Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Dan Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung (Solanum Melongena L.) Mimik Umi Zuhroh; Sulaiman Sulaiman
Agrotechbiz : Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 3 No 1 (2016): Agrotechbiz : Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Panca Marga Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.212 KB) | DOI: 10.51747/agrotechbiz.v3i1.269

Abstract

Terung adalah jenis sayuran yang sangat populer dan disukai oleh banyak orang, sehingga komoditas itu sangat potensial untuk dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis. Selama ini pembudidayaan terung umumnya masih bersifat sampingan di lahan pekarangan, tegalan, ataupun lahan sawah dimusim kemarau. Tidak heran bila hasil rata-rata terung di Indonesia masih rendah yaitu antara 32,64–34,11kw per hektar. Pupuk kandang sapi berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sapi tidak terlalu tinggi, tetapi mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, dan kation-kation tanah. Penggunaan mulsa plastik merupakan salah satu cara budidaya yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. 2). Mengetahui pengaruh jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung 3). Mengetahui interaksi antara pengaruh dosis pupuk kandang sapi dan jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. Hipotesis : 1) Diduga pemberian dosis pupuk kandang sapi tertentu dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. 2) Diduga jenis mulsa tertentu memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. 3) Diduga terjadi interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dan jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) Faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor petak utama (dosis pupuk kandang sapi) sebanyak 4 taraf perlakuan dan faktor anak petak (jenis mulsa) sebanyak 4 taraf dengan 3 kelompok ulangan. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka analisis dilanjutkan Uji Duncan multiple range test (DMRT) pada taraf 5 %. Kesimpulan hasil penelitian ini antara lain : 1) Perlakuan dosis pupuk kandang sapi (D) memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan 2) Perlakuan jenis mulsa memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter diameter batang saat berumur 7 HST 3) Tidak terjadi interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dan jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.
Respon Pertumbuhan & Hasil Tanaman Kacang (Vigna sinensis L.) terhadap Jarak Tanam dan Sistem Tumpang Sari Mimik Umi Zuhroh; Dwi Agustin
Agrotechbiz : Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 4 No 1 (2017): Agrotechbiz : Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Panca Marga Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.914 KB) | DOI: 10.51747/agrotechbiz.v4i1.278

Abstract

Kacang panjang merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan mineral. Jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya yang mengatur tata letak dan populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua arah tertentu dalam satu area. Pada umumya sistem tumpang sari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui apakah jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 2) mengetahui apakah sistem tumpang sari berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 3) apakah jarak tanam dan sistem tumpang sari berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu jarak tanam (J) sebanyak 4 taraf perlakuan dan sistem tumpang sari (S) sebanyak 3 taraf dengan 3 kelompok ulangan. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka analisis dilanjutkan Uji BNT pada taraf 5%. Kesimpulan hasil penelitian ini antara lain: 1). Terjadi berbeda sangat nyata pada perlakuan jarak tanam, meliputi pengamatan panjang tanaman (14, 21, 28, dan 35 hst), jumlah polong perpanen (panen ke 1 dan 3), bobot basah polong pertanaman (tanaman ke 1, 3, 4, 5, dan 6), bobot polong perpetak dan berangkasan basah. Penggunaan jarak tanam yang berbeda nyata yaitu pada parameter panjang tanaman (7 hst), jumlah polong perpanen (panen ke 4) dan panjang polong perpanen (panen ke 3). 2). Terjadi berbeda nyata pada perlakuan sistemtumpang sari, yaitu pada parameter jumlah (35 hst), jumlah polong perpanen (panen ke 1), panjang polong perpanen (panen ke 3), bobot basah polong pertanaman (tanaman ke 3). 3). Terjadi interaksi berbeda nyata pada kombinasi perlakuan jarak tanam dengan sistem tumpang sari yaitu pada parameter panjang tanaman (21 hst).
RESPON KONSENTRASI ROOTONE-F DAN GA3 TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TIGA RUAS SULUR BUAH PADA PEMBIBITAN LADA PERDU (Piper nigrum) VARIETAS BELATUNG Mimik Umi Zuhroh; Aprilia Hartanti; M. Cholehudin Efendy
Agrotechbiz : Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 6 No 1 (2019): Agrotechbiz : Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Panca Marga Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.097 KB) | DOI: 10.51747/agrotechbiz.v6i1.445

