Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Jengah dan Transformasi Nilainya I Putu Sastra Wingarta; Irwan Abdullah; Djoko Suryo
Al-Ulum Vol. 12 No. 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.985 KB)

Abstract

Globalization with its threat that continously plaguing Bali, currently a province of Indonesia in its capacity as an island with natural and cultural uniqueness. This study aims to find out, how big a threat that plagued contemporary Bali, and the role of embarrassment (jengah) in the face. The study founds that embarrassment (jengah) with the transformation of the values they contain contribute positively in the face of threat and is able to guarantee the future sustainability of Bali with its uniqueness. By transforming the values of embarrasment (jengah), Bali provincial government managed to improve their good governance and the nationalism of its apparatus, capable of providing a positive impact in the swift efforts to deter threats to the uniqueness of Bali.
Commercialization and Pasisir Culture Djoko Suryo
Humaniora No 3 (1996)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1994.506 KB) | DOI: 10.22146/jh.1940

Abstract

Commercialization process and the establishment of coastal culture in Javawas one united history process where one cannot be separated from the other. The commercialization process and the establishment of the coastal culture cannot be separated from the commercialization process and the establishment of Malay World in South East Asia. In other words, we can say that basically, commercialization process and the establishment of the coastal culture had been part of commercialization process and the establishment of the Malay World. Commercialization process and the establishment of Malay World and coastal culture was a manifestation of the united Mainstreams of commercialization and Islamization processes being occured in South East Asia of Malay World.
KONSTRUKSI IDENTITAS KEPAPUAAN DALAMDINAMIKA ARUS DEMOKRASI Habel Melkias Suwae; Heru Nugroho; Djoko Suryo
MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran Edisi Khusus 2012
Publisher : MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.618 KB)

Abstract

Pembentukan identitas seseorang baik sebagai individu maupunkelompok pada perinsipnya melalui dua proses relasi, yaitu relasi denganorang lain dan dirinya sendiri. Dalam relasinya dengan orang lain itulahkemudian membuka peluang bahwa pembentukan identitas sangat dipengaruhifaktor eksternal. Studi ini memfokuskan pada pembentukan identitas wargaPapua dalam relasinya dengan narasi dominan, yaitu negara dan agama, dimana keduanya selama ini merupakan faktor eksternal yang cukup dominandalam mengkonstruksi identitas Papau.Temuan studi ini antara lain, identitas kepapuan dikonstruksikan olehkekuatan negara melalui politik penyeragaman. Pada masa itu orang Papuaadalah obyek yang dipandang oleh pemerintah pusat, sehingga terusmengalami marginalisasi dalam segala aspek kehidupan baik politik, ekonomi,maupun sosial-kebudayaan. Melalui proyek kesatuan dan persatuan bangsa,orang Papua harus menjadi orang Indonesia yang bias pusat. Di sinilahkemudian terjadi bagaimana konstruksi Papua oleh pusat berada dalam posisiyang dipandang sebagai daerah pinggiran. Mula-mula cara pandang pusatmemang secara teritori, tetapi kemudian juga secara politik dan kebudayaan.Oleh karena itu Papua mengalami marginalisasi baik secara politik maupunkebudayaan.Sementara itu, agama, dalam hal ini agama Kristen, memandangsistem keyakinan masyarakat Papua yang lebih berkarakter animisme sebagailiyan (others). Dalam pandangan Kristen agama lokal orang Papua adalahmasalah yang harus diselesaikan dengan sistem keyakinan Kristen, agamasmitis yang monotiesme. Sebagai narasi dominan, agama Kristenmemposisikan diri sebagai superior atas inferioritas agama lokal orangPapua. Karena itu dalam rangka kristenisasi agama lokal Papua semuakeyakinan orang Papua harus ditinggalkan dan harus memeluk Kristen.Politik penundukan ini berlangsung secara sistematis melalui berbagai jalur,baik politik, ekonomi, dan kebudayaan.Dalam kondisi dan kesadaran sebagai orang pinggiran itulahkemudian orang Papua mengkonstruksi identitasnya. Pada umumnya orangtidak pernah mempertanyakan bahwa bagaimana proses terbentuknyakesadaran itu, yang sebenarnya kesadaran yang dibentuk, sebuah kesadarandikonstruksikan oleh pihak eksternal dan ketika melakukan proses komunikasiintrapersonal maka terjadilah proses konsensus bahwa kami orang Papuamemang seperti yang dikonstruksikan oleh pihak luar itu.
KONSEP FILOSOFI DAN ESTETIKA MAINAN TRADISIONAL GANGSINGAN, DHAKON, UMBUL WAYANG, DAN KUDA LUMPING Bagus Indrayana; R.M. Soedarsono -; Djoko Suryo; Timbul Haryono
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 7, No 2 (2011)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3337.313 KB) | DOI: 10.33153/dewaruci.v7i2.1027

