Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

UPAYA PENGGUNAAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER DALAM MENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI FKIP UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR SUDIARTA, I NENGAH
Widya Accarya Vol 5 No 1 (2016): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.244 KB) | DOI: 10.46650/wa.5.1.233.%p

Abstract

Dosen sebagai pengemban misi tri dharma perguruan tinggi sudah tentu dituntut memiliki kemampuan tertentu untuk dapat melaksanakan tugas sebaik baiknya layaknya sebagai seorang dosen. Ketiga tri dharma tersebut yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dalam pembahasan ini penulis focus pada aspek pengajaran. Kementriaan pendidikan menggariskan empat komptensi dasar bagi guru dan dosen salah satunya adalah komptensi pendidikan, yang salah satu lingkupnya adalah program belajar mengajar.Rencana mengajar merupakan pedoman proses bealajar yang selanjutnya di kenal dengn sebutan Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Hendaknya secara jelas dirumuskan tujuan yang ingin dicapai bahan atau materi yang akan diajarkan, kegiatan belajar mengajar dan alat yang digunakan, evaluasi dan sumber rujukan yang berupa buku-buku bacaan.            Setiap dosen dituntut untuk mempunyai kecakapan atau keterampilan dalam menyusun RPS dan setiap dosen yang  akan mengajar hendaknya mengacu pada RPS yang telah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan suatu tinjauan yang berjudul Upaya Penggunaan Rencana Pembelajaran Semester Dalam Rangka Menunjang Proses Belajar Mengajar. Rumusan Masalah : Bagaimana mengupayakan penggunaan Rencana Pembelajaran Semester di FKIP Universitas Dwijendra tahun akademik 2015/2016. Tujuan penulisan adalah untuk memberikan gambaran teoritis tentang RPs sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan tenaga pengajar di lingkungan FKIP Universitas Dwijendra. Dengan menggunakan metoda deskriptif di dapat hasil proses belajar mengajar dengan menggunakan RPS memudahkan para dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, dengan menggunakan RPS sebagai pedoman mengajar tujuan yang dicapai dalam pembelajaran cukup jelas, materi yang akan disampaikan, kegiatan belajar mengajar, media yang digunakan, evaluasi daan literature pendukung amat jelas shingga tujuan belajar dan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Kata Kunci : Pembelajaran semester
INTERAKSI GURU DAN SISWA YANG EFEKTIF DAPAT MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK TKJ 1 DWIJENDRA DENPASAR SUDIARTA, I NENGAH
Widya Accarya Vol 6 No 2 (2016): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.103 KB) | DOI: 10.46650/wa.6.2.299.%p

Abstract

Interaksi yang bersifat psikologis, humanis, efektif dan kekeluargaan  antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran sangat diperlukan. Dalam hubungan dengan itu, melalui komunikasi yang efektif guru dapat memberikan pesan-pesan edukatif kepada siswa tanpa ada suatu tekanan, sehingga dapat menggugah integritas dan motivasi belajar siswa untuk dapat membelajarkan dirinya secara efektif dan kontinyu. Tujuan daripada penulisan ini adalah untuk mengetahui   hubungan guru dan siswa yang harmonis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Yang menjadi permasalahan sekarang adalah (i) Model interaksi guru dan siswa yang bagaimana yang dipandang paling kontributif dan kondusif bagi peningkatan motivasi belajar siswa  di  sekolah?   (ii) strategi dan teknik rekayasa interaksi guru murid yang mana yang seyogyanya dipertimbangkan dalam upaya peningkatan motivasi belajar dilingkungan sekolah?. Dengan menggunakan pendekatan sosiologis, paedagogis (fenomenologis) dan psikologis, didapatkan simpulan bahwa interaksi  guru dan siswa yang harmonis dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Kata kunci : interaksi, guru-siswa, efektif, motivasi
SINERGI PEMERINTAH DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI BIDANG PENDIDIKAN DI DESA PADANGSAMBIAN KAJA KECAMATAN DENPASAR BARAT KOTA DENPASAR TAHUN 2017 SUDIARTA, I NENGAH
Widya Accarya Vol 7 No 1 (2017): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.81 KB) | DOI: 10.46650/wa.7.1.434.%p

