulan: Adanya peningkatan pengetahuan radiografi gigi yang signifikan setelah edukasi menggunakan media animasi.Kata kunci: Pengetahuan, radiologi kedokteran gigi, edukasi, media animasi
Perbedaan tinggi dan lebar sinus maksilaris berdasarkan jenis kelamin menggunakan radiograf panoramik Lei Wei Ken; Lusi Epsilawati; Suharjo Sitam
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 1, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v1i1.22144

Abstract

Pendahuluan: Dimorfisme seksual adalah salah satu langkah awal dalam identifikasi untuk mayat dan tulang biasanya digunakan untuk penentuan jenis kelamin sering ditemukan sudah terfragmentasi terutama pada keadaan bencana seperti ledakan dan bencana massal lainnya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tinggi dan lebar dinding sinus maksilaris antara laki-laki dan perempuan pada radiografi panoramik. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif dimana akan diukur tinggi dan lebar dinding sinus maksilaris pada kelompok laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini meneliti 50 radiograf panoramik laki-laki dan perempuan usia 20-40 tahun. Hasil: Rata-rata tinggi dan lebar kanan dan kiri dinding sinus maksilaris pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Tinggi rata-rata dinding kiri dan kanan laki-laki (31,46 ± 3,09 mm dan 30,47 ± 3,18 mm) dan menunjukkan signifikan secara statistik lebih tinggi laki-laki dibanding dengan perempuan  sekitar 26,41 ± 4,41 mm untuk sisi kanan dan 26,06 ± 4,49 mm untuk sisi kiri. Lebar sinus rata-rata untuk laki-laki adalah 26,57 ± 3,23 mm dan 26,3 ± 2,87 mm untuk sisi kanan dan kiri masing-masing yang hanya menunjukkan lebar kiri dinding sinus maksilaris pada pria secara signifikan lebih besar dari wanita dengan 24,82 ± 3,17 mm untuk sisi kanan dan 24,64 ± 2.85 mm untuk sisi kiri. Simpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna pada ketinggian dinding sinus maksilaris kanan dan kiri antara pria dan wanita yang diukur dengan menggunakan radiograf panoramik.Kata kunci: Sinus maksilaris, jenis kelamin, radiograf panoramik
Jarak Sella tursica-Nasion-titik A (SNA) berdasarkan kelompok usia pada populasi Indonesia menggunakan radiografi sefalometri Mohammad Rahimi; Lusi Epsilawati; Suhardjo Suhardjo
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 1, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v1i1.22296

Abstract

AbstrakPendahuluan: Kebutuhan perawatan gigi seperti perawatan ortodonti makin diperlukan masyarakat. Untuk mencapai perawatan maksimal, diperlukan perencanaan sebelum memulai perawatan. Salah satu bentuk perencanaan adalah dengan menganalisa titik-titik yang telah disetujui menjadi Landmarks pada tengkorak, maksila maupun mandibula. Sella tursica-Nasion-titik A (SNA) merupakan salah satu pengukuran yang digunakan dari sekian banyak landmarks untuk menganalisa pertumbuhan tulang melalui radiografi sefalometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa jarak SNA pada populasi Indonesia berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin dengan menggunakan radiografi sefalometri. Metode: Jenis penelitian adalah deskripsi. Populasi penelitian adalah semua data radiografi sefalometri dari tahun 2015-2016 dimana sampel yang terpilih berjumlah 60 orang dengan pembagian kelompok usia 18-25 tahun, 26-35 tahun dan 36-40 tahun dan masing-masing kelompok usia berjumlah 20 data. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata (χ mm) dari jarak SNA berdasarkan kelompok usia 18-25 tahun adalah 113.9 mm, kelompok usia 26-35 tahun bernilai 112.6 mm dan kelompok usia 36-40 tahun adalah 115.7 mm. Simpulan: Nilai SNA pada tiga kelompok usia terdapat perubahan pertumbuhan dimana nilai maksimal diperoleh pada usia 36-40 tahun serta jarak SNA pada pria terjadi lebih banyak pada ketiga kelompok usia.Kata kunci: Jarak Sella tursica-Nasion-titik A/SNA, usia, radiografi sefalometri, populasi Indonesia 
Distribusi variasi suspek kista dentigerous molar ketiga pada radiograf panoramik berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lokasiVariation distribution of suspected third molar dentigerous cysts on panoramic radiograph by age, sex, and site Salsabila Yasmine; Ria Noerianingsih Firman; Lusi Epsilawati
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.28254

