Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KOMUNIKASI SIMPANG SIUR DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT: KASUS PADA MEDIA MASSA Sedana, Gede
Jurnal Kajian Ilmu Komunikasi Vol 15 No 2 (2017): Jurnal Kajian Ilmu Komunikasi
Publisher : Dwijendra University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.852 KB) | DOI: 10.46650/jkik.15.2.625.%p

Abstract

Dalam implementasi pembangunan di masyarakat sering ditemukan adanya kekurangserasian komunikasi karena adanya berbagai kepentingan di antara para pelaku komunikasi dan dapat menyebabkan terjadinya konflik sosial. Secara  hakiki, komunikasi memiliki berfungsi untuk menghubungkan manusia satu dengan manusia lainya dalam proses interaksi. Di masyarakat, seorang komunikator yang kredibel  sering memanfaatkan keahliannya untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kepentingannya yang terkadang menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah terjadi kesimpangsiuran informasi yang membuat kebingungan dan bahkan menimbulkan konflik-konflik baik horizontal maupun vertikal di masyarakat. Kesimpangsiuran komunikasi dapat berupa: (i) kekisruhan komunikasi yang tidak bermuara; (ii) kesimpangsiuran komunikasi karena informasinya yang dianggap tidak benar; dan (iii) kesimpangsiuran komunikasi karena informasi yang multitafsir.Kata kunci: Komunikasi, simpang siur, konflik, kredibel, informasi
ANALISIS SWOT SUBAK PADANGBULIA BERORIENTASI AGRIBISNIS Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 1 No 1 (2010): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.65 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.1.1.256.%p

Abstract

Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya petani  melalui  pembangunan  sistem  agribisnis,  dan  usaha-usaha  agribisnis  yang  berdaya  saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats atau SWOT) pada Subak Padangbulia di dalam pengembangannya ke arah agribisnis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kekuatan Subak Padangbulia meliputi: (i) awig-awig; (ii) pertemuan-pertemuan rutin; (iii) iuran-iuran rutin; (iv) usaha simpan pinjam di subak; (v) usahatani yang terpola; (vi) terbentuknya Koperasi Tani Swakarsa; (vii) nilai religi; dan (vii) sikap petani. Sedangkan faktor kelemahannya meliputi: (i) penguasaan lahan sawah yang relatif sempit; (ii) status sebagai penyakap; (iii) terbatasnya  permodalan; (iv) terbatasnya keterampilan  manajemen administrasi; (v)  rendahnya pengetahuan; (vi) tidak dimilikinya tempat penyimpanan gabah. Beberapa peluang adalah: (i) prasarana dan sarana transportasi yang relatif balk; (ii) tersedianya pasar; (iii) peningkatan program pemerintah di sektor pertanian; (iv) tersedianya lembaga keuangan; dan (v) adanya pengusaha-pengusaha yang bergerak dalam perpadian. Sedangkan faktor ancaman meliputi: (i) kenaikan harga sarana produksi; (ii) fluktuasi harga gabah; (iii) gagal panen; (iv) adanya beras impor; (v) kompleksitas birokrasi lembaga keuangan; (vi) terbukanya peluang kerja di luar sektor pertanian. 
PEMBERDAYAAN PENGELOLA IRIGASI AIR TANAH BERBASIS AGRIBISNIS (KASUS KELOMPOK PETANI SUMUR POMPA DI KECAMATAN TEJAKULA) Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 1 No 1 (2010): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.165 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.1.1.264.%p

