Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Korelasi Pemeriksaan Glukosa Urin Dengan Protein Urin Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Muslim, Azhari
Jurnal Kesehatan Vol 7, No 1 (2016): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.452 KB) | DOI: 10.26630/jk.v7i1.118

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena penurunan efektivitas dan atau jumlah insulin, akibat gangguan pankreas. Pada keadaan  normal, pankreas memproduksi insulin untuk metabolisme karbohidrat yang terkandung dalam makanan yang kita makan. Penurunan aktivitas dan atau jumlah insulin menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, air dan elektrolit. WHO menyatakan bahwa   Indonesia menempati urutan keempat terbesar  dalam jumlah penderita DM  dengan prevalensi 8,6% dari total jumlah penduduk.  Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit dengan diabetes melitus menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi pemeriksaan kadar glukosa urin dengan protein urin pada penderita diabetes mellitus tipe II. Penelitian ini merupakan potong lintang untuk mengetahui korelasi kadar glukosa urin dengan protein urin. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar protein urin, sedangkan variabel bebas adalah kadar glukosa urin. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi antara kadar glukosa urin dengan kadar protein urin pada penderita diabetes mellitus tipe II dengan korelasi/hubungan p= 0,003 dan kekuatan korelasi adalah linier positif sempurna sebesar r= 1.000. Hal ini berarti kenaikan kadar glukosa urin diikuti kenaikan kadar protein urin. Prediksi besarnya pengaruh  kadar glukosa urin dalam meningkatkan kadar protein urin menggunakan persamaan  Y=  416, 77 - 236 X, dimana X adalah kadar glukosa urin dan Y adalah kadar protein urin. Perlu dilakukan pemeriksaan protein urin dan penelitian yang lebih spesifik berkaitan dengan protein urin sebagai marker untuk pencegahan kejadian nefropati diabetika.
Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Infeksi Virus Dengue (Studi Kasus Di Kota Semarang) Muslim, Azhari
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 3, No 1 (2004): APRIL 2004
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.3.1.8 - 12

Abstract

ABSTRACT Dengue virus infection can show variation of clinical spectrum from mild degree to severe degree. Mild dengue virus infection cause asymptom or fever without unclear causal factor through are followed by dengue fever, dengue haemorrhagic fever and dengue shock syndrome. Dengue virus infection  is an endemic and make potentially outbreaks in all around the world, included in Semarang. Risk factors that influenced on dengue infection, such as host, agent and environment. Host factor consists of gender, nutritional status and age. Role of environment as disease reservoir that Aedes aegypti larvae and mosquitos population depend on existence of places their appropriate habitat.  The objective of this study is to analyze environmental factor that influences on occurence of dengue virus infection.  This is a case control study using 54 cases and 54 controls. Case is appeared by Immunoglobulin G (+) and  control is appeared  by Immunoglobulin  G (-). Risk factors included in this study were physical environment, non physical environment and intrinsic factor. Multiple logistic regression was used to analyze the data. Risk factors of dengue virus infection  in Semarang City were low nutritional status,  the existence  of  larvae in the water  container  and the interval of cleaning water container more  than 7 days.   Keywords : Risk factor, dengue virus infection, environment, Semarang
Specific Determinants of Stunting Toddlers in Lampung Province: Spatial Data Analysis Yushananta, Prayudhy; Muslim, Azhari; Rusli, Yenni
Jurnal Kesehatan Vol 14 No 3 (2023): Jurnal Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v14i3.4182

Abstract

The prevalence of stunting still varies between districts, even though it shows a decreasing trend nationally. Variations in the correlation of specific determinants are characteristic of each region that must be considered when designing stunting control strategies, considering the significant future impacts. The study aims to identify specific determinants of stunting among toddlers between districts in Lampung Province. With an ecological design, the study uses aggregate data from the Indonesian Nutrition Status Study Report 2022 and Welfare Statistics of Lampung Province 2022. The analysis was carried out in stages with the Moran's Index and Local Moran's Index (LISA), using ArcMap and GeoDa software. Based on the analysis results, there are three districts with stunting prevalence above the national average and ten districts above the provincial average. Comparison year over year (YoY) shows that the two districts have increased from low to high or very high. We also found six variables specifically correlated with the prevalence of stunting: access to safe drinking water and sanitation, poverty, birth attendant, age at pregnancy, and length of breastfeeding. Increasing and improving specific determinants is an essential step in designing control strategies.
The Qualitative Study: Evaluation of Tuberculosis Control Program in Bandar Lampung City Karbito, Karbito; Purwaningsih, Dewi; Aliyanto, Warjidin; Muslim, Azhari; Fikri, Ahmad; Purwanto, Bambang
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol. 17 No. 1 (2024): Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jkmsaw.v17i1.4544

