Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Studi Literatur Uji Aktivitas Antidiabetes Beberapa Tanaman Famili Asteraceae secara In Vivo Zah'wa Nilam Sanrika; Ratu Choesrnia; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.412 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4784

Abstract

Abstract. Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when there is an increase in blood glucose level due to the body's inability to convert glucose into energy and endocrine disorders characterized by abnormalities in protein, lipid and carbohydrate metabolism. One of alternatives from natural ingredients that has the potential as an antidiabetic including Vernonia amygdalina Delile leaf (south african or bitter leaf), Tithonia diversifolia (Hemsl) leaf (flower moon leaf or insulin), Chromolaena odorata (L.) leaf (kiriyuh leaf), Ageratum conyzoides (L.) L (babandotan) and Artemisia absinthium L (Wormwood) leaves. The active compound suspected to have antidiabetic potential in Vernonia amygdalina Delile leaves are phytol, in Tithonia diversivolia leaves are luteolin-7-O-glucuronide, trigonelline and kaempferol, in Chromolaena odorata leaves is patchoulene, Ageratum conyzoides leaves are β-sitosterol and stigmasterol, meanwhile the leaves of Artemisia absinthium are thujone and camphene. This study was conducted to determine the antidiabetic activity of five plants in the Asteraceae family and the content of active compounds that have antidiabetic activity. The research method used is literature studies from various relevant libraries, both national and international journals published in the last 10 years. Abstrak. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang terjadi ketika adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah diakibatkan ketidakmampuan tubuh mengubah glukosa menjadi energi serta gangguan endokrin yang ditandai dengan kelainan metabolisme protein, lipid dan karbohidrat. Salah satu alternatif dari bahan alam yang berpotensi sebagai antidiabetes diantaranya yaitu daun Vernonia amygdalina Delile (daun afrika selatan atau pahit), daun Tithonia diversifolia (Hemsl) (daun kembang bulan atau insulin), daun Chromolaena odorata (L.) (daun kiriyuh), Ageratum conyzoides (L.) L (babandotan) dan daun Artemisia absinthium L (Wormwood). Senyawa aktif yang diduga berpotensi sebagai antidiabetes pada daun Vernonia amygdalina Delile yaitu phytol, pada daun Tithonia diversivolia yaitu luteolin-7-O-glucuronide, trigonelline dan kaempferol, pada daun Chromolaena odorata yaitu patchoulene, daun Ageratum conyzoides yaitu β-sitosterol dan stigmasterol, sedangkan pada daun Artemisia absinthium yaitu thujone dan camphene. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes dari lima tanaman pada famili Asteraceae dan kandungan senyawa aktif yang memiliki aktivitas antidiabetes. Metode penelitian yang digunakan berupa studi literatur dari berbagai Pustaka yang relevan baik jurnal Nasional maupun Internasional terbitan 10 tahun terakhir.
Karakterisasi Simplisia Daun Tin (Ficus Carica L.) Devi Revita Amlia; Siti Hazar
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v2i2.1447

