Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Community Driven Development In Traditional Communities In Papua Sitorus, Yannice Luma Marnala
Journal of Regional and City Planning Vol 28, No 1 (2017)
Publisher : The ITB Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.24 KB) | DOI: 10.5614/jrcp.2017.28.1.2

Abstract

Abstract. Community-Driven Development is a social planning concept aimed at changing the behaviour and attitude of marginalized communities in other to empower them. This means with their own ability they can collectively solve social and economic problems in their environment. By using various participatory approaches, that are considered most suitable in the postmodern planning era, this development concept is expected to increase the welfare of underprivileged communities. This concept is also applied in the development of traditional communities, especially for customary tradition communities, but has not yet had a significant impact. This study uses existing literature to show the general results of community-driven development in traditional communities, especially traditional communities in Papua. Many development programmes were run by the government using participatory approaches. The study shows that the desired social change is not yet observed for traditional communities in Papua, who have obtained community-driven development programmes for so many years.  These communities still have the lowest level of welfare in Indonesia. The social learning that was expected to happen in any community-driven development program with participatory approaches happens very slowly in Papua. Keywords. community empowerment, traditional communities, social changeAbstrak. Pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sebenarnya merupakan suatu konsep perencanaan sosial yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan sikap sosial masyarakat yang termarjinalkan agar dapat menjadi lebih berdaya, yang artinya dengan kemampuannya sendiri secara bersama-sama dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial dan ekonomi di lingkungannya. Dengan menggunakan berbagai pendekatan partisipatif, yang dianggap paling sesuai pada era ‘postmodern planning’ ini, konsep pembangunan tersebut diharapkan dapat meningkatkan  kesejahteraan masyarakat yang berada  pada level bawah. Konsep ini juga diterapkan dalam pembangunan masyarakat tradisional, khususnya komunitas adat, tetapi belum memberikan dampak yang berarti. Kajian ini  menggunakan literatur  yang ada  untuk menunjukkan bagaimana hasil pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat secara umum pada komunitas adat, khususnya komunitas adat di Papua. Program-program pembangunan tersebut banyak dijalankan oleh pihak pemerintah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan partisipatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan sosial yang diinginkan ini belum terlihat pada komunitas adat di Papua yang telah sekian tahun memperoleh program-program pembangunan berbasis masyarakat. Komunitas tersebut masih memiliki tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia. Pembelajaran sosial yang diharapkan dapat terjadi dalam setiap program pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif berjalan sangat lambat di Papua.Kata kunci. pemberdayaan masyarakat, komunitas adat, perubahan sosial
KEHIDUPAN ORANG ASLI PAPUA DI DISTRIK TIOM SETELAH PEMEKARAN KABUPATEN LANNY JAYA Sitorus, Yannice Luma Marnala
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 20 No. 3 (2018)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.424 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v20i3.698

