Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

WIRA USAHA BOKASI DENGAN STARTER HASIL ISOLASI SENDIRI KERJASAMA DENGAN CV. AGRO MANDIRI Sukorini, Henik
Jurnal Dedikasi Vol 2 (2005): November
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v2i0.930

Abstract

Kehidupan petani semakin terpuruk ketika harga jual produk pertanian semakin menurundan kalah bersaing dengan produk pertanian impor. Disi lain banyaknya permintaanpupuk an-organik yang semakin banyak menyebabkan harga pupuk ini kian melambung.Maka kiranya perlu dicari alternatif yang relatif pupuk yang murah dan terjangkau olehpetani, maka Bokasi merupakan salah satu alternatif pupuk organik yang ditawarkandalam rangka untuk mengimbangi mahalnya harga pupuk an-organik. Adalah C.V. AgroMandiri, sebuah industri kecil rekanan dari Laboratorium Pertanian UMM yangmemproduksi Bokasi dengan kapasitas 3 ton/ bulan.Produksi tersebut jauh lebih kecil dari permintaan pasar yang mencapai ratusan bahkanribuan ton / bulan. Sebagai gambaran saja untuk kebutuhan pedagang bunga sajamencapai 90 ton / bulan dan kebutuhan tersebut cenderung terus meningkat sejalandengan pengetahuan masyarakat petani akan manfaat Bokasi. Akhir-akhir ini BanyakPTP dan Petani Buah yang mulai tertarik untuk menggunakan Bokasi sebagai pupukalternatif.Kecilnya produksi CV. Agro Mandiri tersebut disebabkan karena starter EM 4 yangdigunakan kurang efektif, sehingga proses fermentasinya relatif lambat (± 2 bulan).Kelambatan fermentasi telah menyebabkan frekuensi produksi perbulannya menjadikecil. Selain itu juga tidak ada jaminan tetang EM 4 yang dibeli di pasaran dari sisikualitas maupun kedaluwarsanya. Karena EM 4 yang diedarkan tersebut tidak pernahmencantumkan tanggal batas akhir pemakaian sehingga konsumen tidak tahu secarapasti apakah mikrobia yang ada di dalamnya masih hidup atau tidak. Di samping itu,semakin banyaknya produk EM 4 yang ada dipasaran (yang notabene buatan sendiridari beberapa pabrik) menjadikan mikrobia yang ada di dalamnya tidak terjamin atauterkontrol, sehingga banyak jasad kontaminannya. Di sisi lain harga EM 4 relatif mahal(Rp 12.500,/liter), untuk produksi skala kecil sampai menengah biaya pembuatan Bokasiper-unitnya menjadi mahal. Dengan demikian starter yang berasal dari teknologi EM 4belum dapat memberikan jaminan kualitas maupun kuantitas Bokasi.Untuk mengatasi hal tersebut di atas, Laboratorium Pertanian UMM telah berhasilmembuat starter hasil koleksi sendiri, yaitu berupa campuran Aspergilus coklat,Aspergilus abu-abu, Aspergilus hijau, Aspergilus hitam, Penicillium abu-abu,Sacharomyces, dan Trichoderma. Campuran isolat tersebut dari hasil penelitiansebelumnya ( Zainudin dan Sukorini, 1996), memberikan hasil yang lebih baik dibandingdengan menggunakan starter EM 4. Dengan menggunakan starter tersebut Bokasi yangdihasilkan jauh lebih cepat yaitu hanya dalam waktu satu bulan, sedangakn jikamenggunakan starter dengan EM 4 memerlukan waktu 2 bulan. Selain itu Bokasi yangdihasilkan dengan menggunakan starter tersebut setelah diuji cobakan pada tanamanbawang merah ternyata hasilnya jauh lebih baik (13,68 ton/ha), dibanding denganmenggunakan EM 4 yang hanya mencapai 12,24 ton/ha. Ini berarti dengan menggunakanBokasi hasil fermentasi dari kultur campuran tersebut mampu meningkatkan produktivitassebesar 11,76 %.Dengan demikian penggunaan starter hasil koleksi Laboratorium Pertanian UMM,tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif akan dapat meningkatkan produksi Bokasidan tanaman budidaya.Penggunaan Stater buatan Laboratorium Pertanian dapat membantu mengatasi masalahyang ada pada CV tersebut, karena dengan adanya stater produksi Lab. Pertanian makaproses produksi menjadi lebih cepat (kurang lebih 1 bulan) sehingga kapasitas produksitinggi, dengan demikian modal cepat kembali, dan CV dapat berjalan dengan lebih baik.Kualitas yang selama ini selalu dianalisakan kepada pihak luar dengan biaya yangtinggi dapat dilakukan di Lab. Pertanian dengan biaya yang murah.
Ipteks bagi Wilayah (IbW) Kec. Camplong Sampang Madura : Demplot Biogas dan Produk pupuk Organik sebagai Model Desa Mandiri Energi. Irfan, M.; Sukorini, Henik; Erni W, Dyah; Heryadi, A.yudi; Zali, Moh.
Jurnal Dedikasi Vol 15 (2018): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.787 KB) | DOI: 10.22219/dedikasi.v15i0.6472

