Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Keanekaragaman Makrofungi Basidiomycota di Desa Barumanis dan Kawasan Hutan Sekitarnya, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong Vero Neka Emelda; Welly Darwis; Risky Hadi Wibowo; Sipriyadi Sipriyadi; R R. Sri Astuti
Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya (SN-Biosper) Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya III Tahun 2021
Publisher : Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya (SN-Biosper)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makrofungi merupakan fungi yang dapat dilihat dengan mata secara langsung, sebagian makrofungi hidup ditanah dan sebagian hidup sebagai safrofit pada tanaman dan ada juga yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman. Fungi Basidiomycota adalah fungi yang memiliki basidiokarp atau tubuh buah yang besar yang dapat dilihat dengan mata secara langsung  dan memiliki ciri-ciri diantarannya mempunyai basidium dan koneksi penjepit. Desa Barumanis terletak di Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong,  Provinsi Bengkulu. Kawasan di sekitar hutan Desa Barumanis memiliki suhu yang dingin sehingga berpotensi memiliki keanekaragaman makrofungi khususnya filum  Basidiomycota.  Karakteristik kawasan lingkungan Desa Barumani terletak di kawasan kaki Bukit Daun dimana sebagian besar wilayahnya merupakan  perkebunan dan pertanian. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jenis makrofungi filum Basidiomycota yang tumbuh di Desa Barumanis dan kawasan hutan sekitarnya Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode jelajah (Cruise Method) yaitu dengan menjelajahi Desa Barumanis dan kawasan hutan sekitarnya, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. kemudian data yang diperoleh diolah secara analisis deskripsi kualitatif. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan spesies makrofungi yaitu Homidicutis marginata, Lycoperdon pyorforme, Fomitopsis rosea, Tramella fuciformis, Ganoderma lobatum, Auricuaria americana, Mycena fumosa, Baespoora myosura, Baespoora myosura, Galerina autumnalis, Phelinus gilvus, Hyplohoma acutum, Laccaria amethystina, Cantharellus cinnabarinus, Coprinus variegatus, Mycena leptothepalla, Agrocybe cylindracea, Stereum ostrea, Pleorotus sp. Makrofungi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi keanekaragaman jenis makrofungi dari filum Basidiomycota di Desa Barumanis dan kawasan hutan sekitarnya Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong dan melengkapi data makrofungi yang terdapat di Provinsi Bengkulu.
Efektivitas Ekstrak Batang Arcangelisia flava Merr. sebagai Afrodisiaka pada Mencit Jantan dan Betina Santi Nurul Kamilah; Eka Fitri Siti Andriyani; Dea Ananda Putri; Sri Astuti; Syalfinaf Manaf; Hari Marta Saputra
BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains Vol 5 No 1 (2022): BIOEDUSAINS:Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.038 KB) | DOI: 10.31539/bioedusains.v5i1.2426