Abstract

Lada merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat menguntungkan. Sebagai komoditi ekspor, lada memiliki urutan ke 6 setelah karet, kopi, minya sawit, teh dan tembakau. Salah satu usaha untuk memperbanyak tanaman lada adalah dengan menggunakan stek, perbanyakan tanaman lada bisa secara generatif maupun vegetatif. Melihat pentingnya lada sebagai komoditas ekspor dan pengembangan areal serta prospek perladaan yang cukup cerah, maka teknik budidaya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas lada. Teknik budidaya ubtuk meningkatkan produksi lada adalah menggunakan bibit atau stek unggul yang sesuai dengan daerah pertanaman. Untuk mempercepat pertumbuhan stek yang berasal dari sulur buah ini masih diperlukan perlakuan khusus seperti penggunaan media tanam yang sesuai atau penggunaan zat pengatur tumbuh agar dapat mempercepat pertumbuhan bibit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dosis Rootone-F dan GA3 sebagai perangsang akar dan tunas, serta untuk mempercepat penyediaan bibit stek lada yang berkualitas. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015 di Kelurahan Kanigaran Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo pada ketinggian ± 4 m dpl. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan dosis Rootone-F meliputi 4 taraf R0 = Tanpa Rootone-F, R1 = 10 mg, R2 = 20 mg, R3 = 30 mg, Faktor kedua adalah perlakuan GA3 meliputi 3 taraf G0 = tanpa GA3, G1 = 50 ppm, G2 = 100 ppm. Dari hasil penggabungan dari dua faktor tersebut terdapat 12 kombinasi perlakuan yang dapat disajikan sebagai berikut: R0G0, R0G1, R0G2, R1G0, R1G1, R1G2, R2G0, R2G1,R2G2, R3G0, R3G1, R3G2. Perlakuan Rootone-F dengan dosis 20 mg dan dosis 30 mg berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas, panjang akar, berpengaruh nyata terhadap prosentase bibit hidup. Perlakuan GA3 dengan dosis 100 ppm berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas, berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan prosentase bibit hidup. Terjadi interaksi antara perlakuan Rootone-F dan GA3 terhadap jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, dan prosentase bibit hidup. Sedangkan interaksi tertinggi terjadi pada perlakuan kombinasi (R3G2), Rootone-F dosis 30 mg dan GA3 dosis 100 ppm. Kata kunci : Rootone-F, GA3, bibit Lada
RESPON PEMOTONGAN UMBI DAN KONSENTRASI PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) Mochamad Suud; Mimik Umi Zuhroh; Yunus Yunus
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 4 (2023): edisi Oktober
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i4.3542

Abstract

This study aims to determine the response of tuber cutting and paclobutrazol concentration to the growth and yield of onion plants (Allium Ascalonicum L,). The results of this study are 1.Cutting tubers (M) gives a noticeable effect, 2.The treatment of paclobutrazol concentration (P) had a significant effect on the use of paclobutrazol with a concentration of 40 ppm (P2) gave the best results on each parameter including the number of leaves 6 MST, 3. Cutting tubers and paclobutrazol concentration treatment did not show interactions on the growth and yield of onion plants on all observed parameters. This research was conducted in the rice fields of Mranggon Lawang Village, Dringu District, Probolinggo Regency. This study used the factorial Group Randomized Design (RAK) research method with 2 factors, namely factor I Tuber Cutting (M) with 3 levels of treatment, factor II concentration of Paclobutrazol (P) with 4 levels of treatment. The analysis used is a mathematical model with F test, followed by BNT distance test at 5% level.  Keywords: Cutting bulbs, paclobutrazol concentration, onion. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemotongan umbi dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum L,). Hasil penelitian ini yaitu 1.      Pemotongan umbi (M) memberikan pengaruh nyata, 2. Perlakuan konsentrasi paclobutrazol (P) memberikan pengaruh nyata pada penggunaan paclobutrazol dengan konsentrasi 40 ppm (P2) memberikan hasil terbaik pada setiap parameter diantaranya jumlah daun 6 MST, 3.Pemotongan umbi dan perlakuan konsentrasi paclobutrazol tidak  menunjukan  interaksi  pada  pertumbuhan  dan  hasil tanaman bawang merah pada semua parameter pengamatan. Penelitian ini dilakukan di lahan sawah Desa Mranggon Lawang Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor I Pemotongan Umbi (M) dengan 3 taraf perlakuan, faktor II konsentrasi Paclobutrazol (P) dengan 4 taraf perlakuan. Analisa yang digunakan yaitu model matematis dengan uji F, yang dilanjutkan dengan uji BNT jarak pada taraf 5%. Kata Kunci : Pemotongan Umbi, Kosentrasi Paclobutrazol, Bawang Merah.
Respon Pertumbuhan Pada Produksi Tanaman Tembakau Terhadap Media Tanam dan Dosis Mol Rebung Bambu Mimik Umi Zuhroh; Retno Sulistiyowati; Arik Sumardiyah
PUCUK : Jurnal Ilmu Tanaman Vol 4 No 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Ratu Samban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58222/pucuk.v4i2.342