Abstract

Kabupaten Sampang Merupakan salah satu Kabupaten di kawasan Madura. Secara astronomis terletak pada koordinat 113°08’-113°39’ Bujur Timur dan 06°05’-07°13’ Lintang Selatan. memiliki luas wilayah ± 1.233,30 km² dan secara administratif terbagi menjadi 14 kecamatan, 180 desa dan 6 kelurahan. Dengan adanya program  Iptek Bagi Wilayah Agroekowisata Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang Madura  yang dimulai tahun 2016 sampai 2018 ada beberapa program yang telah terlaksana, salah satu diantaranya addalah kegiatan yang diadakan di desa Tambaan Kec. Camplong Kab. Sampang.Desa Tambaan Kec. Camplong Kabupaten Sampang merupakan salah satu desa bina mitra yang dikembangkan menjadi Model Desa Mandiri Energi (DME) berbasis biogas limbah peternakan, dan bisa diterapkan dalam skala rumah tangga.  Model Desa mandiri Energi yang dikembangkan menitikberatkan pada rekayasa sosial (social engineering) untuk membangun kemandirian masyarakat guna mengurangi tingkat ketergantungan pada pihak lain. Metode pengembangan DME berbasis biogas di Desa Tambaan  didasarkan pada participatory based action research (kaji terap partisipatif), yaitu proses kolaborasi antara pengabdi di perguruan tinggi dan masyarakat peternakan. Hasil pengabdian melalui penyuluhan, tanya jawab, pelatihan dan pengamatan langsung selama kegiatan berlangsung, memberikan hasil sebagai berikut: a.Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman peserta dalam pemanfaatan limbah peternakan. b.Meningkatnya keterampilan petani dalam tatakelola limbah sehingga dengan memanfaatkan slurry biogas yang ada menjadi pupuk organik. c. Membangun kemandirian teknologi yang berkelanjutan dalam kebutuhan energi dan usaha peternakan. d. Meningkatkan pendapatan petani dengan konversi nilai manfaat limbah peternakan dari analisa usaha tani yang dilakukan. e. Tersedianya pupuk organik yang akan dipakai kelompok tani untuk memupuk pohon jambu camplong. Kata Kunci: DME, Biogas, Pupuk Organik.
PRODUKSI APEL ORGANIK, BIOPESTISIDA DAN MIKROBA DEKOMPOSER Sukorini, Henik
Jurnal Dedikasi Vol 6 (2009): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v6i0.783

Abstract

Produk dari unit Uji yang telah dijalankan adalah produksi buah apel organik yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia, Biopestisda dan Mikroba dekomposer dengan 2 merk yaitu ”Trichoderma” yang dipasarkan oleh PT. Agro Duaribu Sejahtera dengan kemasan 0,5 l dan ”M-super” oleh FP-UMM dengan kemasan 0,5 l, 5 l, dan 20 l.      Terdapat tiga kebun Produksi apel organik  yaitu desa Bumiaji, Njunggo dan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.  Jumlah masing-masing tanaman adalah berturut-turut sebagai berikut 198, 500 dan 895 tanaman.  Keadaan semua kebun pada awal pengelolaan adalah dalam kondisi rusak parah, namun dengan adanya teknologi organic dalam jangka waktu satu tahun kondisi tanaman dapat kembali sehat.    Produksi rata-rata setiap 200 pohon dengan teknologi organic ini mencapai 2,2 -2,4 ton, dengan jumlah grade A dengan ukuran diameter kurang lebih > 7cm/ 1 kg berisi  kurang lebih 4-5 buah) semakin lama semakin meningkat.  Demikian Juga permintaan akan produk biopestisida dan mikroba decomposer juga mengalami peningkatan.Kata kunci: Apel Organik, Biopestisida, Mikroba Dekomposer
PRODUKSI APEL ORGANIK, BIOPESTISIDA DAN MIKROBA DEKOMPOSER Henik Sukorini
Jurnal Dedikasi Vol. 6 (2009): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v6i0.783