Abstract

Introduction: Indonesia has committed to implementing a TB control programme that is directed at accelerating the achievement of TB elimination by 2030, including Lampung Province and Bandar Lampung city is an area with a high prevalence of TB. Implementation of the TB control programme has been carried out. However, the cause of the high prevalence of TB remains unknown. Purpose: This study aims to evaluate the implementation of the TB control programme in Bandar Lampung City. Thus, it can contribute to planning efforts to reduce TB prevalence. Methods: This study is a qualitative research with a system approach based on input, process and output components. Data were collected at the Health Office of Bandar Lampung City and at three Community Health Centres in Bandar Lampung City. Data were collected using in-depth interviews, observation, and document review. Informants included policy makers, managers, cadres and TB patients. Data were analysed by collaborating the research data using triangulation methods, both source triangulation, method triangulation and data triangulation to draw conclusions. Results: The findings of this study showed that the TB control program in Bandar Lampung City has been running well and is in line with the achievement of the TB elimination acceleration program target in the input, process and output components, but TB prevention health promotion efforts are still not optimally implemented and coverage figures that describe TB prevention behaviour are not yet available. Conclusion: In general, the TB control programme in Bandar Lampung City is good and in line with the targets of the TB elimination acceleration programme.  However, there is no evaluation of TB prevention health promotion efforts related to the attitudes and behaviour of TB prevention by vulnerable communities. Latar Belakang: Indonesia telah berkomitmen melaksanakan program penanggulangan TB yang diarahkan untuk mempercepat pencapaian eliminasi TB tahun 2030, termasuk Provinsi Lampung dan kota Bandar Lampung yang merupakan wilayah dengan prevalensi TB yang tinggi. Implementasi program penanggulangan TB telah dilakukan. Namun belum diketahui penyebab prevalensi TB masih tinggi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengevaluasi program pelaksanaan penanggulangan TB di Kota Bandar Lampung. Sehingga, dapat memberikan kontribusi untuk upaya perencaan penurunan prevalensi TB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sistem berdasarkan komponen input, proses dan output. Pengumpulan data dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan di tiga Pusat Kesehatan Masyarakat di kota Bandar Lampung. Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Informan terdiri dari para pengambil kebijakan, pengelola, kader dan pasien TB. Analisis data dilakukan dengan mengkolaborasikan data hasil penelitian menggunakan metode triangulasi, baik triangulasi sumber, triangulasi metode maupun triangulasi data untuk diambil kesimpulan. Hasil: Temuan pada penelitian ini diketahui bahwa program penanggulangan TB di Kota Bandar Lampung sudah berjalan baik dan sejalan dengan pencapaian target program percepatan eliminasi TB baik pada komponen input, proses dan output, namun upaya promosi kesehatan pencegahan TB masih belum terlaksana secara optimal dan angka cakupan yang menggambarkan perilaku pencegahan TB belum tersedia. Simpulan: Secara umum program penanggulangan TB di Kota Bandar Lampung sudah baik dan sejalan dengan pencapaian target program percepatan eliminasi TB.  Namun, upaya promkes pencegahan TB tidak ada hasil evaluasi terkait sikap dan prilaku pencegahan TB oleh masyarakat yang rentan.
Analisis Faktor Paparan dan Faktor Lingkungan Tempat Tinggal dengan Kejadian Infeksi Tuberkulosis Laten (Studi pada Keluarga Pasien Tuberkulosis Aktif di Kota Semarang - Jawa Tengah) Karbito, Karbito; Muslim, Azhari; Helmy, Helina
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 23, No 3 (2024): Oktober 2024
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.23.3.311-319

