Ricky M.S. Lakat
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

REDESAIN SARANA OLAHRAGA BERKUDA DI TOMPASO, KABUPATEN MINAHASA, Arsitektur Neo-Vernakular Minahasa Nadya Y. Bokau; Roosje J. Poluan; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 10 No. 2 (2021): DASENG Volume 10, Nomor 2, November 2021
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v10i2.40950

Abstract

Olahraga  adalah suatu  kegiatan  yang  dibutuhkan dalam menigkatkan kualitas sumber daya manusia. Berkuda juga adalah cabang olahraga yang dapat meningkatkan adrenalin dan kekreatifitas manusia. Dari sejak lama Sulawesi utara menjadi salah satu daerah yang selalu mengambil bagian dalam ajang berkuda di Indonesia, yang didalamnya Kecamatan Tompaso adalah salah satu  daerah yang terkenal  dengan olahraga berkuda . Pada saat ini olahraga berkuda memang belum terlalu diminati oleh masyarakat Indonesia, karena juka dibandingan dengan olahraga-olahraga lainnya berkuda masih kurang diminati masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain karena penyedian fasilitas/sarana yang berhubungan dengan olahraga berkuda sangat kurang dan sangat belum memadai.  Dibandingkan dengan negara asal  dimana olahraga berkuda ini lahir  yaitu Eropa dan Australia, maka  Indonesia masih jauh tertinggal. Padahal Indonesia memiliki banyak kuda-kuda lokal yang sangat unggul seperti dari daerah Sumba ada Kuda Sandel, dari Jawa Barat ada kuda Poni Priangan, dari Sulawesi Utara ada kuda Poni Minahasa  dan dari Sumatera Barat ada  kuda Sandel Arab. Sebenarnya pada umumnya jenis-jenis kuda yang dikenal ini diberi nama sesuai dengan daerah asal atau asal usul kuda tersebut, Juga dengan seiring perkembangan zaman yang semakin berkembang, kuda banyak dijadikan ternak kesayangan yang bernilai tinggi dan dimiliki oleh komunitas tertentu para pecinta ternak kuda.Kata Kunci: Redesain, Olahraga Berkuda, Neo-Vernakular
PUSAT BUDAYA SUKU MOI DI SORONG: Arsitektur Regionalisme Navalin R. Makawewe; Reny Syafriny; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 2 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 2, November 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sorong merupakan suatu daerah Papua barat yang memiliki kesenian dan kebudayaan yang berpotensi sehingga dapat menjadi daya Tarik untuk wisatawan local maunpun internasional. Artefak Budaya masih terawat hingga sekarang sangat menarik untuk di lihat dan dapat mengedukasi masyarakat. Beberapa kesenian bahkan adat istiadat penduduk setempat masih terlihat sebagai ciri khas budaya Suku Moi. Hal ini merupakan aset bagi pemerintah untuk mengembangkan sektor kepariwisatan bahwa sorongmerupakan salah satu daerah di ProvinsiPapua Barat yang memiliki keanekeragamanbudayayang tak kalah dengan daerah lain. Akan tetapi permasalahan yang dihadapi untuk melestarikan budaya suku moi di Sorong adalah tidak adanya wadah yang terpusat serta promosi budaya secara continue kepada wisatawan local maupun wisatawan internasional. Untuk itu ide yang ditawarkan adalah perencanaan dan perancangan Pusat Budaya Suku Moidi Sorong. Pendekatan yang diterapkan pada perancangan Pusat Budaya Suku Moi di Sorongyaitu Arsitektur Regionalisme yaitu bangunan yang memiliki gaya desain modern tetapi tidak meghilangkan ciri khas daerah tersebut Dan adanya dukungan oleh Pemerintah kota sorong yang telah berkomitmen akan melestarikan adat suku moi, sesuaidengan Perda kota sorong no 10tahn2017 tentang pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat moi di kota sorong. diharapkan dapat menunjang kelestarian budaya suku moi sebagai identitas jati diri daerah sorong. Kata kunci : Pusat, Budaya Suku Moi,Sorong
PUSAT REHABILITASI PECANDU NARKOBA DI MANADO, Arsitektur Organik. Alyzha M. Priyamos; Frits O. P. Siregar; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 9 No. 2 (2020): DASENG Volume 9, Nomor 2, November 2020
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v9i2.34564