Abstract

This study aimed to analyze the effect of the stem extract of the yellow root plant (Arcangelisia flava Merr.) from Enggano Island on the introduction and locomotor activity of male and female mice (Mus musculus L.). The method used is an experiment with a completely randomized design. The treatment variations were extracted at a dose of 150 mg/kgBW, 200 mg/kgBW and 250 mg/kgBW, Neo Hormoviton capsules at a 200 mg/kgBW dose as a positive control, and without extract or strong drug as a negative control. The results showed that the administration of the extract caused an increase in the introduction activity, but the activity decreased with the increase in the dose of the given extract. Meanwhile, an increase in locomotor activity occurred at a dose of 250 mg/kgBW, while the doses of 150 mg/kgBW and 200 mg/kgBW tended to cause a decrease. Duncan's further test showed that a dose of 250 mg/kgBW increased locomotor activity which was more significant in female mice but not significantly in male mice. In conclusion, the extract at a dose of 250 mg/kgBW can increase locomotor activity, higher than Neo Hormoviton capsules at 200 mg/kgBW in both male and female mice. Keywords: Aphrodisiac, Sexual Activity, Arcangelisia flava, Fitness
Pengaruh Konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine (BAP) dan Media Murashige and Skoog (MS) terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Subkultur ANGGREK Dendrobium sp. Woo Leng secara In Vitro Rimala Erisa; Steffanie Nurliana; Dedi Satriawan; R. R. Sri Astuti; M Marlin
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbanyakan anggrek Dendrobium sp. Woo Leng secara konvensional menghasilkan bibit terbatas sehingga perlu diperbanyak dengan teknik kultur jaringan dengan penambahan ZPT BAP dan media MS pada media kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi BAP dan media MS terhadap pertumbuhan dan perkembangan subkultur anggrek Dendrobium sp. Woo Leng secara in vitro. Eksplan berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hortikultura, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan ditanam 3 buah eksplan dalam 1 botol media lalu dipelihara dalam ruang kultur dan diamati 1 kali dalam 1 mingu selama 16 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi 0, 0,5, 1, 1,5, 2 ppm dan media MS dengan konsentrasi ½ MS dan MS full. Jumlah perlakuan yang digunakan adalah 10 perlakuan dengan 3 ulangan. Data yang didapat dianalisis dengan analisis varians (ANOVA), jika terdapat pengaruh yang nyata (FHitung>FTabel) maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil uji DMRT taraf 5% menunjukkan bahwa konsentrasi MS full merupakan konsentrasi yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan panjang akar (2,38 cm) dibanding dengan konsentrasi media ½ MS (1,36 cm), jumlah akar (7,02 akar) lebih baik dibanding dengan konsentrasi ½ MS (6,19 akar), tinggi planlet (4,01 cm) lebih baik dibanding dengan konsentrasi ½ MS (3,56 cm) dan jumlah daun (7,16 helai) lebih baik dibanding dengan konsentrasi ½ MS (6,04 helai). Rentang konsentrasi 1 sampai 2 ppm BAP (2,1 sampai 2,33 cm) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibanding konsentrasi 0 ppm BAP (1,08 cm) pada variabel panjang akar, konsentrasi 2 ppm BAP (8,06 akar) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi 0 (5,11 akar), 0,5 (5,78 akar) dan 1 ppm (6,78 akar) pada variabel jumlah akar, konsentrasi 0 ppm BAP (5,29 cm) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya pada variabel tinggi planlet, konsentrasi 0 ppm BAP (7,95 helai) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya pada variabel jumlah daun, rentang konsentrasi 1,5 dan 2 ppm BAP (2,22 dan 2,50 tunas) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya pada variabel jumlah tunas.
Pengaruh Konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine (BAP) dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Subkultur Anggrek Dendrobium Sp. Woo Leng secara In Vitro Fetri Rahmawidowati; Steffanie Nurliana; Dedi Satriawan; R. R. Sri Astuti; M Marlin
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi BAP dan sukrosa terhadap pertumbuhan dan perkembangan subkultur anggrek Dendrobium sp. Woo Leng secara in vitro. Bibit berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hortikultura, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Penelitian ini RAL faktorial terdiri dari 2 faktor, yaitu BAP 0, 1, 2 ppm dan sukrosa 10, 20, 30, 40 g/L. Data dianalisis dengan analisis varian (ANOVA) dan jika terdapat data yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang perlakuan BAP 0 ppm (2,08 akar) dan BAP 1 ppm (2,66 akar) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan BAP 2 ppm (0,97 akar) pada jumlah akar, rentang perlakuan BAP 0 ppm (1,22 cm) dan BAP 1 ppm (1,73 cm) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan BAP 2 ppm (0,97 cm) pada panjang akar, rentang perlakuan BAP 1 ppm 7,94 daun) dan BAP 2 ppm (8,17 daun) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan BAP 0 ppm (7,22 daun) pada jumlah daun, perlakuan BAP 1 ppm (1,63 tunas) merupkan perlakuan terbaik pada jumlah tunas. Perlakuan sukrosa 40 g/L (2,66 akar) merupakan perlakuan terbaik pada jumlah akar, sukrosa 40 g/L (1,77 cm) merupakan perlakuan terbaik pada panjang akar. Interaksi BAP dan sukrosa pada rentang perlakuan BAP 1 ppm dan sukrosa 30 g/L (8,88 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 10 g/L (8,44 daun), BAP 0 ppm dan sukrosa 40 g/L (8,22 daun), BAP 1 ppm dan sukrosa 40 g/L (8,22 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 30 g/L (8,22 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 20 g/L (8,00 daun), daun), BAP 1 ppm dan sukrosa 20 g/L (7,56 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 40 g/L (7,56 daun) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada jumlah daun Dendrobium sp. Woo Leng.
Pelatihan Pembuatan Herbarium Kering Pada Siswa Sekolah SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu Fatimatuzzahra; Sri Astuti; Steffanie Nurliana
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v4i2.976

