Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Produksi Inokulum Fungi Mikoriza Arbuskula dengan Tiga Tanaman Indikator Pueraria javanica, Sorghum vulgare dan Setaria italica Sedek Karepesina; Juni La Djumat; Hadidjah Latuponu
Jurnal Agrohut Vol 12 No 1 (2021): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v12i1.133

Abstract

Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan salah satu jenis fungi pembentuk mikoriza yang akhir-akhir ini cukup populer mendapat perhatian dari para ahli biologi dan lingkungan. Jamur ini diperkirakan pada masa yang akan datang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, peningkatan produktivitas, dan kualitas tanaman hutan terutama yang ditanam pada lahan marginal yang kurang subur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sumber organik dan tanaman inang terbaik untuk perluasan FMA sebagai pupuk hayati. Percobaan disusun dengan rancangan petak terpisah (split split plot) yang disusun dengan rancangan dasar acak lengkap. Petak utama adalah media tanam ( M1) = zoelit dan ( M2) = pasir. Anak petak adalah sumber fosfor, yaitu (P1) = arang sekam sagu, (P2) = arang sekam padi 20 gram/tanaman/pot. Anak-anak petak adalah inangnya, yaitu (T1) = Pueraria javanica, (T2) = Sorgum vulgare, (T3) = Setaria italica. Setiap taraf perlakuan terdiri dari 5 ulangan, sehingga jumlah satuan perlakuan sebanyak 2 x 2 x 3 x 5 = 60 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap kolonisasi FMA, jumlah spora dan berat kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi media tumbuh, sumber fosfor dan inang berpengaruh terhadap kolonisasi FMA (Glomus sp), jumlah spora dan berat kering tanaman. Zoelit, arang sekam padi dan inang Sorghum vulgare dapat meningkatkan kolonisasi FMA (Glomus sp). Medium zoelit, arang sekam padi dan Sorgum vulgare merupakan paket yang sesuai untuk menghasilkan spora FMA (Glomus sp spesifik Maluku)
Brown Seaweed (Sargassum polycystum L) Extract Utilization to Improve Cucumber (Cucumis sativus L.) Crop Yield on Acidic Dry Soil Hadidjah Latuponu; Amuria Amuria; Yenni Sofyan; Fauzia Hulopi
Jurnal Agrohut Vol 12 No 1 (2021): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v12i1.134

Abstract

Dewasa ini upaya penemuan bahan hayati sebagai pupuk dan pembenah tanah dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan marginal terus ditingkatkan. Seiring lahan subur makin sempit akibat alih fungsi ke non pertanian dan terdegradasi akibat penggunaan pupuk buatan secara intensif. Dampak buruknya tidak bisa diabaikan. Produktivitas tanah semakin menurun. Namun demikian dengan ditemukannya berbagai bahan hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk tanaman sekaligus memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Maka masalah tersebut dapat ditanggulangi. Perhatian terarah ke rumput laut coklat (Sargassum polycystum L.) yang secara ekonomis kurang menguntungkan sebagai bahan baku pangan fungsional. Jenis rumput laut ini dapat dimanfaatkan sebagai substrat menyubur tanah. Tujuan penelitian mempelajari pengaruh ekstrak rumput laut coklat sebagai sumber hara tanaman dan bahan padatnya sebagai amelioran tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak berbahan rumput laut coklat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Timun yang diaplikasikan di tanah kering masam.
Pengaruh Residu Amelioran dan Lapisan Semipermeabel terhadap Beberapa Sifat Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Jagung di Lahan Pasca Penambangan Emas Tanpa Izin Sulakhudin Sulakhudin; Hadidjah Latuponu
Jurnal Agrohut Vol 13 No 2 (2022): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v13i2.154

Abstract

Budidaya tanaman pangan di lahan pasca PETI membutuhkan teknologi yang tepat oleh karena tanah di kawasan tersebut telah mengalami kerusakan dan kesuburannya rendah. Penerapan teknologi ameliorasi spesifik lokasi diharapkan dapat mengoptimalkan tanah-tanah di kawasan pasca PETI untuk mendukung pertumbuhan tanaman pangan. Teknologi ameliorasi spesifik lokasi yang telah diterapkan pada tahun pertama adalah pemberian amelioran (pembenah tanah) dan pembuatan lapisan semipermeabel pada kedalaman tanah 20 cm setebal 3 cm. Amelioran yang diberikan terdiri dari 3 jenis, yaitu 1) lumpur laut dosis 40 ton / ha, 2) biochar dari kulit pisang 4 ton / ha, dan lumpur laut 30 ton / ha + biochar 4 ton / ha, sebagai kontrol yaitu tanpa pemberian amelioran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pemberian amelioran lumpur laut maupun biochar dari kulit pisang belum dapat meningkatkan ketersedian unsur hara dan beberapa sifat kimia tanah. Pengaruh residu pemberian lumpur laut dosis 30 ton ha-1 dan biochar dosis 4 ha-1 berpengaruh secara nyata terhadap pH H2O, pH KCl, P-tersedia dan Ca tertukar. Pengaruh residu pemberian lumpur laut dosis 30 ton ha-1 dan biochar dosis 4 ha-1 terhadap tinggi tanaman jagung nyata setelah periode pengamatan ke empat. Pengaruh residu pemberian lumpur laut dan atau biochar tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang.
Characteristics of Tamarind Seed Biochar at Different Pyrolysis Temperatures as Waste Management Strategy: Experiments and Bibliometric Analysis Ali Rahmat; Sutiharni Sutiharni; Yetti Elfina; Yusnaini Yusnaini; Hadidjah Latuponu; Faidliyah Nilna Minah; Yeny Sulistyowati; Abdul Mutolib
Indonesian Journal of Science and Technology Vol 8, No 3 (2023): (ONLINE FIRST) IJOST: December 2023
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/ijost.v8i3.63500

Abstract

Household activities and beverage industries that use tamarind often generate waste in the form of tamarind seeds. Tamarind seeds account for approximately 40% of the total weight of the fruit. If these tamarind seeds are not properly managed, they end up as waste with no economic or other benefits. One effective waste management strategy is to convert tamarind seeds into biochar. This research aims to examine the characteristics of biochar produced from tamarind seeds at different pyrolysis temperatures. The results indicate that as the pyrolysis temperature increases, the fixed carbon content also increases. Pores begin to form on the surface of the biochar at a temperature of 400°C. We have identified functional groups such as C-H, O-H, C≡N, C≡C, C=C, C=O, CH3, C-O, and C-C in the biochar. The dominant elements in tamarind seed biochar are K2O, CaO, P2O5, SO3, and MgO, which are part of macronutrients and alkaline elements with the potential to improve soil quality as soil amendments.