Abstract

Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas unggul yang dimiliki perkebunan di Indonesia. Sehingga menghasilkan tanaman tembakau sebagai tanaman yang bernilai tinggi. Dalam melakukan pengamatan tersebut, bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan pada produksi tanaman tembakau terhadap media tanam dan dosis mol rebung bambu. Beberapa kebutuhan untuk menunjang pengamatan ini juga mudah untuk dicari. Seperti polybag, timbangan elektronik, sprayer. Lalu untuk bahan terdapat benih tembakau spesies Somporis, rebung, kotoran sapi, air, sekam, tanah, pestisida, kompos npk. Lokasi penelitian terletak di Dusun Kresek Lor. Metode penelitian yang digunakan yakni rancangan acak kelompok. Pada penelitian ini menghasilkan bahwa media tanam memberikan respon berbeda tidak terlihat nyata terhadap semua indikator kecuali tinggi tanaman. Lalu untuk pemberian dosis mol rebung bambu memberikan respon berbeda nyata pada semua penglihatan kecuali pada indikator untuk mengetahui keterangan luas daun, jumlah daun, diameter batang dan brangkasan kering. Dan yang terakhir yaitu tidak terjadi respon antara perlakuan media tanam (M) dan dosis Mol Rebung bambu (R) pada semua indikator.
SOSIALISASI TERHADAP MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN PKH SEBAGAI MASYARAKAT SADAR BANSOS MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA DI SUMBERTAMAN KOTA PROBOLINGGO Nuril Hidayati; Tri Prihatiningsih; Mimik Umi Zuhroh; Indah Puspa Sari
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 4 No. 1: Januari 2025 (In Press)
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jpm.v4i1.9590

Abstract

Social assistance (bansos) is an important instrument in overcoming poverty and improving community welfare. However, the success of social assistance really depends on the level of public awareness of its management and use. This service program aims to increase community awareness and participation in managing social assistance through education, training and multi-sector collaboration. This activity involves various elements of society, local government and NGOs to create a social assistance system that is more transparent, targeted and sustainable. The results of this program show an increase in people's understanding of social assistance and strengthening their capacity to use assistance productively, towards a more prosperous society. PKH social assistance as one of the social assistance received by the people of Sumbertaman, Probolinggo city is a form of community awareness of social assistance towards a prosperous society and not making them dependent on aid and becoming an economically independent society.
Respon Interval Pengadukan dan Penggunaan Air Baku Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Selada Hijau Romaine pada Hidroponik Sistem Wick Aprilia Hartanti; Mimik Umi Zuhroh; Mita Hikmatur Romadhana
Berkala Ilmiah Pertanian Vol. 8 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Jember University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bip.v8i1.53693

Abstract

Budidaya sayuran secara hidroponik menggunakan sistem wick merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan lahan sempit pada urban farming. Jenis sistem hidroponik yang mudah digunakan adalah sistem sumbu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon interval pengadukan dan penggunaan air baku yang digunakan sebagai pengencer nutrisi terhadap pertumbuhan dan produksi selada hijau romaine. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan Faktor pertama adalah interval pengadukan dalam wadah sistem sumbu dengan 4 taraf (tanpa pengadukan, diaduk 1 kali/hari, 2 kali/hari dan 3 kali/hari) dan Perlakuan kedua meliputi penggunaan air baku yang terdiri dari 3 taraf (Air pembuangan AC, Air PDAM, Air sumber dari pegunungan). Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Variabel pengamatan meliputi: tinggi tanaman, diameter, jumlah daun, panjang akar, dan berat brangkasan basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interval pengadukan larutan nutrisi 3 kali sehari memberikan pengaruh signifikan pada semua parameter pertumbuhan dan produksi selada hijau romaine. Macam air baku yang digunakan, yaitu air AC, berpengaruh positif terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksi. Kombinasi perlakuan interval pengadukan 3 kali/hari dengan penggunaan air baku asal pembuangan AC menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi.
GIBBERELLIN (GA3) CONCENTRATION AND SOAKING DURATION EFFECTS ON DURIAN SEED GROWTH (Durio zibethinus Murr.): PENGARUH KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH DURIAN (Durio zibethinus Murr.) Belinda Putri Dwiyanti; Mimik Umi Zuhroh; Sulis Dyah Chandra
ROCE : Jurnal Pertanian Terapan Vol. 2 No. 2 (2025): JPT ROCE 4, 2025
Publisher : PT. ROCE WISDOM ACEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71275/roce.v2i2.116