Abstract

Latar belakang : Tuberkolusis merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang masih menjadi permasalahan serius di negara-negara berkembang dan terbelakang, termasuk Indonesia. Diperkirakan 25% populasi penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tb), sebanyak 10% diantaranya berkembang menjadi penyakit aktif, dan sisanya (90%) akan mempertahankan diri dalam bentuk tuberkulosis laten. Antara 5-10% infeksi tuberkolusis laten akan berkembang menjadi tuberkolusis aktif. Hal ini berarti infeksi tuberkolusis laten menjadi kantung dan sumber utama kejadian dan penularan tuberkulosis aktif dimasa mendatang. Anggota keluarga serumah dengan penderita tuberkulosis aktif berisiko mengalami kejadian infeksi tuberkulosis laten. Studi ini bertujuan menganalisis hubungan faktor paparan dan faktor lingkungan tempat tinggal dengan kejadian infeksi tuberkulosis laten pada anggota keluarga serumah dengan penderita tuberkulosis aktif.Metode : Studi ini merupakan studi analitik kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional. Sejumlah 138 subjek studi dari 241 anggota keluarga 112 indeks kasus tuberkulosis aktif berpartisipasi dalam studi ini. Subjek studi dilakukan Tuberculin Skin Test (TST). Subjek studi dinyatakan positif mengalami infeksi tuberkulosis laten jika hasil TST didapatkan indurasi ≥10 mm. Variabel faktor paparan dan faktor lingkungan tempat tinggal dikumpulkan dengan teknik wawancara, pengamatan dan pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner, checklist dan alat ukur lainnya. Analisis data penelitian dilakukan secara bivariat menggunakan uji chi-square dan secara multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis variabel dinyatakan mempunyai hubungan bermakna jika memperoleh nilai-p<0,05.Hasil : Sebanyak 63,8% anggota keluarga serumah penderita tuberkulosis aktif mengalami kejadian infeksi tuberkulosis laten. Berdasarkan analisis bivariat (uji chi square) ditemukan ada 3 (tiga) variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian infeksi tuberkulosis laten yaitu variabel jenis paparan (nilai-p=0,027), variabel lama waktu paparan (nilai-p=0,041) dan varianel kepadatan ruang tidur (nilai-p=0,001). Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diketahui bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian TB laten adalah lama waktu paparan (nilai-p=0,023; aOR=3,72; 95%CI=1,19–11,58) dan kepadatan ruang tidur (nilai-p<0,001; aOR=3,89; 95%CI=1,82–8,33).Simpulan : Kejadian infeksi tuberkulosis laten pada anggota keluarga serumah dengan penderita tuberkulosis aktif menunjukkan angka yang relatif tinggi. Secara simultan variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian infeksi tuberkulosis laten pada anggota keluarga serumah dengan penderita tuberkulosis aktif adalah variabel lama waktu paparan dan variabel kepadatan ruang tidur. Variabel kepadatan ruang tidur merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian infeksi tuberkulosis laten setelah disesuaikan oleh variabel lama waktu paparan.  ABSTRACT Title: Analysis of Exposure Factors and Residential Environmental Factors with The Incidence of Latent Tuberculosis Infection (Study on families of active tuberculosis patients in Semarang City - Central Java)Background: Tuberculosis is a contagious infectious disease that is still a serious problem in developing and underdeveloped countries, including Indonesia. It is estimated that 25% of the world's population has been infected with Mycobacterium tuberculosis (M.tb), 10% of which develop active disease, and the remainder (90%) will persist in the form of latent tuberculosis. Between 5-10% of latent tuberculosis infections will develop into active tuberculosis. This means that latent tuberculosis infection will become the main source of occurrence and transmission of active tuberculosis in the future. Family members living in a household with active tuberculosis sufferers are at risk of experiencing latent tuberculosis infection. This study aims to analyze the relationship between exposure factors and environmental factors of residence with the incidence of latent tuberculosis infection in family members living in the same house as active tuberculosis sufferers.Methods: This study is a quantitative analytical study using a cross-sectional design. 138 study subjects from 241 family members and 112 index cases of active tuberculosis participated in this study. Study subjects underwent a Tuberculin Skin Test (TST). Study subjects were declared positive for latent tuberculosis infection if the TST results showed an induration of ≥10 mm. Exposure factor variables and residential environmental factors were collected using interview techniques, observation, and measurement using questionnaires, checklists, and other measuring tools. Research data analysis was carried out bivariate using the chi-square test and multivariate using the multiple logistic regression test. The results of the variable analysis are declared to have a significant relationship if they obtain a p-value <0.05.Results: As many as 63.8% of family members living in a household with active tuberculosis experienced latent tuberculosis infection. Based on bivariate analysis (chi-square test), it was found that 3 (three) variables had a significant relationship with the incidence of latent tuberculosis infection, namely the type of exposure variable (p-value = 0.027), the length of exposure variable (p-value = 0.041) and the density variant. bedroom (p-value=0.001). The results of multivariate analysis with multiple logistic regression tests showed that the variables significantly associated with the incidence of latent TB were the length of exposure (p-value=0.023; aOR=3.72; 95%CI=1.19–11.58) and room density. sleep (p-value<0.001; aOR=3.89; 95%CI=1.82–8.33).Conclusion: The incidence of latent tuberculosis infection in family members sharing a household with active tuberculosis sufferers shows a relatively high rate. Simultaneously, the variables that have a significant relationship with the incidence of latent tuberculosis infection in family members living in the same house as active tuberculosis sufferers are the length of exposure variable and the bedroom density variable. The bedroom density variable is the most dominant variable associated with the incidence of latent tuberculosis infection after adjusting for the length of exposure variable.
Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Terintegrasi Dalam Mendukung Transformasi Kesehatan Layanan Primer Muslim, Azhari; Karbito, Karbito; Amperaningsih, Yuliati; Putriana, Yeyen
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jb.v6i2.12937

