Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

KONSUMSI IKAN DAN HASIL PERTANIAN TERHADAP KADAR Hg DARAH Setiyono, Andik; Djaidah, Annisa
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hg bersifat toksik untuk makhluk hidup dan menimbulkan kerusakan tubuh permanen bila memajan dalam jumlah cukup dalam waktu lama. Amalgamasi adalah teknik pengolahan emas pada tambang tradisional yang dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan Hg sebagai pengikat emas. Limbah tailing yang masih mengandung Hg dibuang tanpa dilakukan pengolahan lebih dulu, sehingga mencemari tanah dan air tanah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat konsumsi ikan dan konsumsi hasil pertanian terhadap kadar Hg darah masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat konsumsi ikan dan konsumsi hasil pertanian terhadap kadar Hg darah masyarakat. Metode penelitian survei menggunakan desain belah lintang. Recall makanan selama 3 hari tidak berurutan digunakan untuk mengukur tingkat konsumsi ikan dan hasil pertanian masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi ikan (p=0,0001), konsumsi makanan pokok (p=0,002),konsumsi sayuran (p=0,001), konsumsi umbi-umbian (p=0,002), dan konsumsi buah-buahan (p=0,002) dengan kadar Hg darah. Simpulan penelitian adalah variabel yang berhubungan dengan kadar Hg darah adalah konsumsi ikan, konsumsi makanan pokok, konsumsi sayuran, konsumsi umbi-umbian, dan konsumsi buah-buahan.Hg is toxic to living organisms and cause permanent damage to the body when exposing in considerable numbers in a long time. Amalgamation is a gold processing technique on traditional mining community undertaken by utilizing Hg as gold binder. Tailings still contain Hg discharged without treatment first performed, thus contaminating the soil and groundwater. Problem in this study was how the correlation between fish consumption and consumption of agricultural products against blood Hg levels of community. The purpose was to determine the correlation between fish consumption and consumption of agricultural products against blood Hg levels of society. Survey method used a cross sectional design. Recall of food for 3 consecutive days used to measure the level of fish consumption and agricultural communities. The results showed that there were relationship between fish consumption (p=0.0001), a staple food consumption (p=0.002), vegetable consumption (p=0.001), consumption of tubers (p=0.002), and consumption of fruits (p=0.002) with blood Hg level. The conclusion, variables associated with blood Hg levels were consumption of fish, the staple food consumption, vegetable consumption, consumption of tubers, and fruits consumption.
PENGARUH KONSUMSI IKAN DAN HASIL PERTANIAN TERHADAP KADAR Hg DARAH Setiyono, Andik
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hg bersifat  toksik untuk makhluk hidup dan menimbulkan kerusakan  tubuh permanen bila memajan dalam jumlah cukup dalam waktu lama. Amalgamasi  adalah  teknik  pengolahan  emas pada  tambang  tradisional  yang  dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan Hg sebagai pengikat emas. Limbah  tailing yang masih mengandung Hg dibuang tanpa dilakukan pengolahan lebih dulu, sehingga mencemari  tanah  dan  air  tanah.  Tujuan  penelitian  ini  adalah mengetahui hubungan tingkat konsumsi ikan dan konsumsi hasil pertanian terhadap kadar Hg darah masyarakat. Desain yang digunakan belah  lintang. Recall makanan  selama  3 hari  tidak  berurutan digunakan untuk mengukur  tingkat konsumsi ikan dan hasil pertanian masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara (p=0,002) kadar Hg darah (p=0,0001), konsumsi makanan pokok, konsumsi sayuran(p=0,001), konsumsi umbi-umbian (p=0,002) dan konsumsi buah-buahan (p=0,002) dengan kadar Hg darah.     Abstract   Hg  compounds  are  toxic  to  human  beings  and may  cause  permanent  disorder when exposing  in suffcient quantities and periods. Amalgamation  is a gold mining processing techniques with Hg as gold binding. Tailing waste still contain Hg. Discarding without  removal  treatment may  contaminate  soil and  groundwater. This study determined the association of fish consumption and agricultural products consumption to blood Hg level. This was a cross-sectional study with 3-in consecutive-day recall to measure fish consumption and agricultural consumption. There was association between fish consumption (p=0,0001), staple consumption (p=0,002), vegetable consumption (p=0,001), tubers consumption (p=0,002), and fruits consumption and (p=0,002) with blood Hg levels.   Keywords :Toxic; Hg level; Blood
KONSUMSI IKAN DAN HASIL PERTANIAN TERHADAP KADAR Hg DARAH Setiyono, Andik; Djaidah, Annisa
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2012)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v7i2.2805

