Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ethnobiology Study: Game in Dayak Lun Dayeh Community at Watershed of Mentarang in Malinau Medi Hendra; Dijan Sunar Rukmi; Surianto Effendi; Freminci; Auliana
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 29 No. 1 (2023)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7226/jtfm.29.1.68

Abstract

Dayak Lun Dayeh is one of local community who lives in East Kalimantan, where they’ve mostly practiced hunting traditionally, has particular ways to find hunting spot and use hunting techniques sustainably. The research about this community was conducted in river bank of Mentarang in order to determine the various kinds of game animal, frequently used hunting ground, and hunting ways of Dayak Lun Dayeh community at two different times, on May-July 2016 and June-August 2021. Research data were collected through open ended interviews (assisted by key informants), field observations and animal photos. Data were presented descriptively by ethnobiology approach. The results showed that this community practices subsistence hunting of wild animals, which comprised of mammals (69-73%), reptiles (14-15%), aves (8%) and amphibians (0-4%). The meat obtained from hunting(s) were consumed as protein source, served as medium in traditional ceremonies or religious rituals based on ancestral teachings. Wild animals such as Cervus unicolor, Sus barbatus, Muntiacus atherodes could be found easily in abpa’ nuvan (salt lick) rather than primary forest, swidden (latii), swidden fallow (included amug, jekau and ripa), farm, river, or secondary forest such as the logging roads of former timber company. Several hunting techniques were applied such as using hunting dogs for tracking the game animals (gelibut), sieging or waiting (gabang) at specific location (abpa’ nuvan), and setting traps (ton).
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAMALIA KECIL NON-VOLANT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DESA SETABU PULAU SEBATIK, KALIMANTAN UTARA Ulandari, Rika; Jusmaldi, Jusmaldi; Rukmi, Dijan Sunar
BIOPROSPEK: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 16 No 1 (2024): BIOPROSPEK: Jurnal Ilmiah Biologi
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/bp.v16i1.1292

Abstract

Mamalia kecil mempunyai peran yang sangat penting di dalam ekosistem hutan yaitu sebagai penyerbuk, pemencar biji, dan sebagai agen dalam regenerasi hutan, sehingga keberadaannya sangat penting untuk dilestarikan. Adanya alih fungsi penggunaan lahan dikhawatirkan dapat mempengaruhi keberadaan mamalia kecil, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan mamalia kecil non-volant di perkebunan kelapa sawit Desa Setabu Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2023. Dalam penelitian ini digunakan metode perangkap (Trapping), dengan memasang 40 buah perangkap selama 30 hari pengamatan, Umpan yang digunakan adalah nanas, pisang, kelapa bakar, dan ikan asin. Data yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif dan deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 7 jenis mamalia kecil yang termasuk ke dalam ordo Rodentia (famili Sciuridae dan Muridae), dengan total tangkapan sebanyak 18 individu. Jenis yang tertangkap yaitu: Callosciurus prevostii, Callosciurus notatus, Chiropodomys major, Rattus tanezumi, Rattus argentiventer, Rattus tiomanicus, dan Sundasciurus lowii. Hasil analisa menunjukkan bahwa keanekaragaman di wilayah ini termasuk ke dalam kategori sedang, dengan kelimpahan individu tiap jenis tersebar merata (sama), serta tidak ada jenis yang dominan.
PERSEBARAN PRIMATA DI KAWASAN FRAGMENTASI HUTAN SEPANJANG SUNGAI TUNAN, KECAMATAN WARU, KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR Hasrul, Hasrul; Rukmi, Dijan Sunar; Lariman, Lariman
BIOPROSPEK: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 15 No 2 (2023): BIOPROSPEK: Jurnal Ilmiah Biologi
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/bp.v15i2.1231

Abstract

ABSTRAK Kawasan hutan yang terdapat di sekitar Sungai Tunan merupakan salah satu habitat bagi primata di Kalimantan Timur. Beberapa area di kawasan hutan dialihfungsikan menjadi perumahan warga, jalan raya, dan jembatan. Akibat perubahan fungsi lahan tersebut terbentuk fragmen-fragmen hutan yang dapat mengancam keberadaan primata. Penelitian mengenai persebaran primata di wilayah ini juga belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran primata di kawasan fragmentasi hutan Kecamatan Waru, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2022 hingga bulan Maret 2022. Metode pengamatan adalah observasi langsung dan Total Count Sampling terhadap kelompok-kelompok primata yang dijadikan sebagai obyek penelitian. Peta persebaran kelompok primata dibuat menggunakan aplikasi Avenza maps dan Quantum GIS. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 3 spesies primata, yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), bekantan (Nasalis larvatus), dan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), yang menunjukkan pola hidup berkelompok. Meskipun demikian, bekantan merupakan primata yang dominan di kawasan ini, ditunjukkan dengan jumlah individu dan kelompok yang lebih banyak dibanding 2 spesies lainnya. Primata memiliki preferensi terhadap jenis pohon tertentu hingga dapat mempengaruhi persebarannya. Persebaran kelompok primata di fragmen hutan sepanjang sungai Tunan cenderung dipengaruhi oleh persebaran pidada merah (Sonneratia caseolaris). Proporsi bekantan menempati Pidada merah (Sonneratia caseolaris) yaitu 76%, buta-buta (Excoecaria agallocha) yaitu 8%, dan beberapa tumbuhan lain. Proporsi lutung kelabu menempati pohon pidada merah yaitu 50%, diikuti pohon mangga (Mangifera indica) yaitu 19%, dan buta-buta yaitu 11%. Proporsi monyet ekor panjang menempati pidada merah adalah 40%, pohon kelapa (Cocos nucifera) yaitu 14%, dan api-api (Avicennia rumphiana) yaitu 13%. Kata kunci: fragmentasi, persebaran, primata, Sungai Tunan
Sosialisasi dan Pelatihan Pengendalian Nyamuk Secara Efektif Dengan Metode Ovitrap di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda Al Husna, Riezdqhy Amalina F.; Subagiada, Kadek; Rahmawati, Dewi; Putri, Dina Hayati; Utami, Alya Nindityas; Arumsari, Novita; Rukmi, Dijan Sunar; Hendra, Medi; Syafrizal; Mukhlis
ABDIKU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Mulawarman Vol. 4 No. 1 (2025): ABDIKU : Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Mulawarman
Publisher : Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Tropis, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/abdiku.v4i1.2374