Abstract

Berdasarkan Undang â?? Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 200 ayat (1), maka dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah desa ada 2 (dua) unsur pemerintahan penting yang berperan di dalamnya yaitu : pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa. Tujuan dari penelitian ini adalah  (1)  Untuk mengetahui Bagaimana hubungan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa ( BPD ) dalam pembangunan desa di bidang pendidikan di  Desa Padangsambian Kaja Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar dan  (2)  Untuk mengetahui Apa kendala-kendala yang di hadapi oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa  ( BPD ) dalam pembangunan desa di bidang pendidikan di  Desa Padangsambian Kaja Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer melalui metode wawancara dan data sekundernya dengan metode dokumentasi. Tehnik analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif.Hasilpenelitiannya, yaituHubungan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pembangunan desa di bidang pendidikan sudah dilakukan secara optimal,perencanaan kepala desa dan BPD dalam merencanakan pembangunan Desa di bidang pendidikan sudah menunjukan adanya kordinasi yang bagus dalam hal  pemberian bantuan kepada anak- anak yang kurang mampu seperti bantuan sarana, perbaikan gedung sekolah, bantuan tong sampah,penyampaian informasi kepada masyarakat dalam hal perencanaan pembangunan pendidikan sudah di lakukan secara optimal. Kendala- kendala yang di hadapi yaitu partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa di bidang pendidikan masih kurang maksimal, pertemuan di tingkat Desa antara pemerintah Desa dan BPD yaitu membahas tentang program- program desa sudah terlaksana dengan baik. Kata Kunci : Hubungan Pemerintah Desadan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam   Pembangunan Desa 
UPAYA APARATUR KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN LAYANAN PUBLIK DI DESA PADANGSAMBIAN KAJA KECAMATAN DENPASAR BARAT KOTA DENPASAR SUDIARTA, I NENGAH
Widya Accarya Vol 9 No 1 (2018): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.496 KB) | DOI: 10.46650/wa.9.1.612.%p

Abstract

ABSTRACT Success or failure in the implementation of community services is influenced by leadership and supported by adequate government, then the implementation of good governance (good governance) will be realized. The main task of the Village Head's government is to exercise some of the sub-district authorities and to carry out other tasks based on the prevailing regulations. In its capacity as a government organization under the sub-district, the objective of governing the Village Head is the implementation of various functions of the Village Head in accordance with the authority given by the kecamatan effectively and efficiently, including the function of administrative services of the apparatus to the community.The problem revealed in this research is how the efforts of the Village Head's apparatus in improving the public service? The objective of this research is to know the role of government apparatus of Padangsambian Kajadalam Village Head to improve the implementation of public service. In this research, the writer uses the theoretical base based on the research title, that is the Effort Effort of the Village Head In Improving the Public ServiceFrom the research, the result shows that there are efforts of apparatus of Padangsambian Kaja Village Head of West Denpasar which is very influential in the effort to provide excellent service for the community of Padangsambian Kaja Village Head of West Denpasar and the society from outside who need the service. This can be seen from the environment and the life of the people of Padangsambian Kaja West Denpasar who is clean, peaceful, peaceful, prosperous, and not found many complaints or criticism from the public about the implementation of public service conducted by apparatus Padangsambian Kaja Village Head West Denpasar in the suggestion box provided. Keywords: Attempt apparatus, Village Head of Padangsambian Kaja, public            service. 
KEDUDUKAN SENTANA RAJEG DALAM PEWARISAN MENURUT AWIG-AWIG DI BANJAR MERANGGEN, DESA TANGKAS, KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG Sudiarta, I Nengah
Widya Accarya Vol 9 No 2 (2018): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.359 KB) | DOI: 10.46650/wa.9.2.658.%p