Abstract

Hg bersifat toksik untuk makhluk hidup dan menimbulkan kerusakan tubuh permanen bila memajan dalam jumlah cukup dalam waktu lama. Amalgamasi adalah teknik pengolahan emas pada tambang tradisional yang dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan Hg sebagai pengikat emas. Limbah tailing yang masih mengandung Hg dibuang tanpa dilakukan pengolahan lebih dulu, sehingga mencemari tanah dan air tanah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan tingkat konsumsi ikan dan konsumsi hasil pertanian terhadap kadar Hg darah masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat konsumsi ikan dan konsumsi hasil pertanian terhadap kadar Hg darah masyarakat. Metode penelitian survei menggunakan desain belah lintang. Recall makanan selama 3 hari tidak berurutan digunakan untuk mengukur tingkat konsumsi ikan dan hasil pertanian masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi ikan (p=0,0001), konsumsi makanan pokok (p=0,002),konsumsi sayuran (p=0,001), konsumsi umbi-umbian (p=0,002), dan konsumsi buah-buahan (p=0,002) dengan kadar Hg darah. Simpulan penelitian adalah variabel yang berhubungan dengan kadar Hg darah adalah konsumsi ikan, konsumsi makanan pokok, konsumsi sayuran, konsumsi umbi-umbian, dan konsumsi buah-buahan.Hg is toxic to living organisms and cause permanent damage to the body when exposing in considerable numbers in a long time. Amalgamation is a gold processing technique on traditional mining community undertaken by utilizing Hg as gold binder. Tailings still contain Hg discharged without treatment first performed, thus contaminating the soil and groundwater. Problem in this study was how the correlation between fish consumption and consumption of agricultural products against blood Hg levels of community. The purpose was to determine the correlation between fish consumption and consumption of agricultural products against blood Hg levels of society. Survey method used a cross sectional design. Recall of food for 3 consecutive days used to measure the level of fish consumption and agricultural communities. The results showed that there were relationship between fish consumption (p=0.0001), a staple food consumption (p=0.002), vegetable consumption (p=0.001), consumption of tubers (p=0.002), and consumption of fruits (p=0.002) with blood Hg level. The conclusion, variables associated with blood Hg levels were consumption of fish, the staple food consumption, vegetable consumption, consumption of tubers, and fruits consumption.
PENGENDALIAN KROMIUM (CR) YANG TERDAPAT DI LIMBAH BATIK DENGAN METODE FITOREMEDIASI Setiyono, Andik; Gustaman, Rian Arie
Unnes Journal of Public Health Vol 6 No 3 (2017): Unnes Journal of Public Health
Publisher : Universitas Negeri Semarang in cooperation with Association of Indonesian Public Health Experts (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.659 KB) | DOI: 10.15294/ujph.v6i3.15754

Abstract

Motif dan warna batik dihasilkan dengan pewarna yang mengandung logam berat kromium (Cr). Industri batik secara umum tergolong usaha kecil dan menengah sehingga sebagian besar tidak mengolah limbah batik yang mengandung logam berat Cr. Tujuan penelitian ini adalah memberikan alternatif solusi dari dampak pencemaran Cr dengan memanfaatkan berbagai tumbuhan untuk menyerap Cr pada limbah batik. Penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan desain pre and post test. Tanaman air yang dipilih adalah enceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia stratiotes), dan kayambang (Salvinia cucullata) yang ditanam pada wadah yang berisi air limbah selama 5 hari. Konsentrasi Cr pada air limbah kelompok 1 menurun dari 0,0546 mg/l menjadi 0,0378 mg/l setelah diberi perlakuan dengan enceng gondok. Konsentrasi Cr pada air limbah kelompok 2 menurun dari 0,0488 mg/l menjadi 0,0315 mg/l setelah diberi perlakuan dengan kayambang. Konsentrasi Cr pada air limbah kelompok 1 menurun dari 0,0464 mg/l menjadi 0,0240 mg/l setelah diberi perlakuan dengan kayu apu. Hasil uji statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan nilai p= 0,280 sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan penyerapan Cr yang terdapat pada limbah batik pada jenis tanaman enceng gondok, kayu apu, dan kayambang.   Kata Kunci : Cr, Limbah batik, Fitoremediasi   Abstract Batik motifs and colors are produced with dyes containing heavy metal chromium (Cr). Batik industries is generally classified as small and medium enterprises, so most of them do not process batik waste containing heavy metal Cr. The purpose of this research was to provide alternative solution from Cr pollution impact by utilizing various plants to absorb Cr in batik waste. This research was a quasi experiment with pre and post test design. The selected aquatic plants were water hyacinth or “enceng gondok” (Eichornia crassipes), “kayu apu” (Pistia stratiotes), and “kayambang” (Salvinia cucullata). They were grown in containers containing waste water for 5 days. The Cr concentration in wastewater of group 1 decreased from 0.0546 mg/l to 0.0378 mg/l after being treated with water hyacinth. The Cr concentration in wastewater of group 2 decreased from group 2 from 0.0488 mg/l to 0.0315 mg/l after being treated with “kayambang”. The Cr concentration in wastewater of group 3 decreased from 0.0464 mg/l to 0.0240 mg/l after being treated with “kayu apu”. Statistical test with Kruskal Wallis test showed that p = 0,280. It was concluded that there were no difference in Cr absorbtion among water hyacinth, kayambang and kayu apu.    
Pengelolaan Feces Sebagai Pencegahan Penularan Covid-19 Andik Setiyono; Joni Joni; Trisna Wijaya; Rinaldi Rizal Putra
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 5 NOMOR 1 MARET 2021 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.335 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v5i1.9225