Abstract

Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan kesehatan masyarakat adalah dengan menurunnya angka kematian bayi. Angka kematian bayi merupakan jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi adalah berat badan lahir rendah. Bayi berat badan lahir rendah dapat berdampak serius pada kesehatan bayi. Mengacu pada Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi berat badan lahir rendah di Indonesia sebesar 6,0%. Estimasi World Health Organization, prevalensi prematur di Indonesia sekitar 10%. Desa Enggal Rejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Adiluwih, dengan jumlah penduduk 1415 orang dengan luas 350,6116 ha. Skor Sustainable Development Goals Desa Enggal Rejo untuk Desa Sehat dan Sejahtera adalah 56,71. Sebuah Desa disebut Desa Peduli Kesehatan jika prosentase total nilai indikator Desa Peduli Kesehatan minimal mencapai 80. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Enggal Rejo belum mencapai kriteria minimal Desa Peduli Kesehatan. Kegiatan pengabdian masyarakat untuk peningkatan kapasitas kader posyandu terintegrasi. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yaitu peningkatan kapasitas kader posyandu terintegrasi sebesar 45,54 %. Kegiatan monitoring dan evaluasi secara teratur serta peningkatan ketrampilan pengetahuan kader posyandu terintegrasi perlu dilaksanakan,
Willingness to Pay Farmers on Turmeric Extract to Reduce Health Impacts Due to Pesticide Muslim, Azhari; Dadang, Dadang; Indrasti, Nastiti Siswi; Syaukat, Yusman
ASTONJADRO Vol. 12 No. 2 (2023): ASTONJADRO
Publisher : Universitas Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesticide exposure has been shown to cause various diseases such as acute neurotoxicity, cardiovascular disease, cancer, allergies and nervous disorders. Economic assessment of the health costs of using pesticides is necessary to design effective policies and reduce poisoning in farming populations The herbal medicines used have the efficacy of preventing and treating chronic non-communicable diseases. The most widely consumed herbal medicine is turmeric. This study aimed to analyze the willingness to pay value of turmeric extract and the factors that influence the willingness to pay of turmeric extract. All shallot farmers have turmeric extract WTP as a herbal medicine to reduce the risk of pesticide poisoning. The average WTP of turmeric extract reaches IDR 625,777 per year.
Evaluasi Program Penanggulangan TB Paru Karbito, Karbito; Purwaningsih, Dewi; Aliyanto, Warjidin; Muslim, Azhari; Fikri, Ahmad; Murwanto, Bambang
MIDWIFERY JOURNAL Vol 4, No 2 (2024): Volume 4, Nomor 2 Juni 2024
Publisher : Universitas Malahayati Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mj.v4i2.15606