Abstract

ABSTRACTIn the community there are known three family systems, namely the Patrilineal Family System, namely the child connects himself to the father (unilateral male lineage father relative), the Matrilineal Family System, namely the child connects with the mother (unilateral female lineage mother), and The Parental System is that the child connects with both parents (bilateral fathers and mothers). From the existence of the three family systems, especially in Bali, the Patrilineal Family System is adopted, this marriage is based on blood relations according to the father line or Purusa. The familial system adopted by Balinese is a patrilineal family system, that is, the wife joins her husband and becomes a husband's husband. In the execution of marriage, the woman will switch to the place of the family of the man and then the woman becomes a member of the man. In reality, not all families have sons, as happened in Banjar Meranggen, Tangkas Village,  sub-district, Klungkung   there are several families that have no sons and the family appoints their daughter as Sentana Rajeg to continue their descent and bound by father-ayahan or obligations that have been arranged awig-awig the traditional village of banjar. With the existence of these problems so the writer can determine the suitable title in this study. In this study aims to find out about the position of a person who is positioned as Sentana Rajeg according to the awig awig applicable in Banjar Meranggen Tangkas Klungkung.   In this study the techniques used are documentation techniques, events, libraries, data processing techniques in a qualitative and comparative descriptive way. Based on the formulation of the problem in the results of this study the authors can provide conclusions, namely the Position of Sentana Rajeg in inheritance according to Awig-Awig in Banjar Meranggen, Tangkas Village, Klungkung District Klungkung, Klungkung regency is the role of women changing their status as male roles (purusa) and according to adat he has the right to all property belonging to his family and has the right to manage it, while the rights and obligations, namely the rights of Sentana Rajeg are entitled to receive all inheritance belonging to his family and his obligation is to maintain the continuity of the family and continue the family lineage so as not to put down.Keywords: Sentana Rajeg, Inheritance according to Awig awig, Descendants ABSTRAKDi masyarakat dikenal ada tiga sistem kekeluargaan, yaitu Sistem Kekeluargaan Patrilineal yaitu anak menghubungkan diri dengan ayah (kerabat ayah garis keturunan laki-laki secara unilateral), Sistem Kekeluargaan Matrilineal yaitu anak menghubungkan diri dengan ibu (kerabat ibu garis keturunan perempuan secara unilateral), dan Sistem Parental yaitu anak menghubungkan diri dengan kedua orang tuanya (kerabat ayah dan ibu secara bilateral). Dari adanya tiga sistem kekeluargaan tersebut, khususnya di Bali dianut Sistem Kekeluargaan Patrilineal, perkawinan ini didasarkan pada pertalian darah menurut garis bapak atau Purusa. Sistem kekeluargaan yang dianut pada masyarakat Bali adalah system kekeluargaan Patrilineal, yaitu si istri ikut suami dan menjadi kerabat suami. Dalam pelaksanaan perkawinan, si wanita akan beralih tempat kekeluarga si pria dan selanjutnya si wanita menjadi anggota si pria. Dalam kenyataannya tidak semua keluarga mempunyai anak laki-laki, seperti yang terjadi di banjar Meranggen, Desa Tangkas, kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung ada beberapa keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki dan keluarga tersebut mengangkat anak gadisnya sebagai Sentana Rajeg untuk meneruskan keturunan serta terikat oleh ayah-ayahan atau kewajiban-kewajiban yang sudah diatur awig-awig desa adat banjar teresebut.  Dalam penelitian ini teknik yang dipergunakan adalah teknik dokumentasi, wawacara, perpustakaan, teknik pengolahan data dengan cara deskriptif kualitatif dan komperatif.  Berdasarkan rumusan masalah dalam hasil penelitian ini penulis dapat memberikan kesimpulan, yaitu Kedudukan Sentana Rajeg dalam pewarisan menurut Awig-Awig di Banjar Meranggen, Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung adalah pihak peran wanita berubah statusnya sebagai peran laki-laki (purusa) dan menurut adat ia mempunyai hak atas segala harta benda milik keluarganya dan berhak mengelolanya, sedangkan Hak dan kewajiban, yaitu hak Sentana Rajeg berhak menerima segala harta warisan milik keluarganya serta kewajibannya adalah mempertahankan kelangsungan keluarga dan meneruskan garis keturunan keluarganya agar tidak putung.Kata Kunci : Sentana Rajeg, Pewarisan menurut Awig awig, Keturunan
PERSEPSI GURU PAMONG DAN SISWA TERRHADAP KETRAMPILAN CALON GURU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PPKN PADA SISWA KELAS XI IPA 8 DI SMA DWIJENDRA DENPASAR Sutika, I Made; Sudiarta, I Nengah
Widya Accarya Vol 10 No 1 (2019): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.797 KB) | DOI: 10.46650/wa.10.1.753.%p

