Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Meningkatkan minat baca anak usia dini dengan mendongeng Syafrina, Rizqi
Masyarakat Berdaya dan Inovasi Vol 1, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Research and Social Study Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.841 KB) | DOI: 10.33292/mayadani.v1i2.18

Abstract

Membaca buku merupakan salah satu jendela dari ilmu pengetahuan, dimana dengan buku seseorang bisa mendapatkan pengetahuan baru. Namun saat ini buku mulai ditinggalkan, anak-anak mulai lebih mengenal gadget, baik itu berupa tontotan televisi, telepon seluler maupun permainan elektronik lainnya. Pada sekolah Ra. Tarbiyatunsibyan banyak anak yang menyukai aktivitas menonton atau memainkan telepon seluler. Saat dilakukan aktivitas membaca, anak cenderung terlihat mengantuk dan sesekali terlihat merebahkan badan saat guru bercerita. Sedangkan menurut Kasiyun (2015) minat baca merupakan kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena penguasaan iptek hanya dapat diraih dengan minat baca yang tinggi, buka kegiatan menyimak atau mendengarkan. Dalam hal ini minat membaca perlu kembali ditingkatkan kembali mulai dari anak usia dini. Meningkatkan minat baca dapat dilakukan dengan kegiatan mendongeng. Utomo (2014) mengatakan ini aktivtas mendongeng merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan dimana dapat membantu anak untuk menyukai bahasa, membantu pencapaian perkembangan dalam pembelajaran emosi, meningkatkan suasana belajar dan mengenalkan nilai-nilai baru serta nilai-nilai budaya pada anak. Dalam hal ini diharapkan aktivitas mendongeng juga dapat menumbuhkan minat baca anak agar setelah anak menyukai aktivitas membaca, anak akan merasakan manfaat dari kegiatan membaca.
Pengaruh Cognitive Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Dalam Komunikasi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda Syafrina, Rizqi; Putri, Ika Apriati Widya
Pendas Mahakam : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol. 4 No. 2 (2019)
Publisher : Teacher Training and Education Faculty, Widya Gama Mahakam Samarinda University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/pm.v4i2.449

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Cognitive Behavior Therapy terhadap Kecemasan dalam Komunikasi pada mahasiswa tingkat akhir. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, yaitu pada angkatan 2015. Pada pelaksanaan penelitian, terdapat penurunan subjek dari 10 orang menjadi 4 orang dikarenakan alasan pribadi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Personal Report of Communication Apprehension (PRCA-24) dari McCroskey. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan bentuk one group pretest-postest design, yaitu desain kelompok tunggal tanpa kelompok pembanding. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan uji Wilcoxon t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan Cognitive Behavior Therapy tidak mengurangi kecemasan dalam komunikasi secara signifikan pada mahasiswa tingkat akhir (z=-1.604, p=0.109). Namun demikian, CBT cukup mampu menjalankan fungsinya untuk menurunkan kadar kecemasan dalam komunikasi, hal ini ditunjukkan dengan turunnya skor skala Personal Report of Communication Apprehension (PRCA-24) subjek penelitian. 
PENGARUH PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 4-6 TAHUN: Indonesia Syafrina, Rizqi
Pendas Mahakam : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol. 7 No. 2 (2022): December
Publisher : Teacher Training and Education Faculty, Widya Gama Mahakam Samarinda University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/pm.v7i2.1164