Abstract

Abstract. Tin leaves (Ficus carica L.) one of the creations of Allah SWT have various benefits that can be used by humans such as foodstuffs, medicine, textiles, medicinal materials, and cosmetic ingredients. Therefore Allah Almighty shows that His creations both on earth and in the crosshairs are not in vain. As in the Qur'an surah Al-Imran verses 190 to 191, based on this verse when associated with our research as His people, learning can be carried out so as to obtain benefits such as the plants created. The tin plant (Ficus carica L) belongs to the family Moraceae. The benefits of the tin plant have such effects as antibacterial, antiviral, antifungal, anticancer, antimicrobial, antioxidant and immunomodulatory. The chemical content of the leaves of Ficus carica L contains phenolics, flavonoids, alkaloids and saponins. Standardization of Tin leaf simplisia (Ficus carica L.) is carried out water content tests, water soluble juice content tests, ethanol soluble juice content, and drying shrinkage to determine the moisture content in tin leaves and the amount of compound content in simplisia that can be attracted by solvents. The method used in this study was experimental in the Laboratory of the Islamic University of Bandung. Based on the results of the standardization of Tin fruit simplisia (Ficus carica L.), a moisture content of 5%, a water-soluble juice content of 8.51%, an ethanol soluble juice content of 14.56%, and a drying shrinkage content of 3.6817% were obtained. Abstrak. Daun Tin (Ficus carica L.) salah satu ciptaan Allah SWT memiliki berbagai manfaat yang dapat digunakan oleh manusia seperti bahan makanan, obat, tekstil, bahan obat, dan bahan kosmetik. Oleh karena itu Allah SWT menunjukkan bahwa ciptaan-Nya baik dibumi dan dilangit tidak sia-sia. Sebagaimana dalam Qur’an surah Al-Imran ayat 190 sampai 191, berdasarkan ayat tersebut bila dikaitkan dengan penelitian kita sebagai umat-Nya dapat dilakukan pembelajaran sehingga memperoleh manfaat seperti tumbuhan-tumbuhan yang diciptakan. Tanaman tin (Ficus carica L) termasuk keluarga Moraceae. Manfaat dari tanaman tin memiliki efek seperti antibakteri, antiviral, antifungal, antikanker, antimikroba, antioksidan, dan imunomodulator. Kandungan kimia daun Ficus carica L mengandung fenolik, flavonoid, alkaloid, dan saponin. Standardisasi simplisia daun Tin (Ficus carica L.) dilakukan uji kadar air, uji kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan susut pengeringan untuk mengetahui kadar air di dalam daun tin dan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tertarik oleh pelarut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah secara eksperimental di Laboratorium Universitas Islam Bandung. Berdasarkan hasil standardisasi simplisia buah Tin (Ficus carica L.) maka diperoleh kadar air sebesar 5%, kadar sari larut air sebesar 8,51%, kadar sari larut etanol sebesar 14,56%, dan kadar susut pengeringan 3,6817%.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata (Vieill) K.Schum). terhadap Bakteri Penyebab Jerawat: zulfa azmalah; Sri Peni Fitrianingsih; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. The skin is the outermost organ of the body that functions as a body protector against the environment. Facial skin is one that is prone to skin health problems such as acne which can be caused by oil glands, skin problems such as aging and enlarged skin pores. Acne is a skin disease that often appears in humans, especially on the face. Acne is inflammation accompanied by blockage of the ducts of the skin and hair (polysebaceous) oil glands. In Indonesia, the prevalence rate for acne sufferers is 80-85% for adolescents aged 15-18 years, 12% for women aged <25 years and 3% for those aged 35-44 years (Madelina W, 2018). Acne is more common in women than men. The causes of acne can be caused by genetic factors, endorphins, psychology, weather, stress, food, cosmetics and bacterial infections. This research was conducted by agar diffusion method using wells with Propionibacterium acnes and Staphylococus epidermidis bacteria. Bacteria were treated with ethanol extract of red galangal leaves 2%, 4%, 6%, 8% and 10%. The test parameters can be seen from the formation of clear zones around the wells. As a result, the ethanol extract of red galangal leaves was proven to have antibacterial activity against the tested bacteria. The smallest concentration of extract that forms a clear zone on Propionibacterium acnes bacteria is 2% with an average diameter of the inhibition zone of 15.25 mm & +- SD 2.15 while for Staphylococus epidermidis bacteria the smallest concentration of extract that forms a clear zone is 6% with an average mean inhibition zone diameter 17.33 & +-SD 2.05. Abstrak. Kulit adalah organ terluar tubuh yang berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap lingkungan. Kulit wajah merupakan salah satu yang rentan terkena masalah kesehatan kulit seperti timbulnya jerawat yang dapat disebabkan karena adanya kelenjar minyak, masalah kulit seperti penuaan dan pori kulit yang membesar. Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang sering muncul pada manusia, terutama pada bagian wajah. Jerawat merupakan peradangan yang disertai dengan penyumbatan saluran kelenjar minyak kulit dan rambut (polisebasea). Di Indonesia tercatat tingkat prevalensi penderita jerawat adalah 80-85% pada remaja dengan rentan usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia <25 tahun dan 3% pada usia 35-44 tahun (Madelina W, 2018). Jerawat sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Penyebab timbulnya jerawat dapat disebabkan karena faktor genetik, endorfin, psikis, cuaca, stress, makanan, kosmetika dan infeksi bakteri. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan sumuran dengan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococus epidermidis. Bakteri diberikan perlakuan dengan ekstrak etanol daun lengkuas merah 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Parameter pengujian dilihat dari terbentuknya zona bening di sekitar sumuran. Hasilnya, ekstrak etanol daun lengkuas merah terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji. Konsentrasi terkecil ekstrak yg membentuk zona bening pada bakteri Propionibacterium acnes adalah 2% dengan rata-rata diameter zona hambat 15,25 mm & +- SD 2,15 sedangkan pada bakteri Staphylococus epidermidis konsentrasi terkecil ekstrak yg membentuk zona bening yaitu 6% dengan rata-rata diameter zona hambat 17,33 & +-SD 2,05.
AKTIVITAS ANTIAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI DAN BUAH KUPA (Syzygium polichepalum (miq.) Merr.& perry) TERADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT Ratih Aryani; Siti Hazar; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v6i1.10708

