Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Aktivitas Antibakteri dan Analisis Fitokimia Ekstrak Metanol dari Daun Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) Risky Hadi Wibowo; Redo Setiawan; Welly Darwis; Sipriyadi Sipriyadi; Rochmah Supriati; Alfredi Anis Fadhila Ginting Sinisuka
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 27 No. 3 (2022): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.27.2.295

Abstract

Infectious diseases caused by microbes are increasing; the growth of microbes can be inhibited by using antibiotics. Continuous and inappropriate use of antibiotics causes microbes to become resistant. The resistance can be reduced by finding new sources of antibiotics, one of which is from the bird nest fern (Asplenium nidus). This study aimed to determine the potency and concentration of A. Nidus extract in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia coli ATCC 8739, Pseudomonas aeruginosa ATCC 15442, and Bacillus subtilis ATCC 19659. The extract was prepared using the maceration method with methanol as the solvent. Phytochemical tests include alkaloids, flavonoids, steroids, terpenoids, saponins, phenolics, tannins, and quinones. The minimum inhibitory concentration test was carried out on 12 treatments with three replications; the antimicrobial effectiveness test was carried out on seven treatments with five replications using the disc diffusion method. Phytochemical test results showed A. Nidus contains flavonoids, tannins, saponins, and phenolics. A. nidus extract has the potential to inhibit the growth of the testing pathogenic bacteria, with the most effective concentration on P. aeruginosa of 45% with an inhibitory zone was about 14,16 mm, on E. Coli started of 55% with an inhibitory zone was about 13,68 mm, on B. Subtilis of 65% with an inhibitory zone was about 14,80 mm and S. aureus was 75% with an inhibitory zone of 11,96 mm. Keywords: antibiotics, Asplenium nidus, Infectious disease
Potensi Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Rhizopus oryzae L. Morina Adfa; Munifilia Ekasari; Avidlyandi Avidlyandi; Rochmah Supriati; Salprima Yudha S.
Jurnal Riset Kimia Vol. 12 No. 2 (2021): September
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrk.v12i2.404

Abstract

Pacar air (Impatiens balsamina L.) plant belongs to the Balsaminaceae family and is used as an indigenous medicine in Asia for fingernail inflammation, fractures, and rheumatism treatments. Moreover, the antipruritic, antianaphylactic, antifungal, antibacterial, and antitumor activities of some compounds, especially phenolics and quinones from this plant have been studied extensively. Therefore, this study aims to determine the antifungal activity of Pacar air leaves (Impatiens balsamina L.) methanol extract against Rhizopus oryzae L. and the IC50 value. The results showed that an increase in the concentrations of I. balsamina L. leaves methanol extract significantly raised the fungal growth. Furthermore, the extract inhibition against R. oryzae L. at various concentrations of 0.5; 0.7; 0.9; 1.1; and 1.3% w/v were 10, 21.9, 58.06, 68.06, and 79.72%, respectively, while the IC50 value was 0.896%. Hence, the presence of naphthoquinones and other secondary metabolites are responsible for its antifungal activity. Based on these results, the antifungal potential of I. balsamina L. leaves against soft-rot fungi is useful in the future.
KERAGAMAN LUMUT KERAK PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI PERKEBUNAN TEH PT. SARANA MANDIRI MUKTI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU Rochmah Supriati; Helmiyetti Helmiyetti; Dwi Agustian
BERITA BIOLOGI Vol 20, No 1 (2021)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v20i1.3944

Abstract

Lichen is a mutualism symbiotic organism between fungi (mycobiont) and photosynthetic symbiont in the form of algae (photobiont). It can be found from the lowlands to the highlands, growing epiphytically on soil, rocks, weathered wood, and tree bark, as shown on surface of the tea plants (Camellia sinensis (L.) Kuntze) in The PT Sarana Mandiri Mukti Tea plantation in Kepahiang regency, Bengkulu Province. The purpose of this research was to identify and find out the species of epiphytic lichens on the tea plant in this place. The study was conducted in May–November 2019. Samples was collected purposively, by taken ephyphitic lichens growth on the bark of tea plants stems. Then, samples was identified based on morphological characteristics at the Basic Science Biosystematics Laboratory, FMIPA University of Bengkulu. The data obtained were analyzed descriptively. It was identified as many as 35 species of lichens from the Ascomycota division, belonged to three classes, six orders, 11 families; those are  Graphidaaceae, Stereocaulaceae, Parmeliaceae, Lecanoraceae, Malmideaeceae, Pertusariaceae, Teloschistaceae, Caliciaceae, Physciaceae, Arthoniaceae, dan Pyrenulaceae. 23 species have crustose type thalus and 12 species have foliose type thalus.  
Pengaruh Pemberian Salep Kombinasi Ekstrak Daun Morinda citrifolia dan Batang Euphorbia tirucalli terhadap Penyembuhan Luka Reza Pertiwi; Syalfinaf Manaf; Rochmah Supriati; Hari Marta Saputra; Fitri Ramadhanti
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 7 No. 1 (2020): JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v7i12020.42-50