Abstract

Pembangunan pada era otonomi khusus di Papua bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan orang asli Papua dan sumber daya yang digunakan dalam pembangunan ini difokuskan pada sumber daya yang berasal dari luar Papua, terutama pada dana otonomi khusus dari pemerintah pusat. Sumber daya yang berasal dari dalam Papua sendiri, seperti misalkan modal sosial dan budaya orang asli Papua, cenderung diabaikan. Setelah sekian lama pelaksanaannya, pembangunan di sana masih belum banyak meningkatkan kesejahteraan orang asli Papua terutama yang berada di wilayah pegunungan tengah di Papua. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan metode kualitatif (analisa deskriptif). Studi dilakukan pada orang asli Papua di Distrik Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, salah satu kabupaten di daerah pegunungan tengah. Hasil studi menunjukkan bahwa mulai ada perubahan sosial, budaya dan ekonomi orang asli Papua di Tiom setelah 9 tahun pembangunan yang intensif di sana atau sejak pemekaran Kabupaten Lanny Jaya dari Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2008 tetapi mereka belum berada pada tingkat peradaban yang setara dengan kelompok masyarakat pendatang di sana.
KARAKTERISTIK TANAH DI DISTRIK ABEPURA KOTA JAYAPURA Sitorus, Y. L. Marnala
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 7, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terbatasnya lahan datar di Kota Jayapura, menyebabkan pembangunan konstruksi diarahkansecara vertikal atau berlantai lebih dari satu yang memerlukan perhatian khusus. Penurunanpondasi bangunan lama akibat adanya pemancangan tiang pondasi pada bangunan baru disebelahnya terjadi pada beberapa tempat di Jayapura. Hal utama yang perlu diperhatikanadalah karakteristik tanah untuk menentukan daya dukung tanah tempat di mana konstruksiakan dilaksanakan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran umum karakteristik tanahdi Kota Jayapura. Metode dalam kajian ini menggunakan data sekunder untuk mendapatkangambaran umum karak-teristik tanah di Kota Jayapura, khususnya daerah Distrik Abepura.Berdasarkan data sondir dan bor dapat ditentukan klasifikasi jenis lapisan tanah dan kedalamantanah keras. Dari peta dapat ditentukan daya dukung berdasarkan jenis tanah, geologi, konturdan kelas kelerengan. Dari hasil analisa dapat diketahui sebagian daerah Kelurahan Waenamemiliki daya dukung tanah yang baik. Sebagian daerah Kelurahan Asano dan KelurahanYabansai memiliki daya dukung sedang, sedangkan sebagian daerah Kelurahan Waena,sebagian daerah Kelurahan Asano, Kelurahan Hedam dan Awiyo, memiliki daya dukung yangkurang baik.AbstractThe limited flat areas in Jayapura brings into the construction development is directed intoconstruction and more than one level construction. Some of the old foundation got down due tothe construction of the new foundation isntallation. This could be happenned in several areas inJayapura. The aim of this reserach is to describe the general characteristics of teh soil inJayapura. The method used in this study is secondary data to get general description of soilcharacteristics in jayapura, especially Abepura district. From the sondir data and drill data, theclassification of soil layers and the depth of hard soil can be determined. From the map, thesupport power of soil characteristics, geology, declivity classification can be determined. Fromthe result of the analysis, it could be concluded that some areas of the Waena have good soilsupport. While in Asano, and Yabansai, they have middle soil support, and the rest areas ofWaena and Asano, Hedam and awiyo, they have bad soil support.
STUDI OF LOCAL CAPACITY IN DISASTER MANAGEMENT IN TOLIKARA REGENCY Sitorus, Yannice Luma Marnala; Nurmaningtyas, Anggia Riani; Usman, Syamsuddin; Yanthy, Normalia Ode
PEDULI: Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37303/peduli.v5i2.246

Abstract

Disaster events that have often occurred recently in Indonesia reminded us of the importance of disaster mitigation that must be carried out by all stakeholders to avoid greater casualties. Local governments are representatives of the state who must be present when their citizens need assistance when a disaster occurs and must play a more dominant role in disaster mitigation, especially in relatively isolated areas with limited stakeholders, both in terms of number and type of organization. The local capacity of Tolikara Regency, one of the regencies in the Central Highlands region of Papua, is at a low level and needs to increase the capacity index with the initial step of increasing the capacity of local governments. The preparation of a disaster risk assessment document and outreach activities are an effort to increase the capacity of the area. The results of this document review serve as input for the local government to determine further policies. The FTSP-USTJ Study Center Team from Jayapura City was involved in this activity because there was no higher education institution in Tolikara Regency that could play a role as a stakeholder in disaster mitigation there.
Community Driven Development In Traditional Communities In Papua Yannice Luma Marnala Sitorus
Journal of Regional and City Planning Vol. 28 No. 1 (2017)
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jrcp.2017.28.1.2

Abstract

Abstract. Community-Driven Development is a social planning concept aimed at changing the behaviour and attitude of marginalized communities in other to empower them. This means with their own ability they can collectively solve social and economic problems in their environment. By using various participatory approaches, that are considered most suitable in the postmodern planning era, this development concept is expected to increase the welfare of underprivileged communities. This concept is also applied in the development of traditional communities, especially for customary tradition communities, but has not yet had a significant impact. This study uses existing literature to show the general results of community-driven development in traditional communities, especially traditional communities in Papua. Many development programmes were run by the government using participatory approaches. The study shows that the desired social change is not yet observed for traditional communities in Papua, who have obtained community-driven development programmes for so many years.  These communities still have the lowest level of welfare in Indonesia. The social learning that was expected to happen in any community-driven development program with participatory approaches happens very slowly in Papua. Keywords. community empowerment, traditional communities, social changeAbstrak. Pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sebenarnya merupakan suatu konsep perencanaan sosial yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan sikap sosial masyarakat yang termarjinalkan agar dapat menjadi lebih berdaya, yang artinya dengan kemampuannya sendiri secara bersama-sama dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial dan ekonomi di lingkungannya. Dengan menggunakan berbagai pendekatan partisipatif, yang dianggap paling sesuai pada era 'postmodern planning' ini, konsep pembangunan tersebut diharapkan dapat meningkatkan  kesejahteraan masyarakat yang berada  pada level bawah. Konsep ini juga diterapkan dalam pembangunan masyarakat tradisional, khususnya komunitas adat, tetapi belum memberikan dampak yang berarti. Kajian ini  menggunakan literatur  yang ada  untuk menunjukkan bagaimana hasil pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat secara umum pada komunitas adat, khususnya komunitas adat di Papua. Program-program pembangunan tersebut banyak dijalankan oleh pihak pemerintah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan partisipatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan sosial yang diinginkan ini belum terlihat pada komunitas adat di Papua yang telah sekian tahun memperoleh program-program pembangunan berbasis masyarakat. Komunitas tersebut masih memiliki tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia. Pembelajaran sosial yang diharapkan dapat terjadi dalam setiap program pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif berjalan sangat lambat di Papua.Kata kunci. pemberdayaan masyarakat, komunitas adat, perubahan sosial
Challenges in Developing Ecotourism in The Region of Lake Sentani Papua Yannice Luma Marnala Sitorus; Arief Rosyidie; Suhirman Suhirman
E-Journal of Tourism Volume 4 Number 1 (March 2017)
Publisher : Centre of Excellence in Tourism Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.198 KB) | DOI: 10.24922/eot.v4i1.30166