Abstract

Melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diharapkan mahasiswa menjadi calon tenaga kependidikan yang profesional, sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan berdasarkan kompetensinya, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Mengingat pentingnya persepsi guru pamong dan siswa terhadap keterampilan calon guru praktik pengalaman lapangan dalam proses pembelajaran PPKn, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan: . Bagaimanakah Persepsi guru pamong dan siswa terhadap keterampilan calon guru praktik pengalaman lapangan dalam proses pembelajaran PPKn pada siswa    kelas XI IPA 8 di SMA Dwijendra Denpasar? . Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah  Untuk mengetahui Persepsi guru pamong dan siswa terhadap keterampilan calon guru paraktik pengalaman lapangan dalam proses pembelajaran PPKn pada siswa kelas XI IPA 8 di SMA Dwijendra Denpasar.. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, subyek penelitian ini ialah guru pamong dan siswa kelas XI IPA 8 di SMA Dwijendra Denpasar yang berjumlah 41 orang sebagai informan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui teknik wawancara,teknik observasi, angket (kuesioner),teknik dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru pamong dan siswa terhadap keterampilan calon guru praktik pengalaman lapangan dalam proses pembelajaran PPKn pada siswa kelas XI IPA 8 di SMA Dwijendra Denpasar, berada dalam katagori baik dengan persentase tertinggi 78,78% kemudian katagori sangat baik dan cukup sebanyak 12,95% dan 8,27%.Dari beberapa komponen ketrampilan mengajar ketrampilan dalam menutup pelajaran nampaknya paling dikuasai sedangkan yang masih kurang dalam ketrampilan evaluasi. Terkait dengan itu semua komponen ketrampilan mengajar hendaknya perlu ditingkatkan lagi apalagi ketrampilan evaluasi yang masih kurang sehingga para mahasiswa perlu diberikan teori dan pelatihan secara intensif   Kata kunci : Persepsi Guru Pamong dan Siswa, Keterampilan Calon Guru PPL,   Proses Pembelajaran.   Abstract   Through the Field Experience Practices (PPL) activities, students are expected to become candidates for professional teaching staff, in accordance with the principles of education based on their competencies, which include pedagogical competence, personality competency, professional competence, and social competence. Given the importance of the teacher and student teacher's perceptions of the skills of prospective teacher practice field experience in the PPKn learning process, the authors are interested in raising the issue:. What is the perception of the tutor and student teacher on the skills of prospective teacher practice in field experience in the learning process of PPKn in students of class XI IPA 8 in Dwijendra High School Denpasar? . Whereas the aim to be achieved is to find out the perception of the tutor and students towards the skills of the prospective teacher in field experience in the learning process of PPKn in students of class XI IPA 8 in Dwijendra High School Denpasar .. This research is quantitative descriptive research, the subject of this research is tutor teacher and students of class XI IPA 8 in Dwijendra High School Denpasar, amounting to 41 people as informants Data collection techniques used were through interview techniques, observation techniques, questionnaires (questionnaires), documentation techniques. The results showed that the perception of tutors and students towards the skills of prospective teacher practice field experience in the PPKn learning process for students of class XI IPA 8 in Dwijendra High School Denpasar, were in a good category with the highest percentage of 78.78% and 12 very good categories. , 95% and 8.27%. From several components of teaching skills, skills in closing the lessons seemed to be the most mastered while those still lacking in evaluation skills. Related to that all the components of teaching skills should need to be improved, especially the evaluation skills that are still lacking so that students need to be given theory and training intensively   Keywords: Perception of Guest and Student Teachers, PPL Teacher Skills, Learning Process.
PENGARUH PEMBERIAN LES TERHADAP PRESTASI BELAJAR PPKN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PADANGSAMBIAN KAJA DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020 Sudiarta, I Nengah; Sujana, I Gede
Widya Accarya Vol 10 No 2 (2019): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.555 KB) | DOI: 10.46650/wa.10.2.780.%p