Abstract

Perkembangan Bahasa adalah salah satu perkembangan yang dapat dilihat dengan baik setiap tahapan perkembangannya. Anak dapat mempelajari perkembangan Bahasa dengan meniru dari orang-orang di sekitarnya (Ormrod, 2009). Disini dapat diketahui jika semain banyak anak mendengar, semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak. Walaupun pada keadaan di lapangan, ada beberapa anak hanya sebatas meniru tanpa mengetahui makna kata yang ditiru. Sebaliknya jika anak jarang melakukan interaksi dengan orang lain atau kurang mendengar baik itu melalui media seperti televisi, handphone dan media lainnya. Perbendaharaan anak yang dimiliki anak akan terbatas. Saat ini banyak keluhan dari orangtua mengenai anak yang cenderung pasif karena berbicara karena lebih cenderung menggunakan gadget, baik itu untuk menonton maupun bermain game. Orangtua mengatakan jika saat mereka beraktivitas, anak akan cenderung lebih tenang jika diberi gadget. Orangtua merasakan terbantu saat mereka beraktivitas dan anak tidak menganggu orangtua. Anak akan sibuk bermain dengan gadget yang diberikan orangtua. Hal ini sesuai yang diungkapkan Novianti dan Garzia (2020) dimana gadget bisa menjadi masalah besar karena saat orangtua sibuk bekerja, orangtua menganggap saat mereka tidak menemani, anak-anak yang bermain gadget tidak kesepian. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan gadget terhadap perkembangan Bahasa anak usia 4-6 tahun. Subjek peneltian ini adalah orangtua yang memiliki anak usia 4-6 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Teknik statistic yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian yaitu teknik korelasi product moment dengan Pearson. Dimana hasil penelitian menunjukkan hipotesis ditolak. Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan perkembangan Bahasa anak usia empat sampai 6 tahun (p = 0.151).
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU ALTRUISME PADA ANAK USIA DINI Brantasari, Mahkamah; Syafrina, Rizqi
Pendas Mahakam : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Vol. 8 No. 2 (2023): December
Publisher : Teacher Training and Education Faculty, Widya Gama Mahakam Samarinda University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pola asuh merupakan kegiatan orangtua yang secara konsisten dan berkelanjutan dalam membimbing dan menjaga anak mulai dari kelahiran hingga menjelang dewasa (Djamarah, 2014). Dari uraian yang telah disampaikan maka hal yang ingin diketahui adalah apakah ada pengaruh dari masing-masing pola asuh yang diterapkan terhadap perilaku altruisme anak usia 4-6 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, pada penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan seperangkat pertanyaan tertuang dalam kuisioner yang di buat pada aplikasi google form kemudian dishare atau disebarluaskan kepada responden yaitu orangtua yang memiliki anak usia 4-6 tahun, dengan menggunakan media WhatsApp. Uji hipotesis yang pada tiap-tiap variabelnya menunjukkan bahwa pada pola pengasuhan otoriter ( X1) dinyatakan bahwa tidak memiliki pengaruh apapun terhadap perilaku altruisme karena faktor lainnya lebih memberikan pengaruh hingga 100%. Pada variabel pola asuh demokratis juga menunjukkan bahwa hanya memiliki 11,6% saja pengaruh terhadap perilaku altruisme, dan pada variabel pola asuh permisif (X3) juga menunjukkan bahwa hanya memberikan pengaruh sebesar 3% pada perilaku altruisme, yang mana selebihnya tentu saja di pengaruhi oleh faktor yang lainnya. Kata kunci: Pola Asuh Terhadap Perilaku Altruisme, Perilaku Altruisme Pada Anak
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KERJASAMA ANAK MELALUI ULAR NAGA DI KB AL MARDHIYYAH SAMARINDA Arca, Yuni; Syafrina, Rizqi; reni ardiana
SISTEMA: Jurnal Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2024): Sistema: Jurnal Pendidikan
Publisher : Teacher Training and Education Faculty, of Widya Gama Mahakam Samarinda University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/sjp.v5i1.1818

Abstract

The lack of social skills and cooperation of the children contributes to internalization problems among the children. Children who tend to behave individually, have difficulties getting along with others, aggressive and difficult to control, are included in this category. According to study conducted at KB Al Mardhiyyah, social skills of the students were still problematic. It was found that students had a lack of self-awareness when it came to apologizing to and forgiving friends, and that they had no sense of responsibility or concern for their fellow friends. This observation led the researcher to develop ideas, suggestions, or plans for conducting classroom action research. The purpose of this Classroom Action Research (CAR) was to improve children's social skills and cooperation through activities such as a dragon snake game. In this study, 35 students were included as subjects of the study. Classroom Action Research was carried out in two cycles. In each cycle, there were four steps: planning, action, observation, and reflection. Based on the results of this study, we concluded that learning through dragon snake game improved social skills and cooperative of the students at KB Al Mardhiyyah Sungai Pinang Samarinda, as seen from the comparison of observations made prior to the action/pre-cycle, cycle 1 and cycle II. The results of these influences can be seen from the success indicators, which reached 77.42% from the previous success percentage of just 52.86 Keywords: social skills, cooperation, dragon snake game
Workshop Teknik Penulisan Skripsi Untuk Meningkatkan Self-Eficacy Mahasiswa Semester Akhir Syafrina, Rizqi
Jurnal Pengabdian Kreativitas Pendidikan Mahakam (JPKPM) Vol. 2 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.749 KB) | DOI: 10.24903/jpkpm.v2i1.863