Abstract

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Zat yang terkandung di dalam narkoba ini mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang bisa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau sebagai obat bagi penyakit tertentu. Namun kini narkoba malah disalahgunakan sebagai sarana untuk mabuk-mabukan dengan cara pemakaian di luar dari peruntukan dosis yang semestinya. Melihat permasalahan ini, muncul tujuan untuk mendesain sebuah Pusat Rehabilitasi Pecandu Narkoba dengan penerapan tema Arsitektur Organik di Sulawesi Utara, tepatnya di kota Manado, Kecamatan Mapangat dengan tujuan menghadirkan sarana pelayanan khusus bagi para pecandu agar dapat terlepas dari jerat narkoba dengan suasana lingkungan yang tenang, tentram dan nyaman. Kata Kunci : Pusat Rehabilitasi Pecandu Narkoba, Arsitektur Organik, Manado
MINAHASA YOUTH CENTER di TONDANO, Arsitektur Post-Modern Abrian Brayen; Cynthia E.V. Wuisang; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 10 No. 1 (2021): DASENG Volume 10, Nomor 1, Mei 2021
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v10i1.35594

Abstract

Zaman modernisasi seakan perlahan-lahan menggeserkan nilai-nilai budaya dan adat istiadat dengan perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat modern, salah satunya Kabupaten Minahasa. Pada era baru ini Remaja dan Pemuda memiliki potensi untuk mengembangkan dan mempertahankan kesenian adat dan budaya tradisional Minahasa serta mengengembangkan potensi diri.Rancangan Youth Center di Tondano akan mampu meningkatkan kreativitas, aktivitas dan bisa menjadi sarana remaja-pemuda untuk mengembangkan minat bakat untuk menggali potensi diri dan melestarikan adat budaya tradisional Minahasa.Rancangan Youth Center di Tondano menerapkan tema Arsitektur Post-Modern dengan style yang hybrid (perpaduan dua unsur) memungkinkan pencampuran antara Arsitektur tradisional dengan non-tradisional, gabungan dengan setengah modern dengan setengah non- modern dan perpaduan antara lama dan baru.Kata kunci: Minahasa, Remaja, Youth Center, Arsitektur Post-Modern.
AGROWISATA TANAMAN HIAS DI TOMOHON, Arsitektur Organik Riando G. Mumek; Veronica A. Kumurur; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 10 No. 1 (2021): DASENG Volume 10, Nomor 1, Mei 2021
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v10i1.39049

