Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA PASIEN RAWAT JALAN POLI PENYAKIT DALAM DI RSUD KOJA (Studi pada Pasien Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam di RSUD Koja Tahun 2020) Evalina Ayu Wibawani; Yuldan Faturahman; Anto Purwanto
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.114 KB) | DOI: 10.37058/jkki.v17i1.3605

Abstract

Dispepsia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi di masyarakat. WHO memprediksi pada tahun 2020, proporsi angka kematian karena penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 73% dan proporsi kesakitan menjadi 60% di dunia, sedangkan untuk negara SEARO (South East Asian Regional Office) pada tahun 2020 diprediksi angka kematian dan kesakitan karena penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 50% dan 42%. Kejadian dispepsia biasanya disertai dengan nyeri ulu hati, perut begah, mual, muntah, sendawa, memiliki saran cepat kenyang ketika makan. Tujuan penelitian iniadalah untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dispepsiapada pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Koja. Desain penelitian inimenggunakan cross sectional. Populasi yaitu seluruh pasien rawat jalan sebanyak 26.884 pasien. Sampel yang diambil sebanyak 378 pasien. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan nilai kemaknaan p value=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian dispepsia (p value=0,021 OR=1,798), terdapat hubungan antara jenis kelamindengan kejadian dispepsia (p value=0,024 OR=1,685), terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian dispepsia (p value=0,000 OR=74,206), dan terdapat hubungan antara stres dengan kejadian dispepsia (p value=0,000 OR=0,091) pada pasien rawat jalan Poli Penyakit Dalam di RSUD Koja. Peneliti menyarankan petugas kesehatan untuk lebih gencar memberikan edukasi kesehatan terkait faktor-faktor yang menyebabkan kejadian dispepsia. Masyarakat disarankan agar mengubah pola hidup menjadi lebih baik, menjaga pola makan, tidak mengonsumsi makanan yang akan memperburuk keadaan penyakit dispepsia melalui informasi yang diberikah oleh petugas kesehatan selama melakukan pengobatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (STUDI DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA) Elsa Nur Azzizah; Yuldan Faturahman; Siti Novianti
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.166 KB) | DOI: 10.37058/jkki.v17i1.3606

Abstract

BBLR merupakan bayi dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram(WHO, 2014). Menurut WHO pada tahun 2015 di dunia terdapat kejadian BBLRadalah 15,5%, 96,5% di antaranya di negara-negara berkembang. Kasus BBLRpada bulan Januari-September tahun 2020 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalayamencapai 510 bayi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko apasaja yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatifdengan jenis penelitian observasional analitik menggunakan pendekatan kasuskontrol. Sampel pada penelitian ini yaitu 226 bayi yang terdiri dari 113 kasus dan113 kontrol. Teknik pengambilan sampel untuk kelompok kasus dan kontroladalah quota sampling. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antaravariabel paritas ibu (p=0,016 dan OR=2,001), preeklamsia (p=0,002 danOR=2,391), dan anemia (p=0,002 dan OR=2,435) dengan kejadian BBLR diRSUD dr Soekardjo Tasikmalaya. Tidak ada hubungan antara variabel usia ibu(p=1) dan kehamilan ganda (p=0,171) dengan kejadian BBLR. Saran agar rumah sakit meningkatkan penyuluhan kepada pasien yang dapat dilakukan oleh dokter saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu Ibu hamil yang berusia 20 tahun dan didiangonis Hb rendah, BB kurang agar mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan bayinya, Ibu hamil yang sudah berusia 35 tahun disarankan agar menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang setelah setelah nifas. Ibu hamil yang didiagnosis mengalami kehamilan ganda, Hb rendah, tekanan darah tinggi, disarankan untuk melakukanpemeriksaan ANC, ditekankan pentingnya pemeriksaan secara teratur.
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH, VOLUME KONTAINER DAN FAKTOR PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes sp. Lenny Mulyani; Andik Setiyono; Yuldan Faturahman
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 18, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.5 KB) | DOI: 10.37058/jkki.v18i2.5611

Abstract

Kelurahan Kertasari merupakan kelurahan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciamis. Kejadian DBD berkaitan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik rumah, volume kontainer dan faktor perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik Aedes sp.. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Metode yang digunakan untuk mengamati keberadaan jentik pada kontainer yaitu dengan cara visual larva. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran, observasi dan wawancara. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 356 rumah. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik diantaranya suhu udara (p = 0,017) dan OR = 1,766, keberadaan kawat kasa (p = 0,039) dan OR = 2,084 dan frekuensi menguras kontainer (p = 0,008) dan OR = 1,636. Tingkat kepadatan jentik di wilayah Kelurahan Kertasari yaitu 35,1%. Variabel lain yang diteliti namun tidak berhubungan dengan keberadaan jentik diantaranya intensitas cahaya, kelembaban, perilaku menaburkan bubuk larvasida. Upaya pengendalian jentik yang dapat dilakukan masyarakat yaitu menambah jendela dan ventilasi pada dinding kamar mandi, memasang kawat kasa pada setiap lubang ventilasi dan rutin menguras kontainer minimal seminggu sekali.
PENJERNIHAN AIR SADAH DENGAN SISTEM BACKWASH DAN ZEOLIT Anto Purwanto; Yuldan Faturahman
Jurnal Pengabdian Siliwangi Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : LPPM Univeristas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jsppm.v4i2.492