Abstract

Pendahuluan: Penyembuhan luka adalah proses terjadinya penggantian jaringan yang rusak atau mati dengan jaringan yang baru melalui proses regenarasi sel. Ranting Euphorbia tirucalli mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin, sedangkan Morinda citrifolia  memiliki kandungan alkaloid, tanin, saponin, flavonoid serta triterpenoid. Kemampuan kandungan dari kombinasi salep ekstrak daun Morinda citrifolia dan batang Euphorbia tirucalli diduga dapat mempercepat penyembuhan luka dan periode fibroblas, neovaskularisasi dan epitelisasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi salep yang efektif dan pengaruh salep kombinasi ekstrak daun Morinda citrifolia dan batang Euphorbia tirucalli terhadap penyembuhan luka insisi dangkal pada tikus. Metode: Sebanyak 28 ekor tikus jantan dibagi kedalam 7 kelompok perlakuan. Kelompok K(-) tanpa perlakuan, kelompok K(+) dengan pemberian Povidon Iodine 10%, F1 dengan pemberian salep kombinasi ekstrak batang Euphorbia tirucalli, F2 dengan pemberian salep ektrak daun Morinda citrifolia, F3 dengan pemberian salep kombinasi ekstrak daun Morinda citrifolia dan batang Euphorbia tirucalli perbandingan 0,75:0,25; F4 dengan pemberian salep kombinasi ekstrak daun Morinda citrifolia dan batang Euphorbia tirucalli dengan perbandingan 1:1 dan F5 dengan pemberian salep kombinasi ekstrak daun Morinda citrifolia dan batang Euphorbia tirucalli perbandingan 0,25:0,75. Pengamatan histopatologi kulit tikus dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil: Formulasi salep yang efektif adalah formulasi III dimana hari ke-5 dan hari ke-6 luka sudah mulai menutup sedangkan pada hari ke-7 dan 8 luka sudah menutup. Kesimpulan: Pemberian salep kombinasi daun Morinda citrifolia dan batang Euphorbia tirucalli efektif dalam menyembuhkan luka insisi dangkal melalui fase inflamasi, TNF-α, re-vaskularisasi dan fase proliferasi.
UJI KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSO DI KECAMATAN MUARA BANGKAHULU KOTA BENGKULU Melisa Mayang Sari; Jimmy Nurmansyah; Rochmah Supriati
Konservasi Hayati Vol 16, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v16i1.11568

Abstract

Bakso adalah salah satu makanan yang banyak disukai masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua. Namun pada pembuatan bakso masih ada pedagang yang mencampur adonannya dengan boraks yang berbahaya bagi kesehatan. Tujuan penelitian ini mendeteksi ada tidaknya kandungan boraks pada sampel bakso menggunakan senyawa kurkumin. Sampel dikoleksi dari kecamatan Muara Bangkahulu, kota Bengkulu dengan metode purposive sampling, prevarasi sampel dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium KESMAVET menggunakan larutan kurkumin 0,5% dan sebelum sampel diuji dilakukan validasi metode. Dari 20 sampel yang diuji, 5 sampel dinyatakan positif mengandung boraks yaitu M210111 terletak diantara  konsentrasi 1% ?x?5% atau 1?x?5 g/100 ml, sedangkan pada sampel M210103, M210112, M210114  memiliki kandungan dengan rentang konsentrasi 0,5?x?1% atau 0,5?x?1 g/100 ml, nilai prevalensi sampel  18,51% dan nilai insidensi sampel 25%.
Kemampuan Bakteri Endofit Pelarut Fosfat dari Tumbuhan Akar Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) Asal Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu Risky Hadi Wibowo; Stella Reformanda Sembiring; Sipriyadi Sipriyadi; Welly Darwis; Rochmah Supriyati; Thoriqul Hidayah; Sal Prima Yudha
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 15, No 2 (2022): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v15i2.17632