Abstract

Pemberdayaan KPSP bertujuan untuk mewujudkan kelembagaan KPSP yang otonom, mandiri, mengakar di masyarakat, bersifat social-ekonomi, budaya, dan berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Tujuan lain dari pemberdayaan KPSP yaitu agar KPSP dapat memberikan  kemudahan  dan  peluang  kepada  anggotanya untuk  secara  demokratis  membentuk organisasi/unit usaha ekonomi di tingkat usahatani dengan pilihannya.Upaya yang dilakukan mencakup : peningkatan  kemampuan organisasi  KPSP;  peningkatan kemampuan teknis irigasi dan pertanian; peningkatan kemampuan usahatani & usaha ekonomi; dan monitoring & evaluasi. Dalam rangka peningkatan kemampuan usahatani dan usaha ekonomi dilakukan kegiatan-kegiatan : pelatihan usahatani; pembuatan percobaan/percontohan; bantuan stimulan sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, bibit, pestisida, alat mesin pertanian (alsintan), dan modal kerja; bantuan stimulan prasarana usahatani seperti jalan usahatani, kios saprotan, lumbung, dan tataguna air tingkat usahatani (TGATUT);  bantuan stimulan  pengolahan  dan  pemasaran hasil usahatani seperti penggilingan padi, penampungan hasil, sortasi, pengepakan dan lain-lain; dan fasilitasi KPSP. 
MODAL SOSIAL DALAM AGRIBISNIS SUBAK KASUS PADA KOPERASI USAHA AGRIBISNIS TERPADU SUBAK GUAMA, KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.952 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.269.%p

Abstract

Pembangunan pertanian yang dilaksanakan selama ini kurang menekankan pada local institution endowment (berbasis pada kelembagaan lokal) yang telah ada. Kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar di dalam pembangunan pertanian dan tidak dilakukan penguatan social capital masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan Subak Guama dihubungkan dengan pengembangan agribisnis dan modal social pada Subak Guama yang berkenaan dengan agribisnis. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan dianalisis dengan metode deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Subak Guama melakukan beberapa kegiatan utama yaitu: (i) kegiatan Pengelolaan Padi Terpadu (Integradted Crops Management) ICM; (ii) kegiatan Kegiatan Integrasi Padi-Ternak (Crops-Livestock System); dan (iii) kegiatan penguatan modal usaha rumah tangga yaitu Kredit Usaha Mandiri (KUM). Modal sosial yang meliputi tiga komponen dasar yaitu trust, norms dan social network memiliki peran terhadap kegiatan-kegiatan agribisnis seperti di atas. Ikatan moral kepercayaan sosial sangat memberikan andil bagi kelancaran kegiatan-kegiatan agribisnis yang dilakukan KUAT Subak Guama.Kata kunci: modal sosial, agribisnis, dan pembangunan pertanian
KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADA SISTEM SUBAK Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 2 No 2 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.207 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.2.279.%p

Abstract

Tantangan subak ke depan adalah terwujudnya kelembagaan subak dengan kearifan lokalnya mampu menjadi organisasi yang dapat beradaptasi dengan tuntutan ekonomis anggotanya seiring dengan program-program pembangunan pertanian dan perdesaan. Orientasi ekonomis ini diperlukan untuk menghadapi era kesejagatan sehingga para petani anggota subak dapat meningkatkan pendapatannya dan sekaligus mampu mengantsipasi terjadinya alih fungsi lahan sawah yang tidak terkendaliTerdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang perlu dipertimbangkan dan dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan legislatif adalah menyangkut keberlanjutan penyelenggaraan pembangunan pertanian khususnya di lahan sawah. Di antaranya adalah sebagai berikut: (i) pembentukan atau pengembangan perusahaan daerah untuk membeli produk-produk dari usahatani sawah; (ii) penyediaan jasa asuransi pertanian; (iii) penyediaan kredit pertanian; (iv) penguatan kelembagaan subak sebagai badan hukum; dan (v) penetapan lahan sawah abadi. Kebijakan-kebijakan tersebut agar dapat dilaksanakan secara bersinergi sebagai satu kesatuan.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERDASARKAN PADA KATEGORI ADOPTER Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 3 No 1 (2012): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.371 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.3.1.286.%p