Abstract

The concept of community-based ecotourism is one of the sustainable development concepts suitable to be applied to traditional regions with nature tourism potential. Differences in culture between traditional communities and the outside world are not an obstacle in developing the region because with their local wisdom traditional communities can participate in protecting and managing their natural surrounding and at the same time become an attraction for other communities. However, outside societies can influence the culture of the traditional communities that originally tends to be oriented on biocentrism to shift towards anthropocentrism. This can eventually hamper the continuity of ecotourism development. This can be seen from the traditional communities at Lake Sentani, the case study of the author. The study is based on literature and secondary data and used descriptive analysis. The traditional communities of Sentani do not yet fully participate in the development of tourism in its surroundings. Their involvement in tourism development is more focused on ceremonial activities such as can be seen at the Lake Sentani Festival which is organized every year by the government. Besides this, after coming into contact with modern life the traditional communities of Lake Sentani rarely perform their daily activities based on local wisdom aimed at natural conservation of the lake. The development of urban areas in the surroundings also influences changes in land use in the Lake Sentani region which then causes among others erosion, sedimentation, and pollution of the lake water. Socio-economic and cultural changes in the traditional communities of Sentani and the growth of development also contribute towards ecological change in the area of Lake Sentani, the place they live in.
The Resilience of the Indigenous People Towards Natural Disasters: Case of Central Mountains of Papua Normalia Ode Yanthy; Yannice Luma Marnala Sitorus; Anggia Riani Nurmaningtyas
Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya Vol 24, No 2 (2022): (December)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jantro.v24.n2.p177-186.2022

Abstract

The resilience of the indigenous people of Papua towards natural disasters has been questioned because of the large number of casualties post disasters deaths which should have been handled differently considering their knowledge and closeness to nature; thus, it should be easy for them to adapt in times of natural changes. This study is aimed at investigating the resilience of the indigenous people of Papua in the central mountains of Papua towards disasters based on secondary data. Study results showed that the resilience of indigenous people of the central mountains of Papua towards disasters is more influenced by social factors than ecology since, generally, the ecological system in the disaster area in the central mountains of  Papua has not experienced much change. The social factors are, among others, the impact of modern civilization, which has not been well adapted by the indigenous people, and the lack of skills of local stakeholders in disaster mitigation. Disaster mitigation should be in the form of improvement of the social condition of indigenous people of the central mountains area of Papua to perfect their civilization towards a more prosperous life
Peran Adat Dalam Mitigasi Bencana di Kampung Yongsu Desoyo, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura Yannice Luma Marnala Sitorus; Musfira Musfira; Joko Purcahyono
Jurnal Perencanaan Wilayah Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Perencanaan Wilayah
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpw.v7i2.20202

