Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kontroversi Implementasi Asbāb Al-Nuzūl dalam Sūrah al A’rāf ayat 189 Ana Miftahul Hidayah; Masruhan
Taqaddumi: Journal of Quran and Hadith Studies Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.648 KB) | DOI: 10.12928/taqaddumi.v2i1.6202

Abstract

The scholars argued that there are several differences in the total and khabar on asbāb al-nuzūl of Sūrah al A‘rāf verse 189. These differences definitely lead to a number of controversies regarding the understanding of the verse. This paper verifies this problem by comparing the opinions of muhadditsīn and mufassirīn scholars, so that it is clear which argument is more appropriate to apply to the verse. The researcher concludes that the majority of scholars do not include khabar of Asbāb al-nuzūl of Sūrah al A'rāf verse 189 for two reasons. First, asbāb al-nuzūl contains Isrā’iliyyāt. Second, the substance of asbāb al-nuzūl is not in accordance with the value of 'Aqeedah Iman to Rasul because it states that Prophet Adam had committed shirk by following the whispers of the devil and naming his son with the name of the devil so that he would live. Ada perbedaan jumlah dan khabar pada Asbāb al-nuzūl Surat al A’rāf  ayat 189 yang dinyatakan oleh para ulama. Perbedaan ini mengundang banyak kontroversi sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman terhadap ayat tersebut. Tulisan ini mengkaji problem tersebut dengan mengkomparasikan pendapat ulama muhadditsīn dan mufassirīn, sehingga dapat diketahui hujjah mana yang lebih tepat diterapkan pada ayat tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas ulama tidak mencantumkan riwayat Asbāb al-nuzūl  pada Surat al A’rāf ayat 189 dikarenakan dua hal. Pertama, asbāb al-nuzūl tersebut berisi tentang Israiliyyat. Kedua, subtansi asbāb al-nuzūl tidak sesuai dengan nilai akidah Iman kepada Rasul karena menyatakan bahwa Nabi Adam pernah melakukan syirik dengan mengikuti bisikan setan dan menamai anaknya dengan nama setan supaya ia hidup.
Analisis Dakhil Dalam Tafsir Jami Al-Bayan ‘An Takwil Ayi Al-Qur’an Tentang Ayat-Ayat Kisah Ride, Ahmad Rozy Ride; Masruhan; Mohd Zhuhron Azzani
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir Vol. 7 No. 1 (2024): Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir
Publisher : Jawa Timur: Prodi. Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin IAI Tarbiyatut Tholabah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58518/alfurqon.v7i1.2607

Abstract

The development of the interpretation of the Qur'an includes the interpretation of the meaning contained in the Qur'an, as well as its application and contextualization in everyday life. The product of the interpretation of the Qur'an produced by the mufassir, is not always the same or in harmony with each other. Expertise, tendencies and methods used by mufassirs, become some of the main factors causing differences in interpretation. al-Dakhi>l in the term mufassir, is an interpretation or interpretation that does not have the slightest origin in religion, with the aim of destroying the content of the Qur'an. Therefore, the science of al-dakhi>l is needed to clean and parallelize the Qur'an from things that are not actually from the Qur'an. This study will describe the al-dakhi>l done by one of the mufassirs, Imam Thabari. The research model used, namely qualitative research by applying the type of library research. The results of this study indicate that there are several interpretations of Imam Thabari on the verses of the Qur'an including al-dakhi>l. Especially in the verses about the story in the Qur'an; as well as the use of dha'if hadith, aqwal shahabi, and tabi'in which are dha'if in Surah al-Kahfi; another thing is also found in Surah al-Naml, namely the use of Israiliyyat History.
A STUDY OF THE CHARACTERISTICS OF THE TAFSIR FI< Z{ILA Wildah Nurul Islami; Masruhan; Muhammad Naufal Hakim
Qolamuna : Jurnal Studi Islam Vol. 10 No. 01 (2024): Juli 2024
Publisher : STIS MIFTAHUL ULUM LUMAJANG PRESS (STISMU PRESS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/qolamuna.v10i01.1816