Abstract

Pembagian anggota sistem sosial ke dalam kelompok-kelompok adopter didasarkan pada tingkat keinovatifannya dikenal dengan kategori adopter, yaitu innovator, early adopter, early majority, late majority, dan laggard. Dalam proses komunikasi pembangunan, golongan early majority perlu diprioritaskan di antara golongan adopter lainnya sehingga perhatian, ketersediaan biaya, tenaga dan waktu serta sumber daya lainnya dicurahkan pada golongan ini. Penerimaan adopsi oleh early majority selanjutnya akan lebih cepat diikuti oleh late majority karena perilakunya sangat dipengaruhi oleh perilaku dari golongan early majority.Diperlukan adanya pilihan saluran komunikasi yang tepat untuk meningkatkan tingkat adopsi suatu inovasi yang diseminasikan di dalam masyarakat.  Pada tahap pembentukan pengetahuan hendaknya digunakan media massa untuk menyebarluaskan informasi tentang adanya inovasi tersebut. Selanjutnya digunakan saluran komunikasi interpersonal yang bersifat persuasif dan personal pada tahap persuasi.Kata kunci: Adopter, komunikasi, pembangunan, adopsi
SIKAP PETANI TERHADAP FERMENTASI BIJI KAKAO: KASUS PADA SUBAK-ABIAN BUANA MEKAR, DESA ANGKAH KABUPATENTABANAN Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 3 No 2 (2013): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.485 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.3.2.289.%p

Abstract

Mutu biji kakao di Bali masih relatif rendah karena belum dilakukannya fermentasi secara baik oleh petani. Akibatnya harga yang diterima oleh petani menjadi rendah.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan pengetahuan petani mengenai fermentasi biji kakao dan menganalisa hubungan antara karakteristik petani dengan sikapnya terhadap fermentasi biji kakao. Penelitian ini dilakukan pada Subak-abian Buana Mekar, Kabupaten Tabanan yang dipilih secara purposif. Sampel yang diambil adalah 60 petani dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data dianalisa secara deskriptif dan statistika yaitu uji korelasi (r).Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap petani terhadap fermentasi kakao adalah tergolong setuju, yaitu mencapai 78,33 % dari skor maksimal dengan kisaran antara 63,23 % sampai dengan 88,67 %. Rata-rata tingkat pengetahuan petani sebesar 78,67 %, yaitu kategori tinggi dengan kisaran antara 64,23 % sampai dengan 88,34 %. Karakeristik petani memiliki korelasi yang signifikan dengan sikapnya. Umur petani memiliki korelasi yang kuat dan negatif, sedangkan karakeristik lainnya yaitu lama pendidikan formal, luas kebun lamanya berusahatani kakao memiliki korelasi yang positif dan kuat. Terdapat korelasi yang sangat kuat antara variabel pengetahuan dan intensitas interaksi dengan sikap petani terhadap fermentasi kakao. Disarankan agar dilakukan adanya peningkatan intensitas kegiatan penyuluhan dan pelatihan partisipatif dan langsung di lokasi, dan dibarengi oleh adanya bantuan atau insentif modal selain prasarana dan sarana untuk fermentasi biji kakao.Kata kunci: Fermentasi, kakao, pengetahuan dan sikap
MASALAH DAN TANTANGAN SUBAK DI BALI BERKENAAN DENGAN AGRIBISNIS Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 4 No 1 (2014): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.153 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.4.1.312.%p