Abstract

Isu kesehatan di tengah pandemi Covid-19 selalu menjadi bagian yang terus diperhatikan, mengingat semua negara dan masyarakat dunia berusaha untuk memutus rantai penyebaran Covd-19 ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, selain membiasakan menggunakan masker dan menjaga jarak, adalah dengan pengelolaan limbah domestik (khususnya feses) yang baik dan tepat. Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya menjadi salah satu kecamatan yang memiliki permasalahan yang sebagian rumah tangganya tidak memiliki pengelolaan feses yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaa kegiatan ini adalah partisipatory rural appraisal (PRA), dengan menggunakan metode pelatihan, brainstorming, dan demonstrasi. Dalam pelaksanaannya, masyarakat diberikan edukasi mengenai prinsip pengelolaan feses yang baik tepat, sebagai salah stau pendukung pencegahan penularan Covid-19. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah masyarakat memiliki harapan besar dalam peningkatan sanitasi dan akses kebersihan. Salah satu indikatornya adalah didukung dengan kesiapan warga masyarakat untuk tidak membuang limbah feses ke sungai, dan dialihkan ke septic tank komunal.
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Ressa Stevany A; Yuldan Faturrahman; Andik Setiyono
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.149 KB) | DOI: 10.37058/jkki.v17i2.3893

Abstract

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Salah satu wilayah kerja puskesmas yang memiliki angka kasus TB tertinggi pada tahun 2020 yakni Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara dengan jumlah kasus 98 penderita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah sampel adalah 112 yang terdiri dari 56 kasus dan 56 kontrol. Teknik pengambilan sampel kelompok kasus secara acak sederhana (simple ramdom sampling) dan kelompok kontrol secara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar persetujuan dan kuesioner. Data penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat variabel penelitian terdiri dari kontak dengan penderita TB (p value= 0,000, OR= 5,735), perilaku merokok di dalam anggota keluarga (p value= 0,035, OR= 2,464), dan kebiasaan menjemur kasur (p value= 0,005, OR= 3,545). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara adalah kontak dengan penderita TB, perilaku merokok di dalam anggota keluarga, kebiasaan menjemur kasur
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH, VOLUME KONTAINER DAN FAKTOR PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes sp. Lenny Mulyani; Andik Setiyono; Yuldan Faturahman
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 18, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.5 KB) | DOI: 10.37058/jkki.v18i2.5611

Abstract

Kelurahan Kertasari merupakan kelurahan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciamis. Kejadian DBD berkaitan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik rumah, volume kontainer dan faktor perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik Aedes sp.. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Metode yang digunakan untuk mengamati keberadaan jentik pada kontainer yaitu dengan cara visual larva. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran, observasi dan wawancara. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 356 rumah. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik diantaranya suhu udara (p = 0,017) dan OR = 1,766, keberadaan kawat kasa (p = 0,039) dan OR = 2,084 dan frekuensi menguras kontainer (p = 0,008) dan OR = 1,636. Tingkat kepadatan jentik di wilayah Kelurahan Kertasari yaitu 35,1%. Variabel lain yang diteliti namun tidak berhubungan dengan keberadaan jentik diantaranya intensitas cahaya, kelembaban, perilaku menaburkan bubuk larvasida. Upaya pengendalian jentik yang dapat dilakukan masyarakat yaitu menambah jendela dan ventilasi pada dinding kamar mandi, memasang kawat kasa pada setiap lubang ventilasi dan rutin menguras kontainer minimal seminggu sekali.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT KOTA TASIKMALAYA Andik Setiyono
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 15, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.843 KB) | DOI: 10.37058/jkki.v15i2.1253