Abstract

Tafsir fi Dzilal al-Qur’an karya Sayyid Qutb merepresentasikan kondisi sosial dan politik di Mesir yang bergejolak. Dengan berbekal pada keilmuan yang dimilikinya, Qutb telah menghasilkan karya tafsir yang memiliki karakteristik berbeda dengan sebelumnya. Seringkali kritik dari pakar ulama tafsir ditujukan padanya atas paradigma berpikir yang dianggap ekstrim termasuk dalam penafsiran ayat Al-Qur’an. Dalam tulisan ini, penulis akan fokus menganalisis karakteristik tafsir fi Dzilal al-Qur’an dan signifikasinya terhadap nilai-nilai maqasid al-qur’an. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan library research. Untuk mendapatkan data-data hasil penelitian, maka digunakan dokumentasi sebagi metode pengumpulan data dan content analysissebagai metode analisis data. Hasil penelitian ini mencakup dua hal. Pertama, karakteristik dalam tafsir ini bisa dilihat dari paradigma tafsir Qutb sebagai basis penafsirannya, yaitu adanya transformasi pandangan terhadap Al-Qur’an; dari tujuan sastrawi ke purifikasi dan gagasan hermeneutis berbasis paradigma teokratik. Kedua, terdapat signifikansi penafsiran ayat terhadap nilai-nilai maqasid al-qur’an yaitu nilai keadilan, tanggung jawab dalam ketauhidan, kemanusiaan (kejujuran, kesabaran, kesopanan tingkah laku, jalinan kasih sayang, rendah hati atau tidak sombong, persatuan dan kesatuan), persamaan kedudukan manusia dan pendidikan akhlak. Keywords : tafsir fi Dzilal al-Qur’an, Sayyid Qutb,signifikansi,maqasid al-qur’an  
Analisis Surah Al-Maidah Ayat 87 dan Relasinya tentang Sertifikasi Produk Halal MUI Alif Hibatullah; Masruhan
Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan Vol 21 No 01 (2024): Jurnal Mutharahah : Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan
Publisher : LPPM Institut Agama Islam Diniyyah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46781/al-mutharahah.v21i01.999

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisa surah al-Maidah ayat 87 dan verifikasi produk halal yang dilakukan MUI. Kemudian mencari korelasi antara keduanya. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan data yang diperoleh dari artikel ilmiah sehingga disebut library research. Hasil penelitian menujukkan surah al-Maidah ayat 87 menghimbau agar kaum muslim tidak berlebihan dalam beragama sehingga mengharamkan apa yang Allah halalkan, dan mengambil hukum halal dan haram, padahal yang demikian itu adalah hak prerogratif Allah. Pemerintah melalui MUI saat ini berwenang memberi putusan halal dan haram melalui aturan verifikasi produk halal, menjadikan konsumen merasa tidak khawatir akan produk yang dikonsumsinya. Korelasi antara surah al-maidah ayat 87 dengan aturan MUI verifikasi produk halal adalah hanya Allah yang punya hak prerogatif menentukan hukum halal dan haram, sedangkan saat ini proses verifikasi produk halal hanya dibawah wewenang MUI dan didasarkan pada dalil-dalil yang jelas dari Alquran dan Sunnah. MUI sebagai badan otoritatif dalam hal ini, harus memastikan bahwa proses verifikasi produk halal didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang jelas dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Kata Kunci: Al-Maidah ayat 87; halal dan haram 2; MUI 3; korelasi
Polemik Nasikh Mansukh dalam QS. al-Nahl: 101: Relevansi dan Kontekstualisasinya Khotami, Ahmad Izzuddin; Masruhan
JADID: Journal of Quranic Studies and Islamic Communication Vol. 4 No. 02 (2024): September
Publisher : Universitas Kiai Abdullah Faqih (UNKAFA) Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33754/jadid.v4i02.903