Abstract

Pembangunan pertanian perlu dilakukan melalui pendekatan sistem agribisnis yang saling terkait, saling tergantung, saling berpengaruh dengan pertanian mulai sektor hulu, usahatani, dan hilir serta sektor jasa dan penunjang. Keberhasilan pembangunan agribisnis sebagian besar tergantung pada faktor dan kebijakan yang berada di luar kewenangan Kementerian Pertanian, seperti kebijaksanaan pengembangan infrastruktur dan sarana publik yang menunjang pertanian, seperti irigasi, jalan pertanian, energi, komunikasi, air bersih, kebijaksanaan kelembagaan pelayanan  informasi,  teknologi,  kredit,  penyuluhan  dan  pengembangan  sumberdaya  manusia,  kebijaksanaan kelembagaan ekonomi petani seperti koperasi. Namun, pembangunan pertanian dan pedesaan yang dilaksanakan di Indonesia tampaknya belum memberikan hasil yang diharapkan khususnya yang berkenaan dengan para petani. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran masalah dan tantangan subak di masa mendatang berkenaan dengan agribisnis.Pengembangan sistem subak untuk tetap berlanjut memerlukan adanya penyatuan (suatu payung) manajemen kelembagaan di tingkat departemen dan koordinasinya antar sub-sistem di tingkat lapangan, atau dikenal dengan istilah â??manajemen  satu  atapâ?,  sehingga  para  petani  secara  mudah  melaksanakan  kegiatannya  dan  mudah mendapatkan kebutuhan sarana produksinya. Paradigma pembangunan â??haruslahâ? bermuara pada pertanian (petani) yaitu pengembangan subak-subak yang lestari dan dinamis, sepanjang masih diakui bahwa sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian dan pertanian merupakan salah satu aset budaya Bali. Langkah-langkah diatas merupakan salah satu wujud dari kegiatan pemberdayaan subak, dimana kegiatan ini harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan komprehensif.Kata Kunci : pembangunan pertanian, pembangunan pedesaan, subak 
MODAL SOSIAL DAN KEGIATAN EKONOMIS SUBAK: KASUS DI SUBAK KEDUA, KOTA DENPASAR Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 4 No 2 (2014): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.759 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.4.2.320.%p

Abstract

Tantangan ke depan bagi pembangunan pertanian di Bali adalah terwujudnya kelembagaan subak dengan kearifan lokalnya mampu menjadi organisasi yang bersifat sosio-agraris-religius yang dapat beradaptasi dengan tuntutan ekonomis anggotanya seiring dengan program-program pembangunan pertanian dan perdesaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan ekonomis di tingkat subak dan menggambarkan elemen-elemen modal sosial yang berperan dalam kegiatan ekonomis subak. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Subak Kedua, Denpasar. Sampel diambil secara acak sebanyak 20 petani untuk memperoleh data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalilis dengan menggunakan metode deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Serba Usaha Subak Kedua yang beranggotakan 61 orang memiliki beberapa kegiatan ekonomis yaitu (i) penyediaan sarana produksi; (ii) pinjaman kredit kepada anggota; dan (iii) kemitraan usaha dengan pihak lain. Elemen-elemen modal sosial pada Subak Kedua terdiri dari tiga dimensi utama yaitu kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Rasa saling percaya di antara anggota subak terlihat pada pengelolaan bisnis di tingkat subak yang didasarkan atas norma-norma (awig-awig). Subak Kedua juga memiliki jaringan sosial dengan pihak lain dalam pengelolaan irigasinya dan kegiatan-kegiatan ekonomis subak. Dapat disarankan agar dilakukan pembinaan yang semakin intensif dalam pengembangan agribisnis di tingkat subak seperti aspek manajemen, administrasi dan usaha-usaha bisnis yang menguntungkan bagi petani dan lembaga subak. Selain itu, diperlukan adanya tambahan modal usaha bagi koperasi sehingga para anggta dapat memperoleh kredit yang lebih tinggi.Kata kunci : Modal sosial, subak, pertanian, koperasi 
TRANSFORMASI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN KOMERSIAL: KASUS PADA PENGEMBANGAN PERTANIAN IRIGASI AIR TANAH, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 5 No 1 (2015): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.21 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.5.1.328.%p

Abstract

Pembangunan pertanian dirumuskan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi maju yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian di perdesaan. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani dan keluarganya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan transformasi pertanian subsisten tradisional menjadi komersial/modern. Kegiatan atau cara yang dapat dilakukan untuk mengubah pertanian subsistem nejadi komersial adalah adalah meliputi: (1) peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani terhadap teknologi baru (inovasi) yang diintroduksi; (2) penyediaan bantuan (subsidi) agroinput/sarana produksi pertanian; (3) dukungan modal usahatani;  (4) penyediaan teknologi yang senantiasa berubah; (5) perbaikan kelembagaan petani; (6) penyediaan prasarana transportasi; dan (7) penyediaan pasar produk pertanian.Kata Kunci; Transformasi, subsisten, komersial, kesejahteraan dan pasar