Abstract

Dinamika kehidupan yang terjadi karena ada potensi dan peluang, meskipun ada kelemahan dan hambatan. Gambaran siklus kehidupan manusia sangat berkaitan dengan pandangan hidup yang melekat pada hasil karya cipta untuk memenuhi fungsi-fungsi tertentu. Pandangan hidup dan konsep pemikiran tersebut dapat dibaca melalui hasil karya yang diwujudkan, termasuk benda mainan tradisional gangsingan, dhakon, umbulwayang, dan kuda lumping. Keempat jenis mainan tradisional tersebut mengandung muatan konsep filosofis dan estetis terkait dengan siklus kehidupan, fungsi sosial, dan kultural penyertanya.  Kata kunci: Estetika, Mainan Tradisional.
Mainan Tradisional Di Daerah lstimewa Yogyakarta Dalam Konteks Perkembangan Kreativitas Anak Bagus lndrayana; R.M. Soedarsono; Djoko Suryo; Timbul Haryono
Ornamen Vol 7, No 2 (2010)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.957 KB) | DOI: 10.33153/ornamen.v7i2.987

Abstract

Every art and culture development in Indonesia always relatedwith social, politics, ecomonic and cultural, including in religious andbelieved life of the entire society. That conditions push the change anddevelopment so that was evident there is pra-Hinduism, Islam, andWestern culture. Culture product that being produced in various forms,making techniques, and philosophy that influence behavior in a holistic,including the child's play activities life. Play activities help child to createexperience, acknowledge, and skill, so that in next developmentsteps child can be brave, spontaneous, creative, imaginative, and responsive.Those activities used as a relaxation media to release stressand a/so intrinsic complex value transformation field and examinationin light have a meaningful to the formation of the child's personal. Thecomplexity of that value gives a chance to the different creativities ofchild, so that end of a toy that being made in beach environment differentwith a toy that developed in the rural place. This fact also can beseen in a toy in countryside that different from the downtown.Key Words : Toys, Transformation, Creativity
Separatisme dalam Perspektif Sejarah Djoko Suryo
Unisia No. 47: Tahun XXVI Triwulan I 2003
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/unisia.vol26.iss47.art1

Abstract

Separatism denotes one of the historical phenomenon that emerges since human society know the form of the building of political lifecommunity either in the form of the village federation association, the kingdom or modern state from past time up to now. The phenomena of separatism truthfully there was in the era of old kingdom, for instances, the elaslccal Egypt, Mesopotamia, Greek, and Roman Empire, and the kingdom of Indonesia, for examples, Sriwijaya Majapahit, Demak, Pajang and Mataram. Ideology and the spirit of nationalism and the globalization participate In movitating the separatism in Indonesia either positively ornegatively. The phenomenon of separatism mentionedabove needs to be solved by approaching and political policies and the strongest great de sires from Indonesian people themselves to resist the unity of nation and state of Indonesia.
GERAK RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Ina Helena Agustina; ACHMAD DJUNAEDI; SUDARYONO; DJOKO SURYO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 1 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v13i1.262