Abstract

Background : One of the diseases that is still a problem in Indonesia that is Tuberculosis or TB, especially pulmonary TB, because it is the second highest disease in the world. Therefore, the TB control program in Indonesia is directed at accelerating the elimination of TB by 2030, with a strategy to increase the case detection rate to at least 90%, the treatment success rate to at least 90% and the prevention rate to at least 80%. Meanwhile, the TB incidence rate in Indonesia in 2022 will be 354 per 100,000 population. The problem of controlling pulmonary TB in Bandar Lampung City in 2022 has not yet reached the performance target, namely only reaching 54.3% from 74%.Purpose : This research aims are to find out how the Pulmonary TB management program is at the Sukamaju Public Health Center, Bandar Lampung City.Methods : The design of this research is qualitative, with the method used being interviews, namely Focus Group Discussion (FGD) and in-depth interviews, with triangulation of methods, data and sources, such as observation, etc.Result : The results of the research show that the Pulmonary TB management program at the Sukamaju Community Health Center, Bandar Lampung City has been running well with case detection and cure rates reaching 96.0%, while the obstacles experienced are only few and do not hinder the implementation of the program, namely the logistics of the mantoux test materials and cartridge.Conclution : The implementation of the pulmonary TB control programs at the Sukamaju Community Health Center, Bandar Lampung City is going well, where the TB program indicators have reached the target. The success of this program is also supported by TB cadres whose performance is quite successful. Keywords: TB, program, management Latar Belakang : Salah satu penyakit yang amsih menjadi masalah di Indonesia adalah Tublerculosis atau TB khususnya TB Paru, karena menjadi penyakit tertinggi kedua didunia. Oleh sebab itu program penanggulangan TB di Indonesia diarahkan untuk mempercepat eliminasi TB Tahun 2030, dengan strategi peningkatan angka penemuan  kasus mencapai minimal 90%, dan  angka keberhasilan pengobatan (success rate) minimal 90% serta angka pencegahan mencapai minimal 80%. Sementara insiden rate TBC di Indonesia tahun 2022 sebesar 354 per 100.000 penduduk. Permasalahan penanggulangan TB Paru di Kota Bandar Lampung pada tahun 2022 tersebut belum mencapai target kinerja yaitu baru mencapai 54,3% dari 74%.Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan program TB Paru di Puskesmas Sukamaju, Kota Bandar LampungMetode : Desain penelitian ini bersifat kualitatif, dengan metode yang digunakan wawancara yaitu Diskusi Kelompok Terarah/DKT  (Focus Group Discussion/FGD) dan wawancara mendalam (Indepth Interview), dengan trianggulasi metode, data maupun sumber, seperti observasi, dsb.Hasil : Hasil penelitian bahwa pengelolaan program TB Paru di Puskesmas Sukamaju Kota Bandar Lampung telah berjalan dengan baik dengan angka pencapaian penemuan kasus dan penyembuhan mencapai 96,0%, sedangkan hambatan yang dialami hanya sedikit dan tidak serta tidak menggambat pelaksanaan program, yaitu terhambatnya logistic bahan tes mantuk dan catrige.Kesrmpulan : Simpulan penelitian ini Pelaksanaan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Sukamaju, Kota Bandar Lampung berjalan dengan baik, dimana indikator-inkator program TB tersebut telah mencapai target. Keberhasilan program tersebut juga didukung oleh para kader TB yang cukup berhasil kinerjanya.
Application of Structural Equation Model-Partial Least Square for Factors Affecting the Risk of Pesticide Poisoning Muslim, Azhari; Dadang, Dadang; Indrasti, Nastiti Siswi; Syaukat, Yusman
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 1: March, 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (938.583 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i1.939

Abstract

The health belief model is used as a framework to identify factors that influence the risk of pesticide poisoning. Research on the factors that influence knowledge and behavior to reduce pesticide exposure using the Health Belief Model and the Structural Equation Model – Least Square has been conducted. This study aims to analyze the effect of the health belief model in predicting behavior to reduce the health impact of pesticides. This type of research is an analytic observation with a cross-sectional design. Structural Equation Model – Least Square is partly an approach used to determine latent variables with bootstrap parameter estimation. The results showed that all latent variables had an effect on farmers' self-efficacy. Increasing the farmer's self-efficacy by 1% can reduce the level of poisoning by 81.3%. Farmers must be able to increase their self-efficacy regarding the risk of pesticide exposure and implement safe pesticide use procedures.  Abstrak: Model kepercayaan kesehatan digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko keracunan pestisida. Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku untuk mengurangi keterpajanan pestisida dengan Model Kepercayaan Kesehatan serta Model Persamaan Struktural – Kuadrat Terkecil Sebagian belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model kepercayaan kesehatan dalam memprediksi perilaku petani untuk mereduksi dampak kesehatan akibat keterpajanan pestisida. Jenis penelitian ini merupakan observasi analitik dengan rancangan potong lintang. Model Persamaan Struktural – Kuadrat Terkecil Sebagian merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel laten dengan estimasi parameter bootstrap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel laten berpengaruh terhadap efikasi diri petani. Peningkatan efikasi diri petani sebesar 1% dapat menurunkan tingkat keracunan sebesar 81.3%. Petani harus bisa meningkatkan efikasi diri tentang risiko keterpajanan pestisida dan melaksanakan prosedur penggunaan pestisida yang aman.