Abstract

Kejadian banjir bandang Sentani tahun 2019 telah menghancurkan sebagian besar permukiman di Kampung Yongsu Desoyo, yang terletak di sebelah utara Pegunungan Cycloop. Atas keputusan Pemerintah Kabupaten Jayapura lewat instansi BPBD, kemudian direncanakan relokasi permukiman warga kampung terdampak karena lokasi permukiman yang terkena banjir bandang berada di kawasan daerah aliran sungai penyebab bencana tersebut. Akan tetapi warga kampung yang memiliki lahan kosong rencana relokasi tersebut menuntut ganti rugi tanah adat, yang biasanya akan mencakup sejumlah nilai rupiah yang sangat besar, sehingga rencana relokasi ini terhenti dan untuk sementara waktu warga kampung korban bencana mengungsi ke lahan milik gereja di sana. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kepemilikan tanah adat terhadap penataan permukiman pasca-banjir bandang dan peran lembaga adat dalam mitigasi bencana di Kampung Yongsu Desoyo. Data sekunder diperoleh dari berbagai pustaka dan instansi pemerintah sedangkan data primer diperoleh dari wawancara terhadap kepala kampung dan tokoh adat. Data dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan narasi dan tabel. Hasil analisis menunjukkan gambaran pengaruh kepemilikan tanah adat terhadap penataan permukiman pasca-banjir bandang dan peran lembaga adat dalam mitigasi bencana di Kampung Yongsu Desoyo, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura.
Sosialisasi Dokumen Pendukung Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Tolikara Yannice Luma Marnala Sitorus; Normalia Ode Yanthy; Syamsudin Usman; Anggia Riani Nurmaningtyas
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 14, No 2 (2023): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v14i2.12139

Abstract

Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tolikara dalam perencanaan pembangunan dan belum tercapainya tujuan beberapa program pembangunan mendorong pihak pemerintah setempat berinisiatif untuk mengubah strategi perencanaan pembangunan di sana, yaitu diawali dengan pendataan kebutuhan dasar masyarakat kampung dan permasalahan layanan publik yang ada oleh pihak ketiga, dalam hal ini dilaksanakan oleh LSM Ilalang. Langkah tersebut dilakukan mengingat masih minimnya data dasar yang diperlukan pihak pemerintah dalam rangka membina para pimpinan distrik dan kampung pada penyusunan program pembangunan di wilayahnya masing-masing. Keterbatasan sarana prasarana layanan dasar penduduk, seperti transportasi, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia, menjadi faktor utama penyumbang rendahnya tingkat partisipasi warga di sana. Lewat sosialisasi dokumen pendukung dan strategi program pembangunan pada pemerintah distrik, diharapkan ada perluasan informasi dasar pada kepala-kepala kampung sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memberikan usulan-usulan program pembangunan di setiap kampung. Sosialisasi tersebut berupa pemaparan susunan dokumen pendukung yang mudah diakses dan usulan program pembangunan setelah menganalisis dokumen pendukung tadi. Setiap kepala distrik diharapkan dapat mendampingi pemerintah kampung saat mengakses dokumen pendukung dan menyusun sendiri program pembangunan mereka yang lebih detail disesuaikan dengan kondisi yang ada di setiap kampung.
Dukungan Akademisi Terhadap Proses Pilkada Kabupaten Supiori Yannice Luma Marnala Sitorus; Rolling Swempry Gasperzs
JURNAL ABDIMAS DINAMIS : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 2 No 2 (2021): Abdimas Dinamis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat USTJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58839/jad.v2i2.1219

Abstract

Pihak akademisi ikut berperan serta dalam proses pemilihan kepala daerah pemerintah antara lain lewat penilaian kedalaman wawasan dan pengetahuan setiap calon pasangan bupati dan wakil bupati dalam hal membangun dan mengelola wilayah Kabupaten Supiori. Tingkat kedalamam wawasan dan pengetahuan mereka akan ditunjukkan saat ajang debat terbuka di depan publik. Informasi tentang kapasitas setiap pasangan calon ini diperlukan agar warga Kabupaten Supiori dapat lebih mengenal calon pemimpinnya hingga akhirnya membuat keputusan siapa yang akan dipilih saat pencoblosan suara nanti. Beberapa tenaga ahli dari berbagai latar bidang ilmu yang berasal dari Universitas Sains dan Teknologi Jayapura dan Universitas Cenderawasih, dilibatkan dalam proses menentukan tingkat kedalaman wawasan dan pengetahuan kandidat pasangan bupati dan wabup Kabupaten Supiori. Setiap pertanyaan dari tim tenaga ahli disampaikan pada saat ajang debat antar kandidat dan harus dijawab di depan publik yang menyaksikan pada saat itu juga. Sebelumnya para tenaga ahli melakukan survei ke lapangan di wilayah Kabupaten Supiori untuk melakukan pengamatan terhadap kondisi di sana dan kemudian melakukan diskusi untuk merumuskan permasalahan pembangunan yang ada. Acara dapat dikatakan berjalan lancar walau dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19 dan terjadi konflik kecil dari kelompok pendukung pasangan kandidat. Umumnya setiap peserta pilkada dapat menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan dan kelompok warga pendukung masing-masing paslon dapat mengikuti keseluruhan acara dengan tertib.