Abstract

This research aims to determine the optimal combination of GA3 concentration and soaking duration to improve durian seed growth. The research was conducted using a Factorial Randomized Complete Block Design (Factorial RCBD) with 2 treatments: the first factor is Gibberellin Concentration (K) which consists of 4 levels: 0 ppm (control), 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm. While the second factor is Gibberellin Soaking Duration consists of 3 levels: 12 hours, 24 hours, and 36 hours. The results showed that there was an interaction between gibberellin concentration and soaking duration on the parameters of shoot emergence (with the best result of 5.43 days) and the root weight (with the best result of 6.8 g).
The Future of Supplier Selection: Integrating Bibliometric Intelligence and MCDM in The Perishable Agro-Industry Handayani, Dwi Iryaning; Kurnia Iswardani; Misra Hartati; Muhamad Zulkiflee Osman; Mimik Umi Zuhroh
Jurnal Manajemen dan Agribisnis Vol. 22 No. 2 (2025): JMA Vol. 22 No. 2, July 2025
Publisher : School of Business, Bogor Agricultural University (SB-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17358/jma.22.2.158

Abstract

Background: Supplier selection in the perishable agroindustry, such as for mushrooms, is a complex and strategic process. It significantly impacts supply chain performance owing to the perishability and quality sensitivity of the products involved. Traditionally, decision-making methods in this area often lack preliminary validation, resulting in suboptimal supplier choice.Purpose: This study aims to integrate bibliometric analysis and multi-criteria decision-making (MCDM) approaches, particularly the Analytic Hierarchy Process (AHP), to develop a robust data-driven model for supplier selection in the mushroom agroindustry.Design/methodology/approach: A systematic literature review using the PRISMA framework and bibliometric analysis of Scopus-indexed articles identified the most relevant MCDM methods. A case study approach involving expert judgment was used to evaluate mushroom suppliers based on the following five criteria: quality, price, delivery, service, and product suitability.Findings/Result: A bibliometric review confirmed that AHP, TOPSIS, and fuzzy logic are the most frequently applied methods. AHP was selected for its strengths in handling both qualitative and quantitative data and validating decision consistency. The results showed that Supplier A had the highest overall score (0.389), followed by Supplier C (0.345) and Supplier B (0.266), with a consistency ratio (CR) below 0.10, validating the assessments.Conclusion: Integrating bibliometric analysis with MCDM methods offers a more objective and evidence-based approach to supplier selection. The developed model enhances decision accuracy, supports strategic sourcing, and ensures quality and timeliness in highly perishable product supply chains.Originality/value (State of the art): This study pioneers the direct integration of bibliometric insights into an MCDM-based decision-making framework applied in a real-world agroindustry context. The methodology is replicable and adaptable across various industries facing similar supplier evaluation challenges. Keywords: supplier selection, multi-criteria decision making, analytic hierarchy process, bibliometrics
Implementation of IoT-Based Hydroponic Farming to Enhance Production Capacity and Management of Farmer Groups in Probolinggo Regency Tjahjaningsih, Yustina Suhandini; Mimik Umi Zuhroh; Andrik Sunyoto; Ira Aprilia
Society : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2025): November
Publisher : Edumedia Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55824/czntkx55

Abstract

This community engagement program aimed to enhance agricultural productivity and management capacity of two farmer groups in Probolinggo Regency—Poktan Karya Luhur II and Poktan Gebangan Makmur—through the adoption of IoT-based hydroponic farming. Activities included designing and installing deep water culture (DWC) and nutrient film technique (NFT) systems with sensors for pH, EC/TDS, temperature, and humidity; training on hydroponic cultivation and food safety; and workshops on bookkeeping and financial literacy. The results showed that farmers could operate the systems independently, monitor crop conditions in real time, and reduce water and nutrient waste. Production cycles became more stable compared to conventional farming, while managerial capacity improved through better record-keeping and cost analysis. Overall, the program increased productivity, efficiency, and farmer self-confidence, demonstrating that sustainable community empowerment requires both technological innovation and organizational strengthening