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Variasi radiologis kista dentigerous dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe sentral, lateral, dan sirkumferensial. Radiograf panoramik digunakan karena diindikasikan untuk melihat lesi yang membutuhkan jangkauan luas rahang. Kista dentigerous sering ditemukan secara kebetulan dalam pemeriksaan radiologi dental rutin. Tujuan penelitian  mendeskripsikan distribusi variasi suspek kista dentigerous molar ketiga pada radiograf panoramik berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lokasi Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah radiograf panoramik dengan lesi suspek kista dentigerous molar ketiga pada tahun 2016-2018 di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 36 radiograf. Hasil: Variasi terbanyak suspek kista dentigerous adalah tipe sentral dengan jumlah 77,78% terutama pada kelopok usia  remaja akhir. Kista dentigerous tipe sentral Kista dentigerous sentral ditemukan pada kelompok usia 19 s/d 25 tahun, terutama pada wanita (58,30%) berlokasi di rahang atas (61,11%). Simpulan: Variasi suspek kista dentigerous molar ketiga di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad paling banyak berupa tipe sentral pada kelompok usia remaja akhir (19 dan 25 tahun), serta terjadi pada wanita dengan lokasi di rahang atas.Kata kunci: kista dentigerous; kista rahang; radiograf panoramik ABSTRACT Introduction: Radiological variations of dentigerous cysts consist of three types, central, lateral, and circumferential types. Panoramic radiographs are used because indicated for viewing lesions required a wide range of jaws. Dentigerous cysts are frequently discovered incidentally in routine dental radiological examinations. The study was aimed to determine the variation of third molars dentigerous cysts based on age, sex, and site. Methods: This research was descriptive with a cross-sectional approach. The population was panoramic radiographs of suspected third molar dentigerous cysts lesions during 2016-2018 at the Dentomaxillofacial Radiology Installation of Universitas Padjadjaran Dental Hospital. The sampling method used was purposive sampling, which obtained the total sample of 36 radiographs. Results: The highest variation of suspected dentigerous cysts was the primary type (77.78%), especially in the late adolescent age group. The primary type of dentigerous cysts was found in the age group of 19 to 25 years, especially in women (58.30%) located in the maxilla (61.11%). Conclusions: The most found variation of suspected third molar dentigerous cysts found at the Dentomaxillofacial Radiology Installation of Universitas Padjadjaran Dental Hospital is the primary type. It is found in the late adolescent age group (19 to 25 years) and occurs mainly in women at the upper jaw.Keywords: dentigerous cyst; jaw cysts; panoramic radiograph  ABSTRAK Pendahuluan: Variasi radiologis kista dentigerous dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe sentral, lateral, dan sirkumferensial. Radiograf panoramik digunakan karena diindikasikan untuk melihat lesi yang membutuhkan jangkauan luas rahang. Kista dentigerous sering ditemukan secara kebetulan dalam pemeriksaan radiologi dental rutin. Tujuan penelitian  mendeskripsikan distribusi variasi suspek kista dentigerous molar ketiga pada radiograf panoramik berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lokasi Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah radiograf panoramik dengan lesi suspek kista dentigerous molar ketiga pada tahun 2016-2018 di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 36 radiograf. Hasil: Variasi terbanyak suspek kista dentigerous adalah tipe sentral dengan jumlah 77,78% terutama pada kelopok usia  remaja akhir. Kista dentigerous tipe sentral Kista dentigerous sentral ditemukan pada kelompok usia 19 s/d 25 tahun, terutama pada wanita (58,30%) berlokasi di rahang atas (61,11%). Simpulan: Variasi suspek kista dentigerous molar ketiga di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad paling banyak berupa tipe sentral pada kelompok usia remaja akhir (19 dan 25 tahun), serta terjadi pada wanita dengan lokasi di rahang atas.Kata kunci: kista dentigerous; kista rahang; radiograf panoramikVariation distribution of suspected third molar dentigerous cysts on panoramic radiograph by age, sex, and siteABSTRACT Introduction: Radiological variations of dentigerous cysts consist of three types, central, lateral, and circumferential types. Panoramic radiographs are used because indicated for viewing lesions required a wide range of jaws. Dentigerous cysts are frequently discovered incidentally in routine dental radiological examinations. The study was aimed to determine the variation of third molars dentigerous cysts based on age, sex, and site. Methods: This research was descriptive with a cross-sectional approach. The population was panoramic radiographs of suspected third molar dentigerous cysts lesions during 2016-2018 at the Dentomaxillofacial Radiology Installation of Universitas Padjadjaran Dental Hospital. The sampling method used was purposive sampling, which obtained the total sample of 36 radiographs. Results: The highest variation of suspected dentigerous cysts was the primary type (77.78%), especially in the late adolescent age group. The primary type of dentigerous cysts was found in the age group of 19 to 25 years, especially in women (58.30%) located in the maxilla (61.11%). Conclusions: The most found variation of suspected third molar dentigerous cysts found at the Dentomaxillofacial Radiology Installation of Universitas Padjadjaran Dental Hospital is the primary type. It is found in the late adolescent age group (19 to 25 years) and occurs mainly in women at the upper jaw.Keywords: dentigerous cyst; jaw cysts; panoramic radiograph
Radiograf panoramik digital bentuk kepala kondilus pada pasien kliking dan tidak klikingDigital panoramic radiograph of the condyle head shape in clicking and non-clicking patients Ramzy Ramadhan; Farina Pramanik; Lusi Epsilawati
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 3, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1619.463 KB) | DOI: 10.24198/pjdrs.v3i2.21934