Abstract

Jerawat (acne vulgaris) merupakan penyakit inflamasi kronis dan multifaktorial pada kulit dan unit pilosebasea, yang dapat disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes, Staphylocccus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak etanol biji dan daging buah kupa (Syzygium polycephalum) terhadap bakteri penyebab jerawat. Pada penelitian dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan menentukan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) dan diameter hambat ekstrak etanol biji dan daging buah kupa terhadap bakteri P. acnes, S. epidermidis, dan S. aureus menggunakan metode difusi agar. Hasil menunjukkan bahwa nilai KHM dan diameter hambat ekstrak etanol biji buah kupa terhadap bakteri  P. acnes (1,56%; 18,9 ± 0,01 mm); S. epidermidis (0,78%; 8,3 ± 0,01 mm) dan S. aureus (3,13%; 8,5 ± 0,02 mm), sedangkan nilai KHM dan diameter hambat antibakteri ekstrak etanol daging buah kupa terhadap bakteri  P. acnes (12,5%; 13,1 ± 0,03 mm); S. epidermidis 25%; 12,1 ± 0,09 mm) dan S. aureus (0,78%; 10,0 ± 0,03 mm). Potensi aktivitas ekstrak etanol biji dan daging buah kupa terhadap bakteri P. acnes, S. epidermidis, dan S. aureus termasuk ke dalam kategori sedang hingga kuat.
POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI EKSTRAK BUAH TIN DOMESTIK (Ficus carica L.) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus Lanny Mulqie; Siti Hazar; Ratu Choesrina; Dieni Mardliyani; Aghnia Nurzahra; Nabila Nur Latifa
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v6i2.10853

Abstract

Munculnya bakteri resisten yang cepat terjadi di seluruh dunia, membahayakan efikasi antibiotik. Bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antimikroba membuat pemilihan antibiotika terbatas dan infeksi pada luka tidak dapat diobati. infeksi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa sering mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada jaringan dan menunjukkan resistensi terhadap antibiotika. Penggunaan antibiotika yang berasal dari alam dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan resistensi antibiotika. Salah satu tanaman yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman tin (Ficus carica L.). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak etanol buah tin yang didomestikasi di Indonesia terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar serta penetapan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Fraksi n-heksana dan fraksi air memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan nilai KHM masing-masing sebesar 1,25% dan 10%. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus dengan nilai KHM sebesar 1,25%.
Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Dan Fraksi Daun Kale Keriting (Brassica oleracea var. sabellica L.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Zhafira Putri Andrini; Sri Peni Fitrianingsih; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8781

Abstract

Agen sitotoksik merupakan suatu senyawa atau zat yang dapat merusak sel normal atau sel kanker. Untuk mengetahui aktivitas sitotoksik dapat dilakukan dengan uji pendahuluan dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap larva udang Artemia franciscana Kellogg dengan menggunakan tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antikanker. Pada penelitian ini digunakan daun kale keriting (Brassica oleracea var. sabellica. L.) yang diduga mengandung senyawa antikanker yaitu flavonoid. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik dari ekstrak etanol dan fraksi daun kale keriting (Brassica oleracea var. sabellica. L.) yang didapatkan dari nilai LC50. Pengujian dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap larva udang (Artemia franciscana Kellogg) yang berumur 48 jam. Konsentrasi sampel uji yang yang digunakan 10, 50, 100, 250, 500, 750, 1000 ppm dan kontrol negatif menggunakan DMSO. Pengamatan dilakukan selama 24 jam pada kematian larva. Nilai LC50 diolah menggunakan analisis probit dari persentase mortalitas. Daun kale keriting (Brassica oleracea var. sabellica. L.) memiliki aktivitas sitotoksik karena berada dalam kategori toksik terhadap larva Artemia franciscana Kellogg, dengan nilai LC50 pada ekstrak etanol 226,9342 ppm, fraksi air 695,8249 ppm, fraksi etil asetat 52,9053 ppm, dan fraksi n-heksan 45,5826 ppm.
Karakterisasi Simplisia Daun Tin (Ficus Carica L.) Devi Revita Amlia; Siti Hazar
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v2i2.1447

