Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Relationship Between Indoor Air Quality and Sick Building Syndrome in Post Office Building in Bandung Yudi Prana Hikmat; Ismail Wellid; Kasni Sumeru; Salma Dzakiyah Az-zahro; Mohamad Firdaus bin Sukri
Jurnal Internasional Penelitian Teknologi Terapan Vol 2 No 2 (2021): October 2021
Publisher : Bandung State Polytechnic (Politeknik Negeri Bandung)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/ijatr.v2i2.53

Abstract

Sick building syndrome (SBS) is a collection of symptoms experienced by buildings occupants such as headaches, mucous, membrane irritation, respiratory problems and fatigue. A building is claimed to have SBS if more than 20% of building occupants experience symptoms. Poor indoor air quality contributes to SBS in the building. This study aims to investigate the correlation between indoor air quality and SBS symptoms in 1st and 2nd floors of the Post office building in Bandung. The study used quantitative methods with a cross sectional study design. Data collection was carried out using particle counter, thermometer, lux meter and anemometer to measure the indoor air quality, while the questionnaire utilized random sampling technique with 119 respondents. The results of the primary data were compared with the air quality standard from Minister of Health No. 1077, 2021. The results of the Statically Compare Means and Independent T-test showed that the p-values of the temperature on the 1st floor and 2nd floors were 0.437 and 0.000, respectively. Meanwhile the p-values of PM10 and PM2.5 on the 1st and 2nd floors were 0.005 and 0.290 and 0.004 and 0.364, respectively, and the p-values of the lighting on the 1st and 2nd floors were 0.002 and 0.015. It indicates that there is a significant relationship between concentrations of PM10 and PM2.5 on the 1st floor with SBS symptoms and the temperature and humidity on the 2nd with SBS symptoms. Since 29 peoples (24% of the building’s occupants) experienced SBS, the building was considered to have a significant potential to cause SBS to its occupant.
Studi Proteksi Setting Arus Lebih pada PLTM Mikrogird Girimukti 20 kV Menggunakan Software ETAP 12.6.0 Endan Budi Permana; Yudi Prana Hikmat; Supriyanto Supriyanto
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol 12 (2021): Prosiding 12th Industrial Research Workshop and National Seminar (IRWNS)
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.4 KB)

Abstract

Studi Proteksi Setting Arus Lebih pada PLTM Mikrogird Girimukti 20 kV Menggunakan Software ETAP 12.6.0
Proteksi Arus Lebih Gangguan Fasa dan Gangguan Tanah Untuk Simulator Koordinasi Proteksi Pada Transformator Tenaga Muhammad Maulana Zulfarhain; Supriyanto; Yudi Prana Hikmat
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol 13 No 01 (2022): Vol 13 (2022): Prosiding 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.093 KB) | DOI: 10.35313/irwns.v13i01.4271

Abstract

Transformator tenaga merupakan peralatan listrik yang membutuhkan proteksi terhadap gangguan arus lebih. Pada transformator tenaga relai arus lebih digunakan sebagai pengaman backup ketika pengaman utama mengalami kegagalan fungsi. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun proteksi arus lebih gangguan fasa dan gangguan tanah untuk simulator koordinasi proteksi transformator tenaga, untuk keperluan bahan ajar dan modul praktikum. Metode penelitian ini menggunakan Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) sebagai relai proteksi arus lebih gangguan fasa dan gangguan tanah. Relai proteksi arus lebih yang digunakan dipasangkan pada sisi primer transformator tenaga. Simulasi percobaan yang dilakukan adalah simulasi gangguan internal (hubung singkat tiga fasa, hubung singkat dua fasa, dan hubung singkat satu fasa ke tanah) dan simulasi gangguan eksternal (hubung singkat tiga fasa) menggunakan tahanan. Berdasarkan hasil pengujian, setting OCR sisi primer trafo di set pada 0,75 A dengan TMS 0,5 (standard inverse) dan arus setting GFR di set pada 0,5 A dengan TMS 0,025 (standard inverse). Pada hasil pengujian gangguan eksternal, relai arus lebih bekerja mengamankan transformator tenaga terhadap gangguan arus lebih. Sedangkan pada hasil pengujian gangguan internal, relai arus lebih sisi primer transformator tenaga bekerja lebih lambat dari pengaman utama differensial yang dimana relai arus lebih ini akan bekerja hanya ketika pengaman utama differensial mengalami kegagalan fungsi.
Pengaruh Kenaikan Tegangan Pada Penyulang Generator Unit 4 PLTP Kamojang Akibat Pelepasan Beban Menggunakan Software ETAP 12.6.0 Tasya Aulia Putri; Supriyanto; Yudi Prana Hikmat
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol 13 No 01 (2022): Vol 13 (2022): Prosiding 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.549 KB) | DOI: 10.35313/irwns.v13i01.4291