Abstract

Pendahuluan: Salah satu gejala klinis awal gangguan sendi temporomandibular adalah kliking, tetapi tidak semua penderita gangguan TMJ memperlihatkan gejala kliking. Kliking berkaitan dengan perubahan bentuk dan posisi kepala kondilus. Bentuk kepala kondilus dapat terlihat pada radiograf panoramik digital. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk kepala kondilus pada pasien kliking dan tidak kliking di RSGM Unpad dengan menggunakan radiograf panoramik digital. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sampel berjumlah 31 sampel radiograf panoramik digital pasien kliking dengan jumlah 11 dan tidak kliking dengan jumlah 20 pada bulan Juni dan Juli 2014 di RSGM Unpad. Hasil: Bentuk kepala kondilus yang paling banyak ditemukan pada TMJ kliking adalah flattening, di sisi kanan adalah round dan di sisi kiri adalah flattening. Sisi kanan pasien tidak kliking mayoritas adalah round dan di sisi kiri mayoritas adalah round, pointed, dan flattening. Simpulan: Bentuk kepala kondilus pada TMJ kliking dapat berbentuk normal atau patologis secara seimbang, pada TMJ tidak kliking mayoritas bentuk kepala kondilus kategori normal. Mayoritas bentuk TMJ pada TMJ kliking adalah flattening, tidak kliking adalah round.Kata kunci: Bentuk kepala kondilus, pasien kliking, pasien tidak kliking, radiograf panoramik digital. ABSTRACTIntroduction: One of the early clinical symptoms of temporomandibular joint disorder is clicking, but not all TMJ disorder patients show clicking symptoms. Clicking is related to changes in the shape and position of the condyle head. The condyle head shape can be observed on digital panoramic radiograph. The purpose of this study was to determine the condyle head shape in clicking and non-clicking patients in Universitas Padjadjaran Dental Hospital (RSGM Unpad) using a digital panoramic radiograph. Methods: The type of research was descriptive, with sampling technique using purposive sampling method. The total of 31 digital panoramic radiographic samples of 11 clicking patients and 20 non-clicking patients in June and July 2014 at Universitas Padjadjaran Dental Hospital. Results: The condyle head shape which most commonly found in clicking patients was flattening, round-shaped on the right side and flattening-shaped on the left side. The right side of the non-clicking patient was majority round-shaped and on the left side was majority round-shaped, pointed-shaped, and flattening-shaped. Conclusion: The condyle head shape in clicking can be normal or pathologically balanced; in the non-clicking TMJ patients, the majority of condyle head shape was in the normal category. The majority of condyle head shape in the clicking TMJ patients, the majority of condyle head shape was flattening, while non-clicking was round.Keywords: Condyle head shape, clicking patient, non-clicking patient, digital panoramic radiograph.
Karakteristik kerusakan tulang alveolar pada penderita periodontitis kronis dan agresif dengan pencitraan Cone Beam Computed Tomography Hentartika Desyaningrum; Lusi Epsilawati; Yanti Rusyanti
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 1, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v1i1.22116