Abstract

Produk dari unit Uji yang telah dijalankan adalah produksi buah apel organik yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia, Biopestisda dan Mikroba dekomposer dengan 2 merk yaitu ”Trichoderma” yang dipasarkan oleh PT. Agro Duaribu Sejahtera dengan kemasan 0,5 l dan ”M-super” oleh FP-UMM dengan kemasan 0,5 l, 5 l, dan 20 l. Terdapat tiga kebun Produksi apel organik yaitu desa Bumiaji, Njunggo dan Sumbergondo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Jumlah masing-masing tanaman adalah berturut-turut sebagai berikut 198, 500 dan 895 tanaman. Keadaan semua kebun pada awal pengelolaan adalah dalam kondisi rusak parah, namun dengan adanya teknologi organic dalam jangka waktu satu tahun kondisi tanaman dapat kembali sehat. Produksi rata-rata setiap 200 pohon dengan teknologi organic ini mencapai 2,2 -2,4 ton, dengan jumlah grade A dengan ukuran diameter kurang lebih > 7cm/ 1 kg berisi kurang lebih 4-5 buah) semakin lama semakin meningkat. Demikian Juga permintaan akan produk biopestisida dan mikroba decomposer juga mengalami peningkatan.Kata kunci: Apel Organik, Biopestisida, Mikroba Dekomposer
WIRA USAHA BOKASI DENGAN STARTER HASIL ISOLASI SENDIRI KERJASAMA DENGAN CV. AGRO MANDIRI Henik Sukorini
Jurnal Dedikasi Vol. 2 (2005): November
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v2i0.930