Abstract

Tujuan: kegiatan ipteks bagi pesantren ini  ini adalah membuat dan mengimplementasikan alat untuk menjernihkan air yang mengandung kesadahan atau air yang mengandung zat besi yang berwarna air kuning atau kecoklatan dengan menggunakan media sederhana yaitu zeolit untuk menyaring air yang sadah atau kekuningan dan kecoklatan dan sistem backwash atau ketika kotor media penyaring telah kotor tinggal di supaya bisa membersihkan media penynyaring dengan sendirinya, kegiatan ini dilakukan karena pesantren sasaran mempunyai air yang sadah karena bekas air sawah yang telah tercampur pestisida sehingga ketika digunakan maka akan terasa gatal-gatal atau selebihnya akan penyebabkan penyakit yang disebabkan air pada kulit seperti scabies. Dengan penerapan sistem penjernih dengan penyaring zeolit diharapkan dapat mengurangi angka kesadahan dan tidak menyebabkan anka kesakitan pada kulit . Target khusus Pembuatan alat penyaring air sadahdan peningkatan pengetahuan penyakit yang disebabkan oleh air Metode: observasi kondisi sekitar, Edukasi penyakit yang disebabkan air, pelatihan pembuatan alat penjernih air sadah. Rencana kegiatan yang diusulkan adalah observasi lapangan untuk kondisi lingkungan sekitar, edukasi bahaya yang disebabkan oleh air, pembuatan sistem penjernih air dengan zeolit dan sistem backwash
Intervensi Pengendalian Hipertensi Melalui Program Konselor di Dusun Pabuaran Desa Karyamukti Kecamtan Pataruman Kota Banjar Tahun 2025 Vina Sabrina; Mala Nuraeni; Rini Handriani; Alika Arifiyani Ferbianti; Nazwa Salsabila; Zilfa Auliyaa Faidah; Risma Amelia Putri; Rafila Jauza Marshanda; Nawal Nur Ramadhani; Zenia Earlene Tommy Muslimin; Ninda Aulia Fitriani; Muchamad Rihan Subagja; Yuldan Faturahman
Jurnal Kabar Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025): JURNAL KABAR MASYARAKAT
Publisher : Institut Teknologi dan Bisnis Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54066/jkb.v3i2.3000

Abstract

Hypertension is a non-communicable disease whose prevalence continues to increase in Indonesia, including in Pabuaran Hamlet, Karyamukti Village, Pataruman Sub-district, Banjar City. This disease is known as the silent killer because it often does not show clear symptoms but can cause serious complications such as stroke and cardiovascular disease. Based on the results of community diagnosis in Pabuaran Hamlet, it was found that the prevalence of hypertension in this area reached 87.8% with high salt food consumption as the main risk factor. To overcome this problem, an intervention was conducted through the Konselor (Hypertension Control with Moringa Leaves) program, which aims to prevent and control hypertension by utilizing moringa leaves to reduce the effects of consuming high-salt foods. This program collaborates with Pataruman 2 Puskesmas through the Sakalor (Saimah Sakelor) program and involves various parties such as PKK cadres, especially Pokja IV, Field Agricultural Extension Workers (PPL), Women Farmers Group (KWT), and village government. The counselor's intervention activities include health education through counseling on healthy eating patterns, demonstrations on processing moringa leaves into herbal tea and procedures for planting moringa plants, as well as distribution of moringa plant seeds and leaflets to the community. The method used in developing the program uses SWOT analysis to identify internal and external factors, and the preparation of a Plan of Action (POA) as an implementation guide. The evaluation results showed that the Counselor program increased community awareness about the importance of hypertension control and how to use moringa leaves. However, several obstacles were faced, such as unoptimal community participation, uneven distribution of leaflets, and limited supporting facilities. Nevertheless, the program succeeded in initiating changes in community behavior in healthy consumption patterns. In conclusion, the Counselor Program can be an effective intervention model in community-based hypertension control. It is hoped that this program can be sustainable with the support of various stakeholders and increased community participation in implementing a healthy lifestyle, so that the incidence of hypertension in Pabuaran Hamlet can be significantly reduced in the long term.