Abstract

Generator berperan sangat penting dalam pembangkitan tenaga listrik. Adanya gangguan pada generator dapat mengganggu operasi dari sistem. Salah satu gangguan generator yaitu terjadinya gangguan perubahan nilai tegangan secara tiba-tiba atau terjadi tegangan berlebih (overvoltage) yang diakibatkan oleh pelepasan beban dalam sistem interkoneksi. Oleh karena itu keandalan sistem proteksi sangat diperlukan. Salah satu proteksi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan alat pengaman yaitu relai overvoltage 59. Relai ini digunakan untuk mendeteksi besarnya tegangan diatas nominal settingnya. Output dari relai dapat dihubungkan pada rangkaian pemutus untuk memutuskan aliran listrik jika terjadi gangguan. Studi dilakukan dengan bantuan software ETAP 12.6.0 untuk simulasi pelepasan beban dengan menggunakan load flow analysis dan simulasi relai overvoltage 59 menggunakan transient stability analysis dengan melihat kurvarelai action waktu dan tegangan. Hasil simulasi pelepasan beban dengan melihat cara kerja relai overvoltage 59 berjalan dengan baik berdasarkan hasil dari waktu relai mendeteksi tegangan lebih yaitu 110% dari bus nominal kV, lalu alarm beroperasi 1,1 detik setelah mendeteksi tegangan sudah sesuai dengan perhitungan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa pelepasan beban mempengaruhi kenaikan tegangan, karena tegangan lebih yang diakibatkan oleh pelepasan beban membuat tegangan bus menjadi naik 110%-120% dari tegangan nominal lalu turun secara perlahan.
RANCANG BANGUN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) DENGAN METODE PERTURB AND OBSERVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 Dedi Aming; Yudi Prana Hikmat
Jurnal TEDC Vol 8 No 2 (2014): Jurnal TEDC
Publisher : UPPM Politeknik TEDC Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.558 KB)

Abstract

Solar Cell merupakan suatu sel yang terdiri dari lapisan semikonduktor yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi daya listrik. Besarnya daya yang dihasilkan solar cell bergantung pada intensitas cahaya matahari dan temperatur yang mengenai permukaanya. Intensitas cahaya matahari dan temperatur selalu mengalami perubahan setiap waktu. Daya output yang dihasilkan tidak selalu berada di titik daya maksimum. Untuk menghasilkanoutput daya maksimum maka digunakan algoritma Maximum Power Point Tracker (MPPT) yang dapat menjejak titik daya maksimum pada kurva P-V yang dihasilkan solar cell. grafik perubahan daya terhadap perubahan tegangan. MPPT yang dirancang adalah MPPT dengan metode Perturb And Observe. Metode ini telah tertulis dalam jurnal internasional dan merupakan metoda yang sederhana namun memiliki efektifitas yang tinggi dalam menjejak daya maksimum solar cell. Dengan MPPT ini maka solar cell terus menghasilkan daya output maksimum pada setiap perubahan intensitas dan temperatur. Berdasarkan hasil pengujian, MPPT dapat meningkatkan daya ouput solar cell sampai 25%, artinya daya yang dihasilkan solar cell ketika menggunakan MPPT lebih tinggi sampai 25% dibandingkan ketika tanpa MPPT. Kata kunci : Solar cell, MPPT, Metoda Perturb and Observe, Daya Output
Analisis ELCB Sebagai Proteksi Tegangan Sentuh pada Pembumian Sistem TT Sunarto Sunarto; Yudi Prana Hikmat; Sudrajat Sudrajat
Rekayasa Hijau : Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrh.v6i2.154-164