Abstract

Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang telah diawetkan, baik dalam bentuk kering maupun basah. Kegiatan pembuatan herbarium ini, sebelumnya Pernah dilakukan di SMPIT Generasi Rabbani, namun hanya sebatas pengenalan saja, belum sampai ke tahapan untuk dikreasikan (sebagai hiasan). Tujuan kegiatan pengabdian ini, yaitu memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peserta didik terutama para siswi SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu terkait pemanfaatan tanaman sekitar sebagai pengayaan pembuatan herbarium kering untuk meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas para peserta didik dalam memanfaatkan tanaman sekitar sebagai media pembelajaran yang menarik. Metode kegiatan dilakukan melalui 3 tahapan, diawali dengan sosialisasi materi, pengumpulan tanaman sekitar sebagai bahan utama pembuatan herbarium kering, dan demonstrasi pembuatan herbarium untuk pengayaan koleksi laboratorium. Evaluasi penilaian menggunakan angket yang dibagikan setelah pelaksanaan kegiatan. Peserta dalam kegiatan ini terdiri dari 12 siswi kelas 7 yang didampingi oleh 3 orang guru. Saat kegiatan berlangsung, terlihat antusias para siswi ketika membuat herbarium kering yang dapat digunakan sebagai media pembelajranan dan hiasan dinding. Hal ini didukung oleh perolehan persentase hasil sebaran angket, yaitu lebih dari 50% para siswi menyatakan kegiatan pengabdian ini sesuai yang diharapkan, dan memberikan dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa terhadap pengenalan tanaman sekitar sekolah SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu
Pelatihan Pembuatan Spesimen Tumbuhan Dalam Blok Resin Untuk Media Pembelajaran Biologi Bagi Siswa Santi Nurul Kamilah Kamilah; Helmiyetti Helmiyetti; Rochmah Supriati; Sri Astuti; Steffanie Nurliana; Vestidhia Yunisya Atmaja
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 4 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i4.544

Abstract

Spesimen awetan biologi di dalam blok resin merupakan salah satu alat peraga yang menarik dan bermanfaat untuk meningkatkan minat serta pemahaman siswa dalam pelajaran biologi. Namun ketersediaannya masih sangat terbatas di sekolah-sekolah, termasuk di SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Oleh karena itu kami melakukan pelatihan pembuatan spesimen awetan biologi ini dengan sasarannya siswa dari sekolah tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa mengenai pembuatan spesimen awetan biologi dalam blok resin. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pemaparan materi, praktik pembuatan spesimen awetan daun dengan berbagai tipe ujung daun, evaluasi pencapaian dari pelaksanaan pelatihan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 96% siswa telah memahami cara dan mampu membuat spesimen awetan daun dalam blok resin dengan hasil yang cukup baik, namun kualitas dan tampilannya masih perlu ditingkatkan. Karya siswa ini dapat dimanfaatkan menjadi salah satu alat peraga pembelajaran khususnya mengenai variasi tipe ujung daun pada mata pelajaran biologi. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan ini telah memberi manfaat dalam meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pembuatan awetan spesimen dalam blok resin. Rencana lanjutan dari siswa adalah meneruskan informasi dan keterampilannya pada siswa lainnya, membuat awetan spesimen serangga dalam blok resin serta membuat karya seni berbahan resin berupa suvenir yang akan dipergunakan dalam kegiatan lomba karya seni siswa. Biological specimens preserved in resin blocks are fascinating instruments that can be used as a teaching aid to boost students' interest and comprehension in biology lectures. However, its availability in schools remains limited, especially at SMA Negeri 6 Bengkulu. Therefore, we conducted training on how to make the biological specimens preserved in resin blocks to boost students' awareness and inventiveness about the biological specimens preserved in resin blocks. The activity begins with an explanation of biological specimens, followed by a hands-on experiment of making preserved leaf specimens with various types of leaf tips and an evaluation of the activity's achievement. The evaluation results showed that about 96% of students understood how to prepare and were able to create specimens preserved in resin blocks, however, the quality still needed to be improved. This student's work can be used as a learning tool, particularly in biology classes on the lesson of leaf tip variances. The activities carried out contributed to enhancing students' knowledge of how to create preserved specimens in resin blocks. The students’ next plan is to share their skills and experience with other students, preserve insect specimens in resin blocks, and create resin art in the form of souvenirs to be applied in student art contest activities.