Abstract

Sebagai mahasiswa tingkat akhir dalam menempuh pendidikan strata satu tugas yang wajib diselesaikan adalah mengerjakan skripsi. Saat mengerjakan skripsi mahasiswa banyak sekali mengalami hambatan, baik itu di dalam diri sendiri maupun pengaruh dari lingkungan. Dalam hal ini mahasiswa membutuhkan niat yang kuat dan semangat dalam mengatasi setiap hambatan yang muncul dalam mengerjakan skripsi. Mahasiswa membutuhkan keyakinan agar dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik dan menggunakan waktu dengan efektif. Menurut Bandura (Permana dkk., 2016) Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mampu melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dan mengatasi rintangan. Untuk meningkatkan Self-efficacy mahasiswa semester akhir ini, peneliti melakukan workshop “Teknik Penulisan Skripsi” untuk meningkatkan Self-efficacy mahasiswa. Workshop “Teknik penulisan skripsi” ini harapannya sebagai pembekalan pada mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis skripsi. Jika mahasiswa memiliki kemampuan dalam teknik penulisannya skripsi, harapannya mahasiswa mmemiliki keyakinan untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bruder & Furey (Solikhah, 2014) Academic writing membantu mahasiswa dalam menguasai salah satu kemampuan menulis yang sesuai dengan penutur aslinya dan menulis hasil penelitian. Jika mahasiswa sudah menguasai teknik penulisan skrisi ini, harapannya mahasiswa dapat lebih mudah dalam melakukan penyelesaian skripsi.
PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Maren, Karissa Tiara; Ardiana, Reni; Brantasari, Mahkamah; Aslindah, Andi; Syafrina, Rizqi
TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/teaching.v5i3.6979

Abstract

ABSTRACT This study aims to find out how teachers play a role in supporting children to become more independent by implementing project-based learning, with the research conducted at PG-TK Fastabiqul Khairat. Children’s independence is an important aspect of early childhood development, as it helps them build self-confidence, responsibility, and the ability to solve problems independently. Project-based learning is applied as an approach that provides direct learning experiences through exploration and real problem-solving. This research uses a qualitative approach. Data were collected through several stages, including preparation by developing research instruments and obtaining permission, data collection through observation, interviews, and documentation, and then followed by data analysis through reduction, presentation, and drawing conclusions in line with the focus of the research. The results of the study show that teachers play roles as educators, facilitators, and motivators in the process of project-based learning. Teachers give children the freedom to explore their ideas, make their own decisions, and guide them in completing the projects given. In addition, teachers also build a supportive learning environment and appreciate every effort made by the children. Through project-based learning, children at PG-TK Fastabiqul Khairat were able to demonstrate independence by completing projects and working collaboratively with their peers. The findings of this study indicate that the role of teachers in implementing project-based learning has a significant influence on the development of children’s independence. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana guru berperan dalam mendukung anak agar lebih mandiri dengan cara menerapkan pembelajaran berbasis proyek, dan lokasi penelitian dilakukan di PG-TK Fastabiqul Khairat. Kemandirian anak merupakan aspek perkembangan yang penting bagi anak usia dini, karena membantu anak dalam mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab, serta kemampuan dalam memecahkan masalah secara mandiri. Pembelajaran berbasis proyek diterapkan sebagai pendekatan yang memberikan pengalaman belajar langsung melalui eksplorasi dan pemecahan masalah nyata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan tahapan penelitian meliputi persiapan dengan menyusun instrumen dan perizinan, pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dilanjutkan dengan analisis data melalui reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan fokus penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru memiliki peran sebagai pendidik, fasilitator, motivator dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi ide-ide anak, anak dapat mengambil keputusan sendiri, serta guru membimbing anak dalam menyelesaikan proyek yang di berikan. Selain itu, guru juga membangun lingkungan belajar yang mendukung serta mengapresiasi setiap usaha yang dilakukan anak. Dengan pembelajaran berbasis proyek, anak-anak di PG-TK Fastabiqul Khairat dalam aspek kemandirian mampu menyelesaikan proyek serta berkerja sama dengan teman sebaya dalam pembelajaran berbasis proyek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian anak.
Pengaruh keteladanan dan pola asuh orangtua terhadap egosentrisme anak usia dini Syafrina, Rizqi; Brantasari, Mahkamah; Ardiana, Reni; Ika Pratiwi, Yuni Ika Pratiwi; Risela Echaristy, Auditia; Meyssi, Monika
Jurnal Warna : Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini Vol. 10 No. 2 (2025): September
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/jw.v10i2.2121