Abstract

Abstrak Untuk mewujudkan pendidikan nasional, maka disusun kurikulum dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing  pendidikan dan salah satu isi kurikulum itu wajib memuat tentang PPKn disetiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan. Berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, jumlah jam pelajaran untuk jam pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah dua jam (2 X 45 menit) setiap minggu, mengingat singkatnya waktu siswa di sekolah, khususnya bagi mata pelajaran  PPKn, maka banyak siswa yang menambah pengetahuan dan pengalaman diluar sekolah dengan mengikuti les, dengan mendapat bimbingan dari guru kelasnya atau guru yang lain. Adapun permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: apa ada pengaruh pemberian les terhadap prestasi belajar PPKn pada siswa kelas V SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar tahun pelajaran 2019/2020. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi, metode perpustakaan, yang kemudian dianalisa berdasarkan analisis statistik ?t-test? Berdasarkan pendekatan diatas maka temuan yang diperoleh adalah: prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar tahun pelajaran 2019/2020, yaitu prestasi belajar sebelum pemberian les adalah memperoleh nilai rata-rata 6. Sedangkan prestasi belajar sesudah pemberian les adalah memperoleh nilai rata-rata 8. berdasarkan taraf signifikasi 5% bahwa nilai t dalam penelitian adalah 3,688, sedangkan t tabel 2,042 berarti t penelitian lebih besar dari t tabel dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian berdasarkan hasil pengujian bahwa hipotesis yang berbunyi bahwa tidak ada pengaruh pemberian les terhadap prestasi belajar PPKn pada siswa kelas V SD 2 Padangsambian Kaja Denpasar tahun pelajaran 2019/2020. Sedangkan hipotesis alternatif yang berbunyi: ada pengaruh pemberian les terhadap prestasi belajar PPKn pada siswa kelas V SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar tahun pelajaran 2019/2020. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini bahwa ?ada pengaruh pemberian les terhadap prestasi belajar PPKn pada siswa kelas V SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar tahun pelajaran 2019/2020.    Kata kunci: les, prestasi belajar, PPKn   Abstract To realize national education, a curriculum is developed that takes into account the stages of student development and its suitability to the environment of national development needs, the development of science and technology and arts, according to the type and level of each education and one of the contents of the curriculum must contain Civic Education in each type, track and level of education. Based on the curriculum set by the government, the number of hours for Pancasila and Citizenship Education hours is two hours (2 X 45 minutes) each week, given the short time students have at school, especially for Civic Education subjects, so many students add to their knowledge and experience outside of school by taking tutoring, by getting guidance from class teachers or other teachers. The problems found in this study are as follows: what is the effect of giving tutoring to the learning achievement of Civic Education in fifth grade students of SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar in the academic year 2019/2020. Data collection using observation methods, interview methods, documentation methods, library methods, which are then analyzed based on ?t-test? statistical analysis. Based on the above approach, the findings obtained are: learning achievement achieved by fifth grade students of SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar in the academic year 2019/2020, namely learning achievement before tutoring is an average score of 6. While learning achievement after tutoring is obtaining an average value of 8. Based on the 5% significance level that the t value in the study was 3.688, while t table 2.042 means t research is greater than t table thus Ho is rejected and Ha is accepted. Thus based on the results of testing that the hypothesis that says that there is no effect of giving tutoring to the learning achievement of Civic Education in fifth grade students of Padangsambian Kaja Elementary School Denpasar 2019/2020. While the alternative hypothesis reads: there is an effect of giving tutoring to the learning achievement of Civic Educationin fifth grade students of SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar in the academic year 2019/2020. The conclusion that can be drawn in this study is that there is an effect of giving tutoring to the learning achievement of Civic Education in fifth grade students of SD Negeri 2 Padangsambian Kaja Denpasar in the academic year 2019/2020.   Keywords: tutoring, learning achievement, Civic Education  
POTENSI SUBAK DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA: Kasus Subak Sembung di Kelurahan Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar Sedana, Gede; Arjana, Bagus Made; Sudiarta, I Nengah
dwijenAGRO Vol 8 No 1 (2018): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.314 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.8.1.638.1-10