Abstract

Kehidupan petani semakin terpuruk ketika harga jual produk pertanian semakin menurundan kalah bersaing dengan produk pertanian impor. Disi lain banyaknya permintaanpupuk an-organik yang semakin banyak menyebabkan harga pupuk ini kian melambung.Maka kiranya perlu dicari alternatif yang relatif pupuk yang murah dan terjangkau olehpetani, maka Bokasi merupakan salah satu alternatif pupuk organik yang ditawarkandalam rangka untuk mengimbangi mahalnya harga pupuk an-organik. Adalah C.V. AgroMandiri, sebuah industri kecil rekanan dari Laboratorium Pertanian UMM yangmemproduksi Bokasi dengan kapasitas 3 ton/ bulan.Produksi tersebut jauh lebih kecil dari permintaan pasar yang mencapai ratusan bahkanribuan ton / bulan. Sebagai gambaran saja untuk kebutuhan pedagang bunga sajamencapai 90 ton / bulan dan kebutuhan tersebut cenderung terus meningkat sejalandengan pengetahuan masyarakat petani akan manfaat Bokasi. Akhir-akhir ini BanyakPTP dan Petani Buah yang mulai tertarik untuk menggunakan Bokasi sebagai pupukalternatif.Kecilnya produksi CV. Agro Mandiri tersebut disebabkan karena starter EM 4 yangdigunakan kurang efektif, sehingga proses fermentasinya relatif lambat (± 2 bulan).Kelambatan fermentasi telah menyebabkan frekuensi produksi perbulannya menjadikecil. Selain itu juga tidak ada jaminan tetang EM 4 yang dibeli di pasaran dari sisikualitas maupun kedaluwarsanya. Karena EM 4 yang diedarkan tersebut tidak pernahmencantumkan tanggal batas akhir pemakaian sehingga konsumen tidak tahu secarapasti apakah mikrobia yang ada di dalamnya masih hidup atau tidak. Di samping itu,semakin banyaknya produk EM 4 yang ada dipasaran (yang notabene buatan sendiridari beberapa pabrik) menjadikan mikrobia yang ada di dalamnya tidak terjamin atauterkontrol, sehingga banyak jasad kontaminannya. Di sisi lain harga EM 4 relatif mahal(Rp 12.500,/liter), untuk produksi skala kecil sampai menengah biaya pembuatan Bokasiper-unitnya menjadi mahal. Dengan demikian starter yang berasal dari teknologi EM 4belum dapat memberikan jaminan kualitas maupun kuantitas Bokasi.Untuk mengatasi hal tersebut di atas, Laboratorium Pertanian UMM telah berhasilmembuat starter hasil koleksi sendiri, yaitu berupa campuran Aspergilus coklat,Aspergilus abu-abu, Aspergilus hijau, Aspergilus hitam, Penicillium abu-abu,Sacharomyces, dan Trichoderma. Campuran isolat tersebut dari hasil penelitiansebelumnya ( Zainudin dan Sukorini, 1996), memberikan hasil yang lebih baik dibandingdengan menggunakan starter EM 4. Dengan menggunakan starter tersebut Bokasi yangdihasilkan jauh lebih cepat yaitu hanya dalam waktu satu bulan, sedangakn jikamenggunakan starter dengan EM 4 memerlukan waktu 2 bulan. Selain itu Bokasi yangdihasilkan dengan menggunakan starter tersebut setelah diuji cobakan pada tanamanbawang merah ternyata hasilnya jauh lebih baik (13,68 ton/ha), dibanding denganmenggunakan EM 4 yang hanya mencapai 12,24 ton/ha. Ini berarti dengan menggunakanBokasi hasil fermentasi dari kultur campuran tersebut mampu meningkatkan produktivitassebesar 11,76 %.Dengan demikian penggunaan starter hasil koleksi Laboratorium Pertanian UMM,tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif akan dapat meningkatkan produksi Bokasidan tanaman budidaya.Penggunaan Stater buatan Laboratorium Pertanian dapat membantu mengatasi masalahyang ada pada CV tersebut, karena dengan adanya stater produksi Lab. Pertanian makaproses produksi menjadi lebih cepat (kurang lebih 1 bulan) sehingga kapasitas produksitinggi, dengan demikian modal cepat kembali, dan CV dapat berjalan dengan lebih baik.Kualitas yang selama ini selalu dianalisakan kepada pihak luar dengan biaya yangtinggi dapat dilakukan di Lab. Pertanian dengan biaya yang murah.
Ipteks bagi Wilayah (IbW) Kec. Camplong Sampang Madura : Demplot Biogas dan Produk pupuk Organik sebagai Model Desa Mandiri Energi. M. Irfan; Henik Sukorini; Dyah Erni W; A.yudi Heryadi; Moh. Zali
Jurnal Dedikasi Vol. 15 (2018): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v15i0.6472