Abstract

This study aims to analyze the influence of parental role modeling and parenting styles on egocentrism in early childhood. The age of 4–6 years is considered a golden age, serving as a critical foundation for personality and character development, where parents play a central role in shaping children’s social behavior. This research employed a quantitative method with a survey approach. The participants were 177 parents of children aged 4–6 years. Data were collected using a Likert-scale questionnaire and analyzed through Spearman’s correlation test, as the data were not normally distributed. The findings indicate that parental role modeling has a significant relationship with children’s egocentrism; the higher the level of role modeling, the lower the tendency of egocentric behavior. Parenting styles also showed a significant relationship, although the effect was weaker than that of role modeling. Furthermore, a positive correlation was found between parental role modeling and parenting styles. Among the parenting styles, the democratic approach was identified as the most influential in reducing egocentric tendencies in early childhood. In conclusion, this study emphasizes the importance of parental role modeling and parenting styles in minimizing egocentrism during early childhood. Providing consistent positive role models and applying democratic parenting can effectively foster healthier social attitudes in children.
Webinar “Mengenal Egosentrisme Anak Usia Dini” Syafrina, Rizqi; Brantasari, Mahkamah; Ardiana, Reni; Pratiwi, Yuni Ika; Echaristy, Auditia Risela; Meyssi, Monika
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 4 (2025): Edisi Oktober - Desember
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i4.7033

Abstract

Salah satu permasalahan aspek perkembangan sosial emosi yang paling sering dibahas oleh orangtua yang memiliki anak usia dini adalah egosentrisme. Egosentrime adalah ketidakmampuan seseorang dalam membedakan sudut pandang diri sendiri dan sudut pandang orang lain. Permasalahan yang biasa muncul pada egosentrime yang sering dikeluhkan orangtua dan guru yaitu anak cenderung marah jika keinginannya tidak dituruti dan menangis tantrum jika keinginannya tidak terpenuhi. Selain itu anak tidak mau mengantri atau bergantian saat melakukan sesuatu bersama anak lain. Anak juga cenderung melakukan sesuai sesautu sesuai dengan kemauannya, sehingga saat mulai menerapkan peraturan, orangtua ataupun guru terkadang kesulitan. Perkembangan aspek sosial emosi terbentuk dari belajar. Lingkungan pertama anak usia dini untuk belajar adalah orangtua.  Berdasarkan permasalahan di atas, maka diadakan webinar untuk orangtua dan guru untuk mengenal dan memahami egosentrisme. Harapannya dengan orangtua dan mengetahui dinamika egosentrisme anak usia dini, orangtua dan guru dapat menerapkan pengasuhan dan pendidikan yang tepat untuk mengurangi egosentrime anak usia dini. Kegiatan webinar “Egosentrisme anak usia dini” diketahui memiliki manfaat bagi peserta. Peserta mengetahui mengenai faktor penyebab egosetrisme, dampak yang dialami anak jika egosentrisme tidak di tangani dengan baik. Peserta memahami cara penanganan jika anak berada dalam fase egosentrisme di rumah dan di sekolah.