Abstract

AbstrakFosfor merupakan salah satu unsur makro nutrien yang dibutuhkan untuk perkembangan tumbuhan dan dapat dihasilkan oleh bakteri pelarut fosfat. Namun, keberadaan fosfat dalam tumbuhan tidak dapat digunakan oleh tumbuhan itu sendiri, sehingga dibutuhkan bantuan bakteri endofit yang berperan sebagai agen pemacu pertumbuhan tanaman yang dapat melarutkan fosfat pada tumbuhan, khususnya tumbuhan akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) yang tumbuh liar di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bakteri endofit yang dapat melarutkan fosfat. Isolasi dilakukan dengan metode sterilisasi permukaan, menggunakan alkohol 70% dan natrium hipoklorit 5,25% lalu ditempelkan di media NA. Isolat yang diperoleh kemudian diuji kemampuan melarutkan fosfat dengan digoreskan ke media Pikovskaya, lalu diukur zona bening. Hasil penelitian menunjukkan dari 18 isolat bakteri endofit, 8 di antaranya dapat melarutkan fosfat. Isolat AKE15 dan AKE18 memiliki kemampuan lebih tinggi untuk melarutkan fosfat dengan indeks pelarut fosfat (IP) ± 1,59 dan ± 1,01. Identifikasi berdasarkan pewarnaan Gram dan uji biokimia dari 8 isolat bakteri endofit pelarut fosfat (BPF) memiliki kedekatan dengan 4 genus, yaitu Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, dan Morococcus.AbstrakPhosphorus is one of the macronutrients required for plant development and produced by phosphate solubilizing bacteria. However, plants are unable to utilize phosphate themselves, thus they need the help of endophytic bacteria that play role as plant growth-promoting with ability to solubilize phosphates in plants, particularly in yellow root plants (Arcangelisia flava (L.) Merr) that grow wildly in Enggano Island, Bengkulu Province. The research aimed to obtain endophytic bacteria that can solubilize phosphate. Isolation of endophytic bacteria was carried out by surface sterilization method using 70% alcohol and 5.25% sodium hypochlorite to be further placed on Nutrient Agar (NA) media. The isolates obtained were further tested for their ability to solubilize phosphate by streaking the isolate on Pikovskaya media and measuring the clear zones formed. The results showed that 8 out of 18 endophytic bacterial isolates were able to solubilize phosphate. Endophytic isolates of AKE15 and AKE18 were found to have higher ability to solubilize phosphate with a phosphate solubilizing index (IP) of about ± 1.59 and ± 1.01, respectively. Identification based on Gram staining and biochemical tests indicated that 8 endophytic bacterial solubilizing isolates were closely related to 4 genera, namely Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, and Morococcus. 
Pemeriksaan Status Gizi berdasarkan Nilai Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 10-12 Tahun di SDN 159 Bengkulu Utara Santi Nurul Kamilah; Rochmah Supriati; Hery Haryanto; Sipriyadi; Vestidhia Yunisya Atmaja
Indonesian Journal of Community Empowerment and Service (ICOMES) Vol. 2 No. 2: December 2022
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.301 KB) | DOI: 10.33369/icomes.v2i2.25579

Abstract

Anak pada usia 10-12 tahun umumnya mulai memasuki masa praremaja atau awal masa pubertas. Permasalahan status gizi pada anak usia praremaja ini dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan, perkembangan, produktivitas serta kecerdasan anak sehingga kegiatan ini penting untuk dilakukan. Pemeriksaan status gizi anak dilakukan di SDN 159 Bengkulu Utara secara khusus pada anak berusia 10-12 tahun dengan tujuan untuk mengetahui status gizinya berdasarkan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), dan mengedukasi anak akan pentingnya tubuh yang sehat serta pentingnya memilih makanan yang sehat. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode purposive sampling terhadap anak yang memenuhi syarat inklusi. Berdasarkan hasil pemeriksaan status gizi dari 60 orang anak, 78,3%  berada dalam kategori status gizi normal, 3,3% kategori kurus, 8,4% gemuk, 10% obesitas, dan tidak ditemukan anak dengan kategori sangat kurus. Anak-anak sudah mampu memahami pentingnya tubuh yang sehat serta pentingnya memilih makanan yang sehat. Anak-anak secara sederhana sudah mampu mendefinisikan tubuh yang sehat dan tidak sehat, mampu mengidentifikasi contoh makanan bergizi dan makanan yang kurang bergizi. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang baik dan bermanfaat baik untuk anak, orang tua ataupun sekolah dalam meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya tubuh yang sehat dan gizi yang baik.
Bioaktivitas Usnea barbata (L.) F.H. Wigg sebagai Insektisida Nabati Coptotermes curvignathus (Holmgren) Helmiyetti Helmiyetti; Rochmah Supriati; Risky Hadi Wibowo; Dian Fita Lestari; Leni Maryana
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 28 No. 3 (2023): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.28.3.407