Abstract

Kabupaten Sampang Merupakan salah satu Kabupaten di kawasan Madura. Secara astronomis terletak pada koordinat 113°08’-113°39’ Bujur Timur dan 06°05’-07°13’ Lintang Selatan. memiliki luas wilayah ± 1.233,30 km² dan secara administratif terbagi menjadi 14 kecamatan, 180 desa dan 6 kelurahan. Dengan adanya program  Iptek Bagi Wilayah Agroekowisata Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang Madura  yang dimulai tahun 2016 sampai 2018 ada beberapa program yang telah terlaksana, salah satu diantaranya addalah kegiatan yang diadakan di desa Tambaan Kec. Camplong Kab. Sampang.Desa Tambaan Kec. Camplong Kabupaten Sampang merupakan salah satu desa bina mitra yang dikembangkan menjadi Model Desa Mandiri Energi (DME) berbasis biogas limbah peternakan, dan bisa diterapkan dalam skala rumah tangga.  Model Desa mandiri Energi yang dikembangkan menitikberatkan pada rekayasa sosial (social engineering) untuk membangun kemandirian masyarakat guna mengurangi tingkat ketergantungan pada pihak lain. Metode pengembangan DME berbasis biogas di Desa Tambaan  didasarkan pada participatory based action research (kaji terap partisipatif), yaitu proses kolaborasi antara pengabdi di perguruan tinggi dan masyarakat peternakan. Hasil pengabdian melalui penyuluhan, tanya jawab, pelatihan dan pengamatan langsung selama kegiatan berlangsung, memberikan hasil sebagai berikut: a.Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman peserta dalam pemanfaatan limbah peternakan. b.Meningkatnya keterampilan petani dalam tatakelola limbah sehingga dengan memanfaatkan slurry biogas yang ada menjadi pupuk organik. c. Membangun kemandirian teknologi yang berkelanjutan dalam kebutuhan energi dan usaha peternakan. d. Meningkatkan pendapatan petani dengan konversi nilai manfaat limbah peternakan dari analisa usaha tani yang dilakukan. e. Tersedianya pupuk organik yang akan dipakai kelompok tani untuk memupuk pohon jambu camplong. Kata Kunci: DME, Biogas, Pupuk Organik.
Pengaruh Pestisida Organik dan Interval Penyemprotan terhadap Hama Plutella xylostella pada Budidaya Tanaman Kubis Organik Henik Sukorini
Jurnal Gamma Vol. 2 No. 1 (2006): September
Publisher : Jurnal Gamma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pestisida organic dan interval penyemprotan terhadap intensitas serangan dan populasi Plutella xylostella. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah split splot, dimana sebagai petak utama adalah pestisida organik sedangkan anak petaknya adalah interval penyemprotan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan baik pestisida organic maupun interval penyemprotan tidak berpengaruh nyata pada intensitas serangan dan populasi Plutella xylostella.
Financial Feasibility Analysis of Red Chili Pepper Seedling at Karanganyar, Poncokusumo, Malang Dyah Erni Widyastuti; Jabal Tarik Ibrahim; Aris Winaya; Henik Sukorini
INSIST Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/ins.v4i1.188

Abstract

This research aims to analyse financial feasibility of red chili peppers (Capsicum annum L.) seedling business conducted at Karanganyar, Poncokusumo, Malang. The respondents were farmers who breed red chili peppers and the data collected from March to April 2018. The primary data was collected through interviews based on structure questionnaire to obtain information from selected farmers in the study area. The qualitative study is utilized to analyse the financial feasibility based from Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (BCR), and Payback Period (PP). This study findings showed a positive NPV (IDR 15403419), IRR is 23.19%, Gross B/C is 1.05, Nett B/C is 1.13, BCR > 1 (1.05), and PP as 19 months. Despite the costly investment and development, the red chili peppers seedling business is financially feasible
Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada pembibitan untuk menekan kejadian penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit Henny HENDARJANTI; Henik SUKORINI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 90, No 2 (2022): Oktober, 2022
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v90i2.495