Abstract

Abstract. Tin leaves (Ficus carica L.) one of the creations of Allah SWT have various benefits that can be used by humans such as foodstuffs, medicine, textiles, medicinal materials, and cosmetic ingredients. Therefore Allah Almighty shows that His creations both on earth and in the crosshairs are not in vain. As in the Qur'an surah Al-Imran verses 190 to 191, based on this verse when associated with our research as His people, learning can be carried out so as to obtain benefits such as the plants created. The tin plant (Ficus carica L) belongs to the family Moraceae. The benefits of the tin plant have such effects as antibacterial, antiviral, antifungal, anticancer, antimicrobial, antioxidant and immunomodulatory. The chemical content of the leaves of Ficus carica L contains phenolics, flavonoids, alkaloids and saponins. Standardization of Tin leaf simplisia (Ficus carica L.) is carried out water content tests, water soluble juice content tests, ethanol soluble juice content, and drying shrinkage to determine the moisture content in tin leaves and the amount of compound content in simplisia that can be attracted by solvents. The method used in this study was experimental in the Laboratory of the Islamic University of Bandung. Based on the results of the standardization of Tin fruit simplisia (Ficus carica L.), a moisture content of 5%, a water-soluble juice content of 8.51%, an ethanol soluble juice content of 14.56%, and a drying shrinkage content of 3.6817% were obtained. Abstrak. Daun Tin (Ficus carica L.) salah satu ciptaan Allah SWT memiliki berbagai manfaat yang dapat digunakan oleh manusia seperti bahan makanan, obat, tekstil, bahan obat, dan bahan kosmetik. Oleh karena itu Allah SWT menunjukkan bahwa ciptaan-Nya baik dibumi dan dilangit tidak sia-sia. Sebagaimana dalam Qur’an surah Al-Imran ayat 190 sampai 191, berdasarkan ayat tersebut bila dikaitkan dengan penelitian kita sebagai umat-Nya dapat dilakukan pembelajaran sehingga memperoleh manfaat seperti tumbuhan-tumbuhan yang diciptakan. Tanaman tin (Ficus carica L) termasuk keluarga Moraceae. Manfaat dari tanaman tin memiliki efek seperti antibakteri, antiviral, antifungal, antikanker, antimikroba, antioksidan, dan imunomodulator. Kandungan kimia daun Ficus carica L mengandung fenolik, flavonoid, alkaloid, dan saponin. Standardisasi simplisia daun Tin (Ficus carica L.) dilakukan uji kadar air, uji kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan susut pengeringan untuk mengetahui kadar air di dalam daun tin dan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tertarik oleh pelarut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah secara eksperimental di Laboratorium Universitas Islam Bandung. Berdasarkan hasil standardisasi simplisia buah Tin (Ficus carica L.) maka diperoleh kadar air sebesar 5%, kadar sari larut air sebesar 8,51%, kadar sari larut etanol sebesar 14,56%, dan kadar susut pengeringan 3,6817%.
UJI AKTIVITAS ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN DARUJU (Acanthus montanus (Nees) T.Anderson.) TERHADAP CACING GELANG BABI DAN TELUR CACING (Ascaris suum Goeze) SECARA IN VITRO Syarah Nurhidayah Gunawan; Suwendar; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9296