Abstract

The subterranean termite Coptotermes curvignathus is a type of insect that damages wood until it is porous and destroyed. Until now, termites are chemically controlled but negatively impact the environment, so bioinsecticides such as from Usnea barbata lichen are needed. This study aims to determine the bioactivity of U extract. Barbata as a bioinsecticide for subterranean termites C. curvignathus. The experiment used Completely Randomizd Design with 7 treatments (concentrations of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, and Termicon) and 3 replicates. The extract was prepared from 300 g of U barbata powder, macerated in 7 days in 96% ethanol in a ratio of 1:10 (300 g/3 L). Mortality and feed weight loss were observed for 7 days. The extracts contained alkaloids, flavonoids, terpenoids, steroids, saponins, and tannins. The phytochemicals were analyzed descriptively, and a lethal concentration value of 50% (LC50) was determined by probit analysis. Data on termite mortality percentage and feed loss percentage were analyzed using ANOVA at a 5% confidence level. If the Fcalct > Ftable, Duncan's further test was carried out. The results showed that the extract contained alkaloids, steroids, tannins, and saponins. The mortality of subterranean termites was indicated by an LC value of 50-72 hours of 19.32%. Statistically, U. barbata extract affected mortality but did not differ significantly in the feed weight loss of C. curvignathus subterranean termites. Keywords: bioactivity, Coptotermes curvignathus, insecticide, Usnea barbata
Pelatihan Pembuatan Spesimen Tumbuhan Dalam Blok Resin Untuk Media Pembelajaran Biologi Bagi Siswa Santi Nurul Kamilah Kamilah; Helmiyetti Helmiyetti; Rochmah Supriati; Sri Astuti; Steffanie Nurliana; Vestidhia Yunisya Atmaja
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 4 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i4.544

Abstract

Spesimen awetan biologi di dalam blok resin merupakan salah satu alat peraga yang menarik dan bermanfaat untuk meningkatkan minat serta pemahaman siswa dalam pelajaran biologi. Namun ketersediaannya masih sangat terbatas di sekolah-sekolah, termasuk di SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Oleh karena itu kami melakukan pelatihan pembuatan spesimen awetan biologi ini dengan sasarannya siswa dari sekolah tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa mengenai pembuatan spesimen awetan biologi dalam blok resin. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pemaparan materi, praktik pembuatan spesimen awetan daun dengan berbagai tipe ujung daun, evaluasi pencapaian dari pelaksanaan pelatihan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 96% siswa telah memahami cara dan mampu membuat spesimen awetan daun dalam blok resin dengan hasil yang cukup baik, namun kualitas dan tampilannya masih perlu ditingkatkan. Karya siswa ini dapat dimanfaatkan menjadi salah satu alat peraga pembelajaran khususnya mengenai variasi tipe ujung daun pada mata pelajaran biologi. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan ini telah memberi manfaat dalam meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pembuatan awetan spesimen dalam blok resin. Rencana lanjutan dari siswa adalah meneruskan informasi dan keterampilannya pada siswa lainnya, membuat awetan spesimen serangga dalam blok resin serta membuat karya seni berbahan resin berupa suvenir yang akan dipergunakan dalam kegiatan lomba karya seni siswa. Biological specimens preserved in resin blocks are fascinating instruments that can be used as a teaching aid to boost students' interest and comprehension in biology lectures. However, its availability in schools remains limited, especially at SMA Negeri 6 Bengkulu. Therefore, we conducted training on how to make the biological specimens preserved in resin blocks to boost students' awareness and inventiveness about the biological specimens preserved in resin blocks. The activity begins with an explanation of biological specimens, followed by a hands-on experiment of making preserved leaf specimens with various types of leaf tips and an evaluation of the activity's achievement. The evaluation results showed that about 96% of students understood how to prepare and were able to create specimens preserved in resin blocks, however, the quality still needed to be improved. This student's work can be used as a learning tool, particularly in biology classes on the lesson of leaf tip variances. The activities carried out contributed to enhancing students' knowledge of how to create preserved specimens in resin blocks. The students’ next plan is to share their skills and experience with other students, preserve insect specimens in resin blocks, and create resin art in the form of souvenirs to be applied in student art contest activities.