Abstract

ABSTRAKBahaya tegangan sentuh bisa terjadi apabila manusia menyentuh bagian yang bertegangan secara langsung maupun tidak langsung. Sentuhan langsung terjadi apabila manusia menyentuh secara langsung bagian aktif, sedangkan sentuhan tidak langsung bisa terjadi bila manusia menyentuh bagian konduktif terbuka (BKT) dari peralatan yang bertegangan karena adanya arus bocor. Manusia tentunya tidak tahu bahwa bagian aktif maupun BKT dari peralatan tersebut bertegangan dan manusia menyentuh bagian tersebut secara sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu perlu adanya proteksi terhadap tegangan sentuh langsung dan tidak langsung. Proteksi yang biasa digunakan pada instalasi listrik adalah ELCB dengan rating arus 30 mA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa proteksi tegangan sentuh langsung dan tidak langsung menggunakan ELCB pada pembumian sistem TT (Terre-Terre) dimana pembumian titik netral trafo dan pembumian peralatan dipasang secara terpisah. Penelitian ini bisa membuktikan bahwa ELCB bisa digunakan sebagai tegangan sentuh langsung dan tidak langsung denga waktu kerja instanataneous.ABSTRACTDangers of touch voltage can occur if humans touch the live parts directly or indirectly. Direct touch occur when humans touch the active part directly, while indirect touch can occur when humans touch the bare conductive part (BKT) of the equipment with voltage due to leakage current. Humans certainly don't know that the active or BKT of the equipment are live and than humans touch these parts intentionally or unintentionally. Therefore, there is a need for protection against direct and indirect touch voltages. The armature commonly used in electrical installations is an ELCB with a current rating of 30 mA. This study aims to analyze direct and indirect touch voltage protection using ELCB on TT (Terre-Terre) sistem earthing where the transformer neutral point grounding and equipment grounding are Installed separately. This research can prove that ELCB can utilized as direct and indirect touch voltage with instantaneous working time.
PERBANDINGAN KINERJA SISTEM MINIATUR SELUNCUR ES MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN R290 (HIDROKARBON) Ismail Wellid; Yudi Prana Hikmat; Dini Faridah
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-13 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji kinerja sistem miniatur seluncur es menggunakan sistem refrigerasi kompresi uap yang menggunakan media transfer panas yang berbeda (refrigerant). Pada umumnya mesin menggunakan refrigeran HCFC-22 (R22) sebagai media transfer panas dalam sistemnya, sementara itu pada penelitian ini diusulkan mesin yang menggunakan refrigeran hidrokarbon (R290). Penelitian ini membandingkan kinerja sistem refrigerasi kompresi uap di arena seluncur es jika sistem menggunakan refrigerant R290 (MC22). Penggantian refrigerant ini dilakukan untuk memenuhi tujuan dari Protokol Montreal untuk menggantikan HCFC dalam peralatan pendingin yang ada, karena pengolahannya yang tidak ramah lingkungan. Beberapa parameter dipertimbangkan untuk meninjau kinerja sistem, yaitu: waktu pendinginan, COP, efisiensi, dan konsumsi energi sistem. Hasil penelitian menunjukkan COPactual dan COPcarnot pada sistem miniatur seluncur es menggunakan refrigeran hidrokarbon R290 memiliki nilai lebih besar dibandingkan sistem menggunakan R22. Dengan demikian, efisiensi sistem dapat meningkat sebesar 3,2%. Konsumsi energi dari sistem yang diusulkan dapat menghemat 5%. Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa sistem miniatur seluncur es dengan refrigerant R290 dapat meningkatkan kinerja sistem, menghemat konsumsi energi, dan dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk mengurangi pemanasan global dan penipisan ozon yang disebabkan oleh aplikasi penggunaan refrigeran CFC.Kata kunci: mesin seluncur es, refrigerasi, sistem kompresi uap.
Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Instalasi Listrik SMK Perkasa Sumedang Aghnia Nur Zahrah; Yudi Prana Hikmat; Toto Tohir
SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan) Vol 3 (2021)
Publisher : SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.126 KB)

Abstract

Sektor pendidikan terutama sekolah merupakan tempat utama untuk melakukan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Untuk mencapai tujuan yang dapat ditempuh di sekolah maka diperlukan tenaga listrik yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Namun seringkali kegiatan pembelajaran terhambat oleh permasalahan yang terjadi baik karena kesalahan pemasangan instalasi maupun pembagian daya yang tidak sesuai standar. Pemasangan instalasi yang baik adalah yang sesuai dengan Persyaratan Umum Instalasi Listrik atau PUIL serta Standar Nasional Indonesia atau SNI. SMK Perkasa Sumedang sumber suplai daya PLN terbagi dengan empat Alat Pengukur dan Pembatas (APP) dengan masing-masing daya yang masuk dari APP dibagi ke tiap-tiap ruangan yang ada di SMK Perkasa. Permasalahan yang terjadi pada SMK Perkasa Sumedang adalah dengan terdapatnya empat APP ini pembagian daya listrik menjadi tidak teratur. Pemilihan rating pengaman pun tidak tepat sehingga seringkali terjadinya trip yang juga dapat terjadi karena beban yang terlampau besar akibat penambahan beban yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Penelitian ini akan menganalisa jaringan instalasi listrik di SMK Perkasa Sumedang sehingga menghasilkan rekomendasi berupa perencanaan penataan pembagian daya listrik yang sesuai standar. Hasil perhitungan dianalisis dan dibandingkan sesuai keadaan di lapangan untuk menghasilkan rekomendasi.
Analisa Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik berdasarkan Koordinasi Recloser dan Sectionalizer Nisrina Nurul Fadlilah; Yudi Prana Hikmat; Toto Tohir
SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan) Vol 3 (2021)
Publisher : SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1612.096 KB)