Abstract

Abstract. Worm infection is one of the health problems that is quite high in developing countries, one of which is in Indonesia. The prevalence of worms in Indonesia is generally still very high, especially among the less fortunate. The prevalence of intestinal worms varies between 2.5% - 62%. This study aims to determine the anthelmintic activity of daruju leaves (Acanthus montanus (Nees) T.Anderson.) against adult swine roundworms and helminth eggs (Ascaris suum). The test group for this study was the ethanol extract of daruju leaves with concentrations of 5%, 10% , 20%, and 40%. The control group was Hank Salin and Hank Salin – CMC Na solutions. The comparison group was pyranthel pamoate 0.2% and piperazine citrate 15% for the activity test on swine roundworms and albendazole for the activity test on worm eggs. The parameters for observing the anthelmintic activity test on adult pig roundworms were paralysis and death of the worms, while the parameters for observing the anthelmintic activity test on worm eggs were the number of fertile eggs and the percentage of inhibition. Test results on adult worms and worm eggs showed that the 40% ethanol extract of daruju leaves had the strongest anthelmintic activity with a type of spastic paralysis in adult worms and had a 15% inhibition percentage in worm eggs. It can be concluded that the ethanol extract of daruju leaves has anthelmintic activity against adult worms. Abstrak. Infeksi cacing merupakan salah satu gangguan kesehatan yang cukup tinggi di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu. Prevalensi cacingan bervariasi antara 2,5% - 62%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antelmintik dari daun daruju (Acanthus montanus (Nees) T.Anderson.) terhadap cacing gelang babi dewasa dan telur cacing (Ascaris suum).Kelompok uji penelitian ini yaitu ekstrak etanaol daun daruju dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40%. Kelompok kontrol yaitu larutan Hank Salin dan Hank Salin – CMC Na. Kelompok pembanding yaitu pirantel pamoat 0,2% dan piperazin sitrat 15% untuk uji aktivitas pada cacing gelang babi dan albendazol untuk uji aktivitas pada telur cacing. Parameter pengamatan uji aktivitas antelmintik pada cacing gelang babi dewasa yaitu paralisis dan kematian pada cacing, sedangkan parameter pengamatan uji aktivitas antelmintik pada telur cacing yaitu jumlah telur fertil dan persen inhibisi. Hasil pengujian pada cacing dewasa dan telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun daruju 40% memiliki aktivitas antelmintik paling kuat dengan tipe paralisis spastik pada cacing dewasa serta memiliki persen inhibisi 15% pada telur cacing. Dapat disimpulkan bahw ekstrak etanol daun daruju memiliki aktivitas antelmintik terhadap cacing dewasa.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f) Wallich ex Nees) TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis ATCC 6633 Lanny Mulqie; Siti Hazar; Agytesa Ficri Septian
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 2, 2017
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap bakteri Bacillus subtilis ATCC 6633 melalui penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan nilai kesetaraan fraksi etil asetat terhadap antibiotika pembanding, serta kromatografi lapis tipis (KLT) Bioautografi. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Penentuan KHM dilakukan dengan metode difusi agar, kemudian ditentukan nilai kesetaraan fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap antibiotika pembanding (tetrasiklin). Nilai KHM fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 sebesar 16%. Aktivitas 1 mg fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 setara dengan 4,457 × 10-5 mg tetrasiklin. Golongan senyawa fraksi etil asetat daun sambiloto yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah monoterpen dan seskuiterpen.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI HERBA KITOLOD (Isotoma longiflora (L.) C. Persl) TERHADAP Bacillus cereus Siti Hazar; Della D. Putrid; Sri Peni Fitrianingsih
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 2, 2017
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kitolod (Isotoma longiflora (L) C. Persl) merupakan tanaman yang secara empiris memiliki banyak khasiat dalam mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri fraksi herba kitolod (Isotoma longiflora (L) C. Persl) terhadap bakteri Bacillus cereus secara in vitro menggunakan metode difusi agar. Fraksinat diperoleh menggunakan metode Ekstraksi Cair-Cair (ECC) menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Konsentrasi uji yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, 25, 50 dan 75%. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah Ciprofloksasin dengan konsentrasi 100 ppm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada konsentrasi terendah yaitu 5%, fraksi n-heksana dan fraksi air tidak menunjukkan adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri, sedangkan pada fraksi etil asetat menunjukkan adanya diameter hambat sebesar 4,89 mm. Pada konsentrasi tertinggi yaitu konsentrasi 75% diameter hambat fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air yaitu 2,79 mm, 8,81 mm, dan 6,35 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga fraksinat yang diuji, fraksi etil asetat menunjukkan hasil penghambatan pertumbuhan bakteri yang lebih baik dibandingkan fraksi n-heksana dan fraksi air.