Abstract

Diare adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sering disertai dengan kematian. Salah satu perilaku masyarakat di Jawa Barat khususnya masyarakat Kota Tasikmalaya adalah pemanfaatan kolam ikan sebagai tempat menampung feces sekaligus feces sebagai pakan ikan. Perilaku tersebut memberi kontribusi terhadap pencemaran air tanah oleh bakteri yang berasal dari feces. Kejadian diare di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 yaitu sebanyak 12.568 orang (42,74%), pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebanyak 16.835 orang (57,26%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada masyarakat di Kota Tasikmalaya. Desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 384 responden. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Rank Spearmans.  Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian diare pada masyarakat Kota Tasikmalaya (p-value = 0,827). Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada masyarakat Kota Tasikmalaya (p-value = 0,015). Tidak ada hubungan jenis sumber air bersih dengan kejadian diare pada masyarakat Kota Tasikmalaya (p-value = 0,271). Tidak ada hubungan jarak sumur gali terhadap tempat pembuangan feces dengan kejadian diare pada masyarakat Kota Tasikmalaya (p-value = 0,110). Ada hubungan antara jenis tempat pembuangan feces dengan kejadian diare pada masyarakat Kota Tasikmalaya (p-value = 0,008). Saran kepada masyarakat agar menambah pengetahuan terkait faktor risiko kejadian diare dari berbagai media. Masyarakat juga disarankan memperhatikan tempat pembuangan feces dan perlu mengelola pembuangan feces pada septic tank.
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pada Santri tentang Peningkatan Imunitas untuk Pencegahan COVID-19 Nur Lina; Siti Novianti; Andik Setiyono; Depi Setialesmana
Smart Society Empowerment Journal Vol 1, No 3 (2021): Smart Society Empowerment Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1177.121 KB) | DOI: 10.20961/ssej.v1i3.56186

Abstract

Pendahuluan: Corona virus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2. Muncul Klaster Covid-19 di Pesantren Kota Tasikmala. Hal hal yang meningkatkan risiko penularan Covid-19 di pondok pesantren di antaranya, satu kamar diisi lima sampai belasan santri sehingga menyulitkan prinsip jaga jarak yang menjadi bagian protokol kesehatan. Tujuan kegiatan Pengabdian Masyarakat Skema Kesehatan (PbM-SK) adalah mencegah Covid-19 di Pesantren melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edulasi (KIE) pada Santri tentang Peningkatan Imunitas untuk Pencegahan Infeksi Covid-19.Metode: Metode PbM-SK yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat pesantren melalui KIE yang dilakukan pada dua mitra yaitu Pesantren Persis Benda 66 dan Pesantren Ibadurrahman. Kegiatan KIE di Pesantren Benda 66 dilakukan pada tanggal 28 Juli 2021 dengan jumlah peserta sebanyak 150 orang sedangkan kegiataan di Pesantren Ibadurrahman dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2021 dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang.Hasil dan pembahasan: Pemberian KIE tentang peningkatan imunitas untuk pencegahan Covid-19 di Pesantren Ibadurrahman dilaksanakan pada siswa MTs dan MA putra dan putri yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan TOP (Taaruf Orientasi Pesantren) pada santri baru kelas satu. Pengelola  pesantren didorong  terlibat pro aktif dan berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan dalam pemberian vaksinasi pada santri. Kedua mitra diberikan Kit Pencegahan Covid-19 yaitu masker kain, masker bedah, hand sanitizer, oksimeter, vitamin C. Diberikan juga banner sebagai media edukasi, untuk menjadi pengingat agar tetap patuh protokol kesehatan.Kesimpulan: Pelaksanaan KIE berjalan dengan lancar, peserta menyimak dengan antusias. Telah disampaikan alat kesehatan berupa masker kain dan masker bedah, hand sanitizer dan oksimeter dan Vitamin.
Pendidikan dan Pelatihan Pembuatan Makanan Sehat dan Bergizi pada Ibu Balita dan Kader Posyandu Bojong Kupa Sukamaju Kaler Kota Tasikmalaya Rizka Fikrinnisa; Kosasih Adi Saputra; Andik Setiyono
Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2023): Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/kolaborasi.v3i2.232

Abstract

Introduction: Nutrition is an important factor in the formation of quality, healthy, intelligent and productive human resources (HR). One of the efforts that can be made to improve the nutritional status of toddlers is by holding a supplementary feeding program. Tasikmalaya city is the second higest prevalence in West Java Province. Cases of stunting are still found in the Indihiang Health Center area about 11.18% with most cases of stunting at the Indihiang Health Center were in the Sukamaju Kaler Village, with 103 toddlers. To create a healthy Indonesian society is to empower the community or cadres and mothers who are willing to voluntarily get involved in posyandu issues. Objective: The purpose of this service was to increase nutrition knowledge and equip the skills of mothers and cadres in preparing a healthy supplemenentary food to prevent stunting. Method: This public service was conducted by lectured about nutrition knowledge and demonstrated healthy and nutritious supplementary food for toddler. Result: There was an increase in nutritional knowledge (p = 0.016) and the participants enthusiastically took part in the healthy and nutritious food-making training. Conclusion: Communities empowerment and utilization of local food in research and community service activities can be a nutritional problem solution especially stunting.