Abstract

Jaringan system pendistribusian tenaga listrik di ULP Malingping memiliki total jaringan tegangan menengah dengan Panjang 47,55 km dengan saluran udara kabel berinti aluminium. Panjangnya saluran tersebut membuat pendistribusian tenaga listrik di ULP Malingping menjadi rentan terkena gangguan, baik itu gangguan temporer atau gangguan permanen. Untuk menjamin kontinuitasnya, dipasanglah peralatan proteksi yang saling berkoordinasi untuk mendeteksi dan memperbaiki gangguan agar system kelistrikan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan syarat system proteksi. Salah satu contoh peralatan proteksi yang saling berkoordinasi adalah Recloser dan Sectionalizer. Sectionalizer berkoordinasi dengan Recloser agar dapat menjalankan tugasnya secara otomatis saat jaringan tidak bertegangan. Maksud digunakannya Sectionalizer adalah untuk memisahkan saluran utama ke dalam beberapa section agar Ketika terjadi gangguan, daerah pemadaman tidak terlalu luas. Setiap koordinasi proteksi mempunyai indeks keandalannya masing – masing ketika di realisasikan di lapangan. Untuk menjamin bahwa koordinasi berjalan secara lancar maka dihitunglah indeks keandalan pada penyulang.Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui cara koordinasi diantara recloser dan sectionalizer serta menghitung nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI terkait dengan koordinasi recloser dan Sectionalizer dan mengetahui parameter keandalan pada Penyulang Bayahkota. Berdasarkan koordinasi Recloser dan Sectioanalizer, Penyulang Bayahkota sebelum relokasi mendapatkan nilai SAIFI sebesar 0,385625827 kali/pelanggan/tahun, nilai SAIDI sebesar 0,008058322 jam/tahun dan nilai CAIDI sebesar 0,020896738 jam/tahun. Sementara setelah dilakukan penambahan dua buah Sectionalizer pada saluran 53 dan 69 nilai SAIFI yang didapatkan adalah sebesar 0,229888939 kali/pelanggan/tahun, nilai SAIDI sebesar 0,004476282 jam/tahun dan nilai CAIDI sebesar 0,019471498 jam/tahun. Nilai SAIFI pada kondisi setelah relokasi turun sebanyak 40,4%, nilai SAIDI turun sebanyak 44,5% sementara nilai CAIDI turun sebanyak 6,8%. 
Analisis Koordinasi Proteksi Recloser dan Sectionalizer pada Penyulang LBSR GI Padalarang Menggunakan ETAP 12.6.0 Icha Marsya Ramadhani; Toto Tohir; Yudi Prana Hikmat
SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan) Vol 3 (2021)
Publisher : SEMNASTERA (Seminar Nasional Teknologi dan Riset Terapan)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1550.117 KB)

Abstract

Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga sistem yaitu pembangkit, transmisi, dan distribusi. Sistem distribusi ini sangat dekat keberadaan nya dengan kita sebagai pelanggan. Oleh karena itu, pada sistem distribusi ini perlu adanya proteksi untuk pengoptimalan dalam menyalurkan tenaga listrik guna terjaminnya kontinuitas energi listrik dalam menunjang kegiatan manusia. Gangguan yang sering terjadi di sistem distribusi 20 KV adalah gangguan hubung singkat. Untuk mengatasi masalah gangguan hubung singkat dilakukan dengan cara koordinasi diantara peralatan proteksi untuk menghilangkan gangguan dan dapat memproteksi peralatan yang terdapat disekitar. Peralatan proteksi yang terdapat pada sistem distribusi adalah PMT, recloser, Fuse Cut Out (FCO), Saklar Seksi Otomatis (SSO), OCR, GFR. Untuk salah satu contoh koordinasi adalah koordinasi pada recloser dengan SSO. Pada simulasi tersebut bahwa untuk SSO penulis mensimulasikan dengan perangkat OCR dan voltage relay. Hasil pengujian load flow dari daya aktif yang terbesar adalah Bus 3 dan Bus 19 0,693 MW. Daya reaktif yang terbesar yaitu di gardu LBS sebesar 0,289 Mvar. Dan untuk arus yang mengalir terbear yaitu di Bus 3 dab gardu CBA sebesar 22,29 A Dari hasil Koordinasi recloser dan SSO dengan adanya koordinasi tersebut dapat memperkecil wilayah yang terjadi gangguan.