Abstract

Teori lokal mulai dikembangkan setelah adanya kegagalan teori-teori yang didasarkan oleh filsafat rasionalisme. Paradigma Postmodernisme semakin memberi peluang pengembangan teori yang berbasis lokalitas dan komunitas. Kawasan Keraton Kasepuhan yang berdiri sejak abad ke 14 kaya akan nilai-nilai lokal. Didasarkan oleh pendekatan fenomenologi menangkap suatu fenomena yang menunjukkan nilai lokalitas berupa gerak ruang. Gerak adalah keluarnya sesuatu dari titik kemungkinan menuju titik yang dimungkinkan ( Ammar, 1993). Gerak ruang yang terjadi di kawasan ini berupa gerak ruang substansi dan gerak ruang aksiden. Gerak ruang substansi yang ditunjukkan dalam fenomena gerak tradisi ke politik memiliki nilai lokal kesadaran integral dinamika spirit yang ditunjukkan oleh: 1) keyakinan terhadap tanggung jawab sebagai pemegang amanah; 2) keyakinan terhadap persatuan umat (keluarga); 3) keyakinan untuk membuka diri pada yang lain. Sedangkan gerak ruang aksiden yang ditunjukkan oleh kegiatan revitalisasi keraton memiliki nilai lokal “ kebersamaan “.
PEREMPUAN DAN RUANG KAWASAN KERATON KASEPUHAN Ina Agustin; ACHMAD DJUNAEDI; SUDARYONO; DJOKO SURYO
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 13 No. 2 (2013)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jpwk.v13i2.270

Abstract

Pada saat ini ada suatu perkembangan pemikiran yang mendikotomikan antara peran laki-laki dan perempuan. Ini dipicu oleh gerakan kaum feminis yang berkembang sejak abad Ke 18. Gerakan feminis menurut Toynbee akan mengakibatkan transformasi kebudayaan. Akan tetapi gerakan feminis ini tidak terjadi di Kawasan Keraton Kasepuhan yang masih memegang teguh adanya suatu ruang sakral yang terlarang bagi kaum perempuan. Ruang ini hingga saat ini masih terlarang untuk kaum perempuan dan belum pernah dilanggar hingga saat ini. Sakralitas ruang di kawasan keraton kasepuhan masih betahan bukan karena adanya androsentrisme melainkan karena adanya “keyakinan” terhadap nilai sakral tersebut. Keyakinan terhadap nilai sakral ini muncul karena Islam yang berkembang adalah Islam tradisional dengan membawa ajaran yang bersifat primordial. Ajaran yang menyatu dengan alam semesta.
Bibliometric Analysis: Higher Education Funding in Asia: Penelitian Syahida Norviana; D. Harsya Widyatama; Djoko Suryo
Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Vol. 4 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Volume 4 Nomor 2 (October 202
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jerkin.v4i2.3286

Abstract

Higher education institutions in Asia play a pivotal role in the promotion of sustainable development. However, the complex funding challenges that are currently being faced represent a significant impediment to the establishment of a fair and high-quality education system. The present study has been designed to map the development of literature on higher education funding in Asia, with a view to identifying trends, research focuses, and inter-country collaboration networks. The present study obtained research data from 146 Scopus-indexed articles published between 2004 and 2025. The analysis was conducted using VOSViewer software to identify dominant keywords, the most productive authors, and collaborative relationships between institutions and countries. The results indicate that the primary subjects addressed encompass regional disparities, performance-based funding mechanisms, and public fund governance issues. As a general rule, the extant literature highlights the necessity for more contextual and transparent funding models. The present study demonstrates that governments and educational institutions in Asia must enhance governance, expand cross-sector collaboration, and formulate funding policies in accordance with the principles of Sustainable Development Goal 4 (SDG 4) if inclusive and sustainable higher education is to be achieved.