Prevalensi hipertensi menanjak tajam yakni dari tahun 2013 yang hanya 8,4% sampai menjadi 26% pada tahun 2018 dan diperkirakan prevalensi hipertensi pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 45%. Data yang peneliti peroleh dari Puskesmas Lampasio menunjukkan kasus hipertensi di wilayah kerjanya pada tahun 2021 sebanyak 1.023 dan tahun 2022 menurun menjadi sebanyak 985 kasus hipertensi. Namun pada tahun 2023 mengalami peningkatan drastis menjadi sebanyak 1.534 kasus hipertensi. Sementara data kasus hipertensi periode Januari-Maret tahun 2024 sebanyak 401 kasus dan penderita terbanyak berasal dari Desa Sibea (periode Januari-Maret tahun 2024) yaitu sebanyak 52 kasus. Tujuan penelitian yaitu teranalisisnya hubungan kebiasaan merokok dengan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Sibea.Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan metode analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi di Desa Sibea pada bulan Januari-Juni tahun 2024 sebanyak 52 orang, jumlah sampel 52 orang, dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kebiasaan merokok dengan kategori perokok ringan yaitu sebanyak 29 responden (55,8%). Sebagian besar responden memiliki tekanan darah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (51,9%). Ada hubungan kebiasaan merokok dengan peningkatan tekanan darah pada3 pasien hipertensi (p-value = 0,000).Ada hubungan kebiasaan merokok dengan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Sibea. Disarankan bagi pihak Puskesmas Lampasio untuk dapat memberikan edukasi pada pasien hipertensi bahwa merokok dapat memperparah hipertensi yang dialaminya, dan menganjurkan pasien untuk berhenti merokok agar dapat menurunkan tekanan darah.