Abstract

Pendahuluan: Resorpsi tulang alveolar merupakan suatu proses kompleks yang secara morfologis berhubungan dengan luasnya bentuk permukaan tulang yang terkikis (Howship’s lacunae) serta adanya sel berinti banyak atau osteoklas. Resorpsi tulang alveolar dapat terjadi pada periodontitis agresif dan kronis. Secara radiografis terlihat  pola kerusakan tulang yang berbeda, pola horizontal pada periodontitis kronis dan pola vertikal atau pola arch shaped yang khas pada periodontitis agresif. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik kerusakan tulang alveolar pada penderita periodontitis agresif dengan pencitraan Cone Beam Computed Tomography Three Dimensional (CBCT 3D). Metode: Jenis penelitian deskriptif,  Sampel penelitian sebanyak 161 sampel pencitraan CBCT yang diambil dari 6 pasien periodontitis agresif sebagai subjek penelitian dan 107 sampel pencitraan CBCT yang diambil dari 4 pasien periodontitis kronis sebagai subjek kontrol, yang diperoleh dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.  Hasil: Potongan coronal dan sagital menunjukkan bahwa pada periodontitis, kerusakan resorpsi tulang alveolar berjumlah 69% dan pada periodontitis agresif berbentuk arch shaped berjumlah 48,9%. Potongan sagital pada periodontitis kronis bentuk horizontal 65% dan periodontitis arch shaped 48,9%. Simpulan: Karakteristik kerusakan tulang alveolar melalui CBCT, pada periodontitis kronis berupa pola resorpsi harizontal, sedangkan pada periodontitis agresif didominasi oleh kerusakan tulang berbentuk  arch shaped.Kata Kunci : Kerusakan tulang alveolar, Periodontitis kronis, Periodontitis agresif, Cone Beam Computed Tomography
Co-Authors - Azhari Abel Tasman Yuza, Abel Tasman Achmad Noerkhaerin Putra Aga Satria Nurrachman Agung, Anak Agung Gde Dananjaya Alongsyah Zulkarnaen Ramadhan Anak Agung Gede Dananjaya Agung Anak Agung Istri Agung Feranasari Anjani, Khamila Gayatri Anne Agustina Suwargiani Annisa Fitriyana Annisa Putri Annisa Putri Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Azhari Bambang Pontjo Priosoeryanto Belly Sam Berty Pramatika Bremmy Laksono Chrisna Ardhya Medika Chrisna Ardhya Medika Chrisna Ardhya Medika Deddy Firman Dewi Zakiawati, Dewi Dhiaulhaq, Rifarana Inayah Diera Fitrah Kusumawardhany Dwi Putri Wulansari Eddy Hermanto Eha Renwi Astuti Eka Marwansyah Oli'i Erna Herawati Fadhlil Ulum A. Rahman Fadhlil Ulum A.R. Fadhlil Ulum Abdul Rahman Fahmi Oscandar Fahmi Oscandar Fahmi Oscandar, Fahmi Fahri Reza Ramadhan Farina Pramanik Fauza Raidha Fidela D. Aziza Gunawan Gunawan Hadiputri, Felicia Haris Nasutianto Hatta, Isnur Hendra Polii Hentartika Desyaningrum Ichda Nabiela Amiria Asykarie Indra Hadikrishna Indri Kusuma Dewi Inne Suherna Sasmita Irna Sufiawati Istri Dwi Utami Jamil, Nur Janadewi, I Gusti Agung Jasrin, Tadeus Arufan Kerk Xi Zhe Khamila Gayatri Anjani Krisna Krisna Laurentina, Made Lei Wei Ken Lita, Yurika Lutfi Yondri Mahindra Awwaludin Romdlon Medika, Chrisna Ardhya Meelaashah Ragunathan Meiryndra Syaira Putri Merry Anissa Damayanti Merry Annisa Mieke Hermiawati Satari Mirna Febriani Mohammad Rahimi Muchlis, Muhammad Rakhmat Ersyad Muhammad Adri Nurrahim Muhammad Fikri Muhammad Rakhmat Ersyad Muchlis Munasyifa, Tazkia Noor Rachmawati Noor Rachmawati Noor Rachmawati Nova Rosdiana Nunung Rusminah Nur Alya Nazerin Nursin, Rohmat Pramatika, Berty Pramatika, Berty Putra, Dimas Satria Putri Andini, Putri Putri, Gina Rachmawati, Ika Rahmadona, Suci Rahman, Fadhlil Ulum Abdul Rahmania Rahmania Ramzy Ramadhan Ratih Trikusumadewi Lubis Regrina Setiawan Rellyca Sola Gracea Restiti, Rr Dinar Reza, Ahmad Ria Firman Ria N. Firman Ria N.Firman Ria Noerianingsih Firman, Ria Noerianingsih Riana Wardani Rike Kapriani Romdlon, Mahindra Awwaludin Salsabila Yasmine Sandy P Sarifah, Norlaila Septina, Farihah Setyawan Bonifacius Silviana Farrah Diba Sitam, suharjo Sri Sulastri Sri Susilawati Sri Tjahajawati, Sri Suhardjo Sitam Suhardjo Sitam Suhardjo Sitam Suhardjo Sitam, Suhardjo Suhardjo Suhardjo Suharjo Sitam Sukmadewi, Putri Marina Vera Widyastuti Wisam Rizqullah Yanti Rusyanti Yurika Ambar Lita Yuti Malinda