Abstract

Kota Tomohon merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Sulawesi Utara berjarak 25 kilometer dari kota Manado dan berada di ketinggian kira-kira 900-1100 meter dari permukaan laut dengan memiliki karakteristik wilayah yang bergunung dan berbukit karena diapit oleh 2 gunung berapi yaitu lokon dan mahawu sehingga menghasilkan tanah yang subur dan dengan kondisi  klimatologis yang bagus sehingga sangat bagus untuk bercocok tanam, salah satu tumbuhan yang sangat subur disana adalah tanaman hias, sehingga kota Tomohon mendapat Julukan sebagai kota bunga, sehingga kota Tomohon menjadi salah satu destinasi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satu strategi pemerintah untuk menarik wisatawan ke Tomohon adalah dengan menggelar event tahunan yaitu Tomohon International Flower Festival (TIFF), namun demikian objek wisata dikota Tomohon masih kurang sehingga perlu adanya rancangan objek wisata berupa kawasan Agrowisata dimana didalamnya tidak hanya sekedar berwisata namun bisa juga menambah pengetahuan tentang tanaman hias.Dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Organik rancangan arsitektur  yang dihasilkan diharapkan mampu berbaur dengan lingkungan sekitar dengan memperhatikan aspek biologis lingkungan sekitarnya. Sehingga pendekatan ini sangat cocok diterapkan pada perancangan desain bangunan arsitektural. Rancangan ini diharapkan dapat menjadi objek desitnasi wisata baru di Kota Tomohon.Kata Kunci : Kota Tomohon, Tanaman Hias, Objek Wisata, Arsitektur Organik
GMIM CENTER DI TOMOHON: Arsitektur Simbolis Keyvin I. L. Rembon; Ricky M.S. Lakat; Steven Lintong
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 12 No. 4 (2023): DASENG Volume 12 Nomor 4, Oktober 2023
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gereja Masehi Injil Minahasa (GMIM) adalah sebuah denominasi Kristen Protestan yang mendalam dan sangat berpengaruh di wilayah Sulawesi Utara, Indonesia. Kebutuhan akan fasilitas rohani bagi jemaat GMIM di wilayah ini merupakan suatu aspek yang sangat penting, namun belum sepenuhnya terpenuhi. Meskipun Sinode GMIM telah menyediakan berbagai fasilitas seperti gereja, sekolah, perguruan tinggi, kantor Sinode, dan rumah sakit, pembangunan Gedung Serbaguna yang dikenal sebagai GMIM CENTER masih terabaikan. Hal ini menjadi relevan mengingat wilayah Sinode GMIM yang luas dan beragam kegiatan yang diadakan setiap tahun di tingkat Sinode. Tujuan utama penelitian ini adalah merancang GMIM CENTER dengan pendekatan tema Arsitektur Simbolis, menciptakan bangunan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai karya arsitektur yang memancarkan nilai-nilai kekristenan. Penelitian ini mencari solusi bagaimana merancang GMIM CENTER yang mampu menampung berbagai kegiatan jemaat GMIM dengan tema arsitektur simbolis. Penelitian ini juga berupaya menciptakan bangunan serbaguna yang dapat memenuhi kebutuhan jemaat GMIM serta menjadi lambang kekristenan. Kendati terdapat keterbatasan sumber daya dan data, diharapkan penelitian ini akan memberikan pandangan yang berharga dalam merancang GMIM CENTER yang menjadi bagian penting dalam kehidupan jemaat GMIM di Sulawesi Utara. Kata Kunci: GMIM, Arsitektur Simbolis, Tomohon
RESTORAN APUNG UMKM DI LIKUPANG: Arsitektur Metafora Felia S.M. Adriaan; Sonny Tilaar; Ricky M.S. Lakat
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 13 No. 1 (2024): DASENG Volume 13 Nomor 1, Februari 2024
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Likupang adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara yang memiliki potensi pengembangan kawasan wisata. Wilayah Likupang telah di tetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan menjadi salah satu dari 5 Destinasi Superprioritas di Indonesia. Kawasan Ekonomi Khusus Likupang mendukung beberapa pengembangan pariwisata seperti pengembangan hotel dan resort, restoran, bar dan café, hiburan, seni, dan wisata petualangan. Selain pengembangan pariwisata pemerintah setempat beserta Kementrian Koperasi dan UKM juga sedang mengembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang akan dikembangkan bersama dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang. Restoran Apung UMKM di Likupang merupakan respon dari upaya pengembangan kawasan wisata khususnya wisata kuliner dan sebagai wadah bagi UMKM untuk menjual dan mempromosikan hasil olahan dari UMKM sekitar. Perencanaan Restoran Apung melibatkan analisa topografi, iklim di Minahasa Utara, dan studi teknis konstruksi bangunan terapung. Penerapan Arsitektur Metafora dalam perancangan Restoran Apung dituangkan kedalam desain bentuk bangunan, sirkulasi dan penempatan, dan eksterior bangunan. Dengan adanya Restoran Apung UMKM ini diharapkan bisa menjadi inspirasi untuk pengembangan dan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan kawasan wisata khususnya wisata kuliner di Minahasa Utara dan sekitarnya. Kata Kunci: Restoran Apung, UMKM, Likupang Timur, Arsitektur Metafora
MUSEUM BENCANA ALAM PALU: Arsitektur Interaktif Chika A. P. Pangandaheng; Ricky M.S. Lakat; Amanda S. Sembel
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 13 No. 1 (2024): DASENG Volume 13 Nomor 1, Februari 2024
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Palu merupakan kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tanggal 28 September 2018 terjadi satu bencana yang besar. Dalam peristiwa ini terjadi 3 bencana alam sekaligus dalam satu kurun waktu yaitu Gempa Bumi, Likuifaksi dan Tsunami. Bencana ini mengakibatkan 68.451 rumah rusak, korban jiwa mencapai 4.340 orang yang hilang dan meninggal, dan 4.438 luka-luka. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2019). Berdasarkan dengan hal tersebut, maka di perlukan adanya sarana edukasi sebagai tempat pembelajaraan bagi masyarakat tentang bencana alam dan juga sebagai tempat bersejarah untuk mengenang peristiwa tersebut berupa museum. Dengan hadirnya objek museum ini diharapkan dapat memberikan edukasi penyebab, dampak dan penanggulangan bencana alam kepada masyarakat luas. Arsitektur interaktif adalah pendekatan arsitektur yang mengabungkan elemen-elemen interaktif dan teknologi dalam perancangan ruang dan bangunan dengan tujuan untuk menciptakan pengalaman yang lebih berarti dan berinteraksi antara pengunjung dan lingkungan arsitektural. Objek museum ini dirancang untuk mengenang dan sebagai sarana pembelajaran tentang bencana alam yang terjadi di Kota palu. Dalam hal ini, arsitektur interaktif dapat membawa pengunjung lebih dekat dengan pengalaman bencana alam yang di alami oleh masyarakat Palu. Melalui penggunaan teknologi interaktif seperti proyek visual, sensor gerak, suara dan haptic pengunjung dapat merasakan secara langsung suasana dan kejadian yang terjadi. Selain itu, dengan arsitektur interaktif dapat mempermudah pengunjung dalam memahami informasi mengenai bencana alam, sehingga dapat meningkatkan minat belajar tentang bencana alam. Kata Kunci: Palu, Museum, Arsitektur Interaktif