Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENINGKATAN KADAR MDA PLASMA PADA PELAKU LATIHAN SUBMAKSIMAL EMBU BERPASANGAN PUTRA SHORINJI KEMPO DI MALAM HARI Alamsyah, Iwan Noor
Jurnal Sport Science Vol 5, No 2 (2015): Desember
Publisher : Jurnal Sport Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.177 KB)

Abstract

Abstract :The purpose of the study was to find out the increase of oxidative stress level of athletes who exercised male partnered submaximal embu shorinji kempo at night. The research was conducted using the pretest posttest one group design of quasi expe-rimental design. The samplings of the study were eight of 18 to 20 year-old healthy college students of sport science of Surabaya State University. The blood samples were taken from vena cubiti before and after the exercise of male partnered submaximal embu. The dependent variable was observed using MDA plasma level indicator. The data were analyzed using SPSS 16 of T-test. The result showed the increase of plasma MDA level from pretest and posttest was p=0,002 (p<0,05). It means that there was a significant difference. In conclusion, there was an increase of MDA plasma level causing the increase of oxidative stress level of athletes who exercised male partnered sub-maximal embu shorinji kempo at night. The study was intended to give more empirical information to athletes who exercised male partnered submaximal embu shorinji kempo at night which was viewed from oxidative stress level parameter.Key words :motivation, extracurricular, futsal.Abstrak :Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan derajat stres oksidatif pada pelaku latihan submaksimal embu berpasangan putra shorinji kempo di malam hari. Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi experimental dengan menggunakan rancangan the pretest posttest one group design. Penelitian ini menggu-nakan total sampling sebanyak 8 orang sehat, berumur 18-20 tahun. Mereka dipilih dari mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas Negri Surabaya. Sampel darah di ambil dari vena cubiti saat sebelum dan sesudah melakukan latihan submaksimal embu ber-pasangan putra.Variabel tergantung yang diteliti adalah menggunakan indicator kadar MDA plasma. Latihan olahraga embu berpasangan putra dilakukan pada waktu malam hari dengan pengukuran kadar MDA sebelum dan setelah latihan. Data yang diperoleh dianalisis mengggunakan program statistik SPSS 16, dengan menggunakan uji t-Berpa-sangan. Dari analisis statistik menunjukkan peningkatan kadar MDA plasma pree test da post test memiliki nilai p=0,002 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan peninggkatan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peninggkatan kadar MDA plasma yang dapat menimbulkan peningkatan derajat stres oksidatif setelah latihan submaksimal embu berpasangan Putra Shorinji Kempo di malam hari. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi para pelaku latihan submak-simal di malam hari yang di tinjau dari parameter derajat stres oksidatifKata kunci :kadar mda, latihan submaksimal shorinji kempo, di malam hari.
INTEGRASI SOSIAL DALAM PLURALISME MAHASISWA KEOLAHRAGAAN ujen zenal, mikdar; Wisman, Yosita; Dony, Garry Wiliam; Razzi, Fahrul; Alamsyah, Iwan Noor; Sarsani, Komang; Bawana, Salma Najhan Putri
Jurnal Paris Langkis Vol 4 No 1 (2023): Edisi Agustus 2023
Publisher : PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/paris.v4i1.11156

Abstract

Abstrak:  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses integrasi sosial dalam pluralisme mahasiswa keolaharagaan di Palangka Raya, dengan batasan penelitian hanya terbatas pada mahasiswa keolahragaan yang ada di Kota Palangka Raya, khususnya mahasiswa keolahragaan asal suku batak. Hasil penelitian menunjukan mahasiswa keolahragaan asal suku batak yang berada di perantauan Palangka Raya memiliki sifat dan penyesuaia diri atau integrasi sosial yang relatif baik, diantarnya: (1) mampu dan bisa berkomunikasi, saling tegur sapa, saling menghargai, cepat dan bisa beradaptasi dengan kelompok lainnya, baik di kampus maupun di luar kampus; (2) walaupun ke-sukua-nya relatif kuat, namun bisa bergabung dan bergaul dengan yang laiannya, misalkan bisa ibadah bersama, juga memiliki sifat sosial dengan membantu atau menolong dengan mahasiswa lain dengan latar suku yang berbeda. Bahkan memiliki sifat toleransi, diantaranya ikut partisipasi kegiatan keagamaan di agama lainnya; (3) bisa memberikan kesetaraan dan keadilan serta memperlakukan yang relatif sama dengan teman lainnya walaupun berbeda suku lainnya, baik pada momen kegiatan di kampus maupun di luar kampus; (4) selain tetap memertahan budaya sendiri, seperti sering berbahasa, berpakaian, makanan sesuai budayanya batak sendiri, juga bisa menghargai dan menghormati budaya setempat yaitu dayak, misalnya terkadang memkai baju khas dayak, menyanyi lagu dayak, bahkan berbahasa dayak dan banjar walau tidak terlau fasih, termasuk menyenangi makanan khas budaya setempat. Sedangkan kekurangannya yang paling disoroti dari teman suku lainnya adalah “nada keras” berbicara, bahkan terkadang dianggap sikap marah, dan juga punya sikap pendirian yang relatif sangat kuat, baik pendirianya yang dianggap benar ataupun salah.  
Urgensi Pendidikan Inklusif: Membangun Lingkungan Pembelajaran Yang Mendukung Kesetaraan Dan Kearifan Budaya Norsandi, Dedy; Wisman, Yossita; Alamsyah, Iwan Noor; Bernisa, Bernisa
Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang Vol 16 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang
Publisher : FKIP Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/jikt.v16i1.392

Abstract

In this era of educational progress, challenges and opportunities continue to emerge, and one of the educational paradigms that is increasingly being paid attention to is inclusive education. This research aims to dive deeper into the concept of inclusive education, exploring the importance of building learning that supports equality and implementing cultural wisdom values in it. This research method uses descriptive qualitative with literature study. Inclusive learning that combines equity and cultural wisdom involves a variety of strategies, including the use of learning methods, culturally responsive curricula, parent participation, and diverse assessments. By bringing all aspects together, teachers can create a learning environment that supports equality, respects cultural diversity, and allows each student to reach his or her potential optimally.