Abstract

Nasikh mansukh merupakan konsep yang menimbulkan polemik dalam studi Al-Qur’an. Khususnya, QS. al-Nahl: 101 yang sering dikutip sebagai contoh naskh. Tulisan ini membahas berbagai penafsiran, relevansi, dan kontekstualisasi ayat tersebut. Penafsiran tradisional menegaskan bahwa naskh terjadi ketika ayat-ayat Allah menggantikan yang lainnya, namun pandangan ini dipertanyakan oleh beberapa sarjana modern. Mereka mengklaim bahwa konsep ini menunjukkan evolusi hukum Allah yang terbuka terhadap perubahan konteks sosial. Kontekstualisasi naskh dalam konteks kontemporer juga diperdebatkan. Beberapa ulama menegaskan bahwa prinsip naskh relevan dalam hukum Islam modern, sementara yang lain menolaknya karena pengaruh sosial dan kontekstualisasi. Oleh karena itu, polemik mengenai nasikh Mansukh mencerminkan kompleksitas dalam memahami Al-Qur'an dan kontekstualisasinya dalam konteks zaman. Kesimpulannya, pemahaman terhadap QS. al-Nahl: 101 memerlukan penelitian mendalam yang memperhatikan konteks historis dan interpretasi kontemporer.
The Dynamics of Torture and Mass Murder in the Story of Ashab Al-Ukhdud: A Tafsir Analysis of the Legal and Humanitarian Aspects in Q.S. Al-Buruj According to Sayyid Qutb Muhammad Syamsul Munir; Masruhan
Maklumat: Journal of Da'wah and Islamic Studies Vol. 3 No. 1 (2025)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/maklumat.v3i1.49

Abstract

This study analyzes the interpretation of legal and humanitarian aspects in Surah Al-Buruj, according to Sayyid Qutb in Fi Zilal al-Qur'an, to understand the dynamics of torture in the story of Ashab Al-Ukhdud. Through a qualitative methodology and thematic interpretation approach, the study examines Sayyid Qutb's thoughts on the story of Ashab al-Ukhdud and its relevance to modern social, political, and humanitarian issues. The research highlights the importance of divine justice as a means of resistance against unjust rulers and relates the story of Ashab Al-Ukhdud to the challenges of genocide and human rights violations. The findings emphasize the integration of legal and humanitarian values with Qur'anic texts in contemporary tafsir, contributing to a better understanding of how these values can be applied in a modern context. This study offers insights into the interpretation of Qur'anic texts and their implications for addressing current societal issues..
Konstruksionisme Sebagai Paradigma Epistemologi: Konsep dan Penerapannya Dalam Penelitian Sosial Ananda Prayogi; Masruhan; Moh Hasbulloh
The Indonesian Journal of Social Studies Vol 6 No 1 (2023): July
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/ijss.v6n1.p28-39

Abstract

Paradigma epistemologi konstruksionisme penting dipaparkan karena hal ini menjadi pondasi dalam berpikir dan memandang bentuk sumber pengetahuan, apakah itu berupa hakikat yang sebenarnya atau sesuatu yang dibangun oleh masyarakat, sehingga, melalui paradigma ini seseorang dalam melakukan penelitian secara lebih akurat. Artikel ini memiliki tujuan untuk memaparkan secara komprehensif terkait paradigma epistemologi konstruksionisme sebagai landasan dalam penelitian sosial, baik itu dalam tataran konsep maupun penerapannya. Dengan menggunakan metode penelitian pustaka dan pendekatan kualitatif, tulisan ini menggunakan analisis deskriptif untuk menggali data pada berbagai sumber. Adapun sumber data utama dalam tulisan ini adalah buku berjudul “The Foundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research Process” yang ditulis oleh Michael Crotty, sedangkan sumber data penunjang adalah berbagai buku ilmiah, artikel jurnal, dan beberapa dokumen lain yang dapat dipercaya. Hasil dari tulisan ini menunjukkan bahwa konstruksionisme merupakan salah satu paradigma dalam epistemologi yang dapat dijadikan basis berpikir untuk melakukan penelitian sosial, baik itu penelitian lapangan seperti pendekatan fenomenologi maupun penelitian pustaka seperti pendekatan hermeneutik. Selain itu, paradigma epistemologi ini saat diterapkan dalam penelitian sosial akan selalu mengikuti 4 elemen pokok, yaitu epistemologi, sudut pandang teoritis, metodologi, dan metode.