Abstract

Alih fungsi lahan merupakan salah satu konsekuensi logis dari pembangunan yang semakin berkembang.  Di Provinsi Bali, alih fungsi lahan ini dapat mengancam program pemerintah, yaitu program ketahanan pangan, swasembada pangan termasuk kedaulatan pangan. Tujuan studi ini adalah untuk mendeskripsikan potensi subak menjadi destinasi tujuan ekowisata; menggambarkan upaya-upaya pengembangan ekowisata yang berkelanjutan; dan mengetahui manfaat yang diperoleh dari pengembangan ekowisata. Studi ini dilakukan pada Subak Sembung yang dipilih secara purposive sampling. Pada studi ini, dipilih beberapa responden kunci yaitu pengurus subak, pimpinan desa adat (desa pakraman), pengelola ekowisata, Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survai, wawancara, observasi secara langsung di lokasi, serta dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya dianlisa dengan menggunakan metode deskriptif.Hasil studi menunjukkan bahwa Subak Sembung memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan ekowisata guna mendukung pembangunan pertanian dan ekonomi di tingkat subak dan pedesaan serta perkotaan. Potensi yang dimiliki oleh Subak Sembung adalah: (i) keberadaan bentang alam atau lansekap sawah; (ii) budaya dalam sistem subak; (iii) nilai-nilai sosial dalam sistem subak; dan (iv) keinovatifan anggota subak.Peningkatan kapasitas petani terkait dengan pengembangan ekowisata dilakukan melalui pemberdayaan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan yang menyangkut aspek produksi, pendidikan wisata dan manajemen bisnis. Salah satu bentuk penyuluhan yang dilakukan adalah penyuluhan kelompok secara partisipatif. Selain itu, penyuluhan secara individual juga dilakukan kepada petani secara langsung di lahan sawahnya. Manfaat pengembangan ekowisata adalah peningkatan kegiatan pertanian, pengolahan produk, pendapatan subak, kesadaran sapta pesona, dan jiwa kewirausahaan serta kesempatan berrekreasi bagi masyarakat. Pemerintah diharapkan memfasilitasi Subak Sembung untuk dapat melakukan manajemen ekowisata secara lebih baik dan memberikan kontribusi ekonomis bagi masyarakat subak. Selain itu, agar dilakukan promosi-promosi ekowisata Subak Sembung agar semakin dikenal sampai luar negeri.Kata kunci: Ekowisata, subak, penyuluhan, pertanian, bisnis 
STRATEGI GURU DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DI KALANGAN ANAK I Made Sutika; Sudiarta, I Nengah; Anita Putri Irmawati
Widya Accarya Vol 11 No 2 (2020): Widya Accarya
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/wa.11.2.944.178-187

Abstract

ABSTRAK Kemampuan berkomunikasi pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah dari keluarga dan lingkungan sekitarnyanya. Pada usia 4-6 tahun anak memasuki masa emas karena anak cepat menyerap hal-hal diajarkan,di usia tersebut anak memasuki jenjang taman kanak-kanak yaitu jenjang pendidikan formal yang dilakukan dengan memberi materi-materi khusus anak usia dini yang berupa rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak serta meningkatkan daya cipta anak dan memacu belajar mengenal berbagai ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian untuk mengetahui strategi yang diterapkan guru taman kanak-kanak serta mengetahui hambatan apa saja yang ditemui guru selama proses pembelajaran. Dalam penelitian yang berjudul “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dikalangan Anak Usia Dini (Studi Di Taman Kanak-Kanak.Bakti 2 Denpasar)” ini, menggunakan pendekatan kualitatif dan rancangan deskriptif. Subjek penelitian adalah para Guru di Taman Kanak-Kanak. Bakti 2 Denpasar. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa guru dapat memahami karakter anak memperhatikan kebiasaan sehari-hari, sehingga guru dapat mengetahui apa yang harus dilakukan yang sesuai karakter anak tersebut. Guru juga menerapkan cara-cara yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa yaitu dengan melakukan tanya jawab, bercerita, karya wisata, bermain peran/sosiodrama, bercakap-cakap juga bernyanyi. Guru juga harus mempunyai sifat ramah, sabar, serta mempunyai tutur kata yang baik agar siswa dapat mengerti dan menerima berbagai materi yang diajarkan dengan baik. Selain metode diatas guru menggunakan alat peraga sebagai penunjang saat proses pembelajaran. Adapun hambatan yang sering ditemui oleh guru adalah pelafalan yang belum jelas, siswa belum mengerti isi pembicaraan sehingga upaya guru untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi sedikit terhambat. Kata kunci : Strategi Guru, Kemampuan Berkomunikasi, Anak Usia Dini ABSTRACT Minithesis, 2018, Anita Putri Irmawati, Student ID Number 013.301.0.023, Strategy of Teacher in Improving Communication Ability among Children (Case Study in Bakti 2 Kindergarten Denpasar), 60 pages, Advisor I Drs. I Wayan Kotaniartha, S.H., M.H., Advisor II Dra. Anak Agung Rai Tirtawati, M.Si. The ability to communicate in children is influenced by various factors; one of it is from the family and the environment. At the age of 4-6 years old, the children enter the golden age because children quickly absorb things that are taught. At that age children enter kindergarten, which is a formal educational level in which special materials relating to early childhood are given in the form of stimulation, to help the growth and development of children, increase children's creativity, and help them to learn about various sciences through approaches to language, religion, society, emotions, the physical world, motor functions, cognition, language, arts and independence. All are designed as an effort to develop children's thinking and their roles. Therefore, it is important to conduct research to find out the strategies applied by kindergarten teachers and find out what obstacles teachers encounter during the teaching and learning process. In a study entitled "Strategy of Teacher in Improving Communication Ability among Children (Case Study in Bakti 2 Kindergarten Denpasar)", using a qualitative approach and descriptive design. The research subjects were the teachers in Bakti 2 Kindergarten Denpasar. Data collection was done through observation, interview and documentation techniques. The collected data was analyzed with qualitative descriptive techniques. The results of the study indicate that the teacher can recognize the characters of students by paying attention to their daily habits, so that the teacher can find a course of action according to the character of the student. The teacher also implements some methods that can improve students' communication skills, namely by asking questions, telling stories, tourism work, role playing / socio drama, chatting and singing. The teacher must also be friendly, patient, and choose appropriate words so that students can understand and accept various well-taught material. In addition to the method above the teacher uses teaching aids as supports during the teaching and learning process. The obstacle that is often encountered by the teacher is pronunciation that is not yet clear, students have not understood the content of the conversation so that the teacher's efforts to improve their communication skills become a little hampered. Keywords: Teacher Strategy, Communication Ability, Early Childhood
MISI BUDAYA MIGRAN ETNIK SASAK DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR KOTA DENPASAR SEBUAH : KAJIAN BUDAYA I Nengah Sudiarta
PIRAMIDA Vol. 6, No.2 Desember 2010
Publisher : Puslit Kependudukan dan Pengembangan SDM Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.858 KB)