Abstract

AbstractGanoderma boninense is the main pathogen in oil palm plantation areas and can infect new plants, thereby shortening the economic life of each crop cycle. Until now, no adequate control has been found to minimize the incidence of basal stem root (BSR) disease. Preventive control strategy through replanting and applying Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and Trichoderma sp. since nursery can be an approach in managing BSR disease. This study aims to determine the effect of biocontrol agents' application of AMF and Trichoderma sp. at the nursery on the incidence of BSR in the field. The treatments assessed were types (MM, MR, and MT) and dosages (25, 50 and 75 g per seedlings) of AMF products and each treatment was replicated three times. Arbuscular Mycorrhizal Fungi was applied in the main nursery and at planting in the field. Observations were made on AMF and Trichoderma sp. spore density and AMF colonization at plants aged 4, 5, 6, and 7 years while the incidence of BSR was observed for ten years, from one year before replanting up to TM-5. The experimental design carried out was a randomized block design. The results showed that the MM-25 treatment was the best treatment in terms of AMF colonization percentage of 98 % and total AMF spores of 688 spores per 100 g soil at plants aged seven years. However, the population of Trichoderma sp. showed inconsistent numbers during the observation. Before replanting, the oil palm plantation area showed a BSR incidence of 21.37%. However, after replanting with the application of AMF and Trichoderma sp. on seedlings, the incidence of BSR became 0 until plants aged eight years (TM-5). In general, the application of AMF reduces the BSR incidence of oil palm in the field.[Keywords: biocontrol agents, basal stem rot, AMF, oil palm, replanting] AbstrakGanoderma boninense merupakan patogen utama di areal perkebunan kelapa sawit dan dapat menginfeksi tanaman baru, sehingga memperpendek umur ekonomis setiap siklus tanaman. Sampai saat ini belum ditemukan pengendalian yang efektif untuk meminimalkan kejadian penyakit busuk pangkal batang (BPB). Strategi pengendalian preventif melalui peremajaan dan aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan Trichoderma sp. sejak pembibitan dapat menjadi salah satu pendekatan dalam pengelolaan penyakit BPB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi agens biokontrol FMA dan Trichoderma sp. di pembibitan terhadap kejadian BPB di lapangan. Perlakuan yang diuji adalah jenis (MM, MR, dan MT) dan dosis (25, 50 dan 75 g per bibit) produk FMA dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Fungi Mikoriza Arbuskular diaplikasikan di pembibitan utama dan saat tanam di lapangan. Pengamatan dilakukan terhadap kepadatan spora FMA dan Trichoderma sp. serta kolonisasi FMA pada umur tanaman 4, 5, 6, dan 7 tahun sedangkan kejadian BPB diamati selama sepuluh tahun dari satu tahun sebelum peremajaan hingga TM-5. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan MM-25 merupakan perlakuan terbaik ditinjau dari persentase kolonisasi FMA sebesar 98% dan total spora FMA sebesar 688 spora per 100 g tanah pada tanaman umur tujuh tahun. Namun populasi Trichoderma sp. menunjukkan angka yang tidak konsisten selama pengamatan. Sebelum peremajaan, areal kelapa sawit menunjukkan kejadian BPB sebesar 21,37%. Namun setelah dilakukan peremajaan dengan aplikasi FMA dan Trichoderma sp. pada bibit, kejadian BPB menjadi 0 sampai usia tanaman delapan tahun (TM-5). Secara umum, aplikasi FMA mengurangi kejadian BPB kelapa sawit di lapangan.[Kata kunci: agens biokontrol, busuk pangkal batang, FMA, kelapa sawit, peremajaan]
Review: Control of Strawberry Aphids (Chaetosiphon Fragaefolii; Aphididae) Through Sustainable Natural Materials In Strawberry (Fragaria X Ananassa) Cultivation Muhammad Muzayyin Arsyi; Henik Sukorini; Sri Mursiani Arifah
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 4 No. 1 (2024): Journal Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/eduvest.v4i1.1016

Abstract

Leaf aphid (Chaetosiphon fragaefolii; Aphididae) is one of the pests that attack Strawberry plants (Fragaria x ananassa) which can transmit infective viruses to Strawberry plants (Fragaria x ananassa). Symptoms caused by leaf aphids (Chaetosiphon fragaefolii) include sooty mold, dwarfed growth, twisted stems, curling, and yellowing. Farmers will suffer losses caused by the symptoms of leaf aphids (Chaetosiphon fragaefolii) such as significant decreases in Strawberry (Fragaria x ananassa) harvest yields. The methodology used in this article review is by conducting literature studies from various platforms such as Google Scholar, Science Direct, Bing AI, Publish or Perish, and SINTA from the Ministry of Education and Culture. The literature obtained consists of 60 journals discussing leaf aphids (Chaetosiphon fragaefolii) attacking Strawberry plants (Fragaria x ananassa), symptoms caused by leaf aphids (Chaetosiphon fragaefolii), and leaf aphid (Chaetosiphon fragaefolii) control methods. Then the literature obtained is summarized and organized using Mendeley. The aim of this literature study is to examine ways to control leaf aphids (Chaetosiphon fragaefolii) attacking Strawberry plants (Fragaria x ananassa) using natural materials. The results for controlling leaf aphids (Chaetosiphon fragaefolii) through natural materials are as follows: Entomopathogenic fungi: Beauveria bassiana and Metarhizium sp. Parasitoids: Aphelinus varipes, Predators: Syrphidae family, Asilidae family, Orius insidiosus, Cycloneda sanguinea, Eriopis connexa, and Coleomegilla quadrifasciata. Organic pesticides: neem leaves with a concentration of 35 (g/l of water) and mortality of 8.76 individuals, while papaya leaves using a concentration of 30 ml/liter of water.