Abstract

The difficulty of undertaking at an origin region or a former village push thesociety conducting a citizen movement known as migration or urbanization. Thecity of Denpasar as a tourism destination, the economical fluctuationautomatically increases very fast and it has some impacts to the income per capitafor the around society. So the city of Denpasar is a region becoming a migrants’destination to speculate their destiny or they want to change their family income.Instead of a such situation, Denpasar city will generate the citizen’s increasingvery rapid. The heterogeneous citizen have a potency of ethnical conflict, thetraffic jam, slump housing and so on. The sharing life of some ethnics will occur acultural contact of any kinds origin village and each ethnic wants to reflect theirprevious culture at a new area especially regarding to the cycle life rite.The questions research are : (i) what is the migrants’ cultural mission formof Sasak ethnic at East Denpasar sub district, (ii) what is the migrants’ culturalmission function of Sasak ethnic at East Denpasar sub district, (iii) what is themigrants’ cultural mission meaning of Sasak ethnic at East Denpasar sub district.The research is designed by using the qualitative analysis and the collectingdata is done by using the observation technique, an interview, a discussion groupfocus and a documentation. In analyzing data, researcher uses the culturalconfiguration theory, the symbolic interaction, the change theory, the adaptiontheory and the other supporting one.The research results show that : Firstly, the migrants reflect their previouscultural form at a new place related to the life cycle rite. It’s done regarding thereis a such of an ethnical pride because they want to be recognized their existenceat the destination region, Secondly, After Ethnical migrants of Sasak succeeded atthe destination region, they want to maintain their identity at the new environmentwith the others ethnic and they also want to spread to a strategic area to coverthe economical sector. In other to cover safely, they need adapting andharmonizing with the other ethnic especially the dominant original one. So themigrants’ cultural mission of Sasak ethnic at East Denpasar sub district wantto bring their operating result as much as possible, such as their remittance andexperience to the former region. By the shoreline mental of discipline and ductilenature, they work as effective as possible. Thirdly, Meaning of the mission is toincrease their family life prosperity and help progressing the small economic atoriginal village, help developing the general facilities and try harmonizing withtheir environmental requirement.The conclusions are : by conducting the migrants’ cultural mission of Sasakethnic, they can change their social-economical life toward to a better one, andalso reflect their social-culture at new setting up destination