Abstract

Peningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurangi risiko penyakit yang ditularkan nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan chikungunya perlu dilakukan melalui sosialisasi. Pendekatan berbasis komunitas menggunakan metode ovitrap digunakan untuk mengedukasi warga mengenai hal ini. Selama satu bulan pengamatan, metode ini berhasil menunjukkan penurunan signifikan jumlah jentik nyamuk dari minggu ke minggu. Ovitrap, sebagai alat sederhana, memutus siklus hidup nyamuk dengan menjebak telur di wadah khusus berisi air. Selain pengenalan metode, pelatihan diberikan untuk memaksimalkan hasil penerapannya. Monitoring berkala dan kolaborasi dengan kader kesehatan serta pemerintah setempat memungkinkan evaluasi berkelanjutan terhadap keberhasilan program ini. Hasil analisis menunjukkan rata-rata jumlah jentik nyamuk menurun secara konsisten, yang membuktikan efektivitas metode ini dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas nyamuk. Kegiatan ini diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain sebagai upaya berkelanjutan dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan.
Pemberdayaan Masyarakat Suwandi, Samarinda Ulu: Sampah Organik Dapur untuk Bumi dengan Eco Enzym Hariani, Nova; Kusuma, Ratna; Samsurianto, Samsurianto; Patang, Fatmawati; Oktavianingsih, Linda; Rukmi, Dijan Sunar
GLOBAL ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022): Mei 2022, GLOBAL ABDIMAS
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah Perkumpulan Intelektual Madani Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51577/globalabdimas.v2i1.350

Abstract

Mayoritas sampah yang dihasilkan dari semua kegiatan manusia adalah berasal dari rumah tangga. Hampir 70% sampah yang dihasilkan rumah tangga berupa sampah organik (sayur, buah). Sampah organik ini akan dikumpulkan dan ditumpuk di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA). Penumpukan dan penimbunan sampah organik, akan menimbulkan berbagai masalah pencemaran tanah, udara dan air. Produksi gas metan dalam proses pembusukan dengan jumlah banyak akan menyebabkan terjadinya ledakan. Kerugian dan bahaya dari sampah organik ini bisa diminimalisir dengan cara mengolah dan memanfaatkan sampah organik tersebut yang dimulai dari rumah dan lingkungan masing-masing. Sampah organik segar dapat digunakan dalam pembuatan eco enzym. Eco enzym adalah cairan serba guna, berwarna kecoklatan yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik yang masih segar dengan campuran gula tebu (gula organik) dan air. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan secara detil tentang cara pembuatan dan manfaat eco enzym kepada masyarakat di kampung KB Mandiri Suwandi, Kec. Samarinda Ulu akan sangat membantu berkurangnya sampah yang ditumbuk di TPSA. Cairan eco enzym dibuat dari sampah organik (sayur, kulit buah yang belum bususk dan berjamur) yang dicampur dengan gula organik (seperti gula tebu, moolasse, gula aren dan gula organik lainnya) lalu ditambahkan air alami. Setelah itu difermentasi selama lebih kurang 100 hari dalam kondisi anaerob/tertutup. Cairan eco enzym yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti pupuk tanaman, membersihkan toilet, sebagai desinfektan dan banyak manfaat lainnya. Setelah kegiatan hasil kepuasan peserta didapatkan rata-rata nilai kepuasan peserta adalah Sangat Baik (Skala nilai 5) sebanyak 94,5% dan Baik (skala nilai 4) 5,5%. Untuk skala 3 sampai 1 (Cukup, Kurang dan sangat kurang) adalah 0%. Dari data kuisioner dan respon semua peserta, secara keseluruhan peserta sangat antusias, merasa bermanfaat dan terbantu dengan kegiatan berbagi ilmu dan teknologi sederhana ini. Selama kegiatan berlangsung tidak ditemukan kendala yang berarti.
ASPEK BIOLOGI DAN HABITAT IKAN LURAI (Corica soborna Hamilton, 1822) DARI HILIR SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR [Biological Aspects and Habitat of Lurai Fish (Corica soborna Hamilton, 1822) from the Lower Mahakam River, East Kalimantan] Jusmaldi, Jusmaldi; Nuramelia, Nadira; Arif, Muhammad Fauzi; Hendra, Medi; Rukmi, Dijan Sunar; Rosadi, Imam
Berita Biologi Vol 22 No 3 (2023): Berita Biologi
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/beritabiologi.2023.1075

Abstract

The Lurai fish, scientifically known as Corica soborna Hamilton, 1882, belongs to the small freshwater fish in the Clupeidae family of the Clupeiformes order. Local communities in the lower Mahakam River, East Kalimantan, have long exploited this species for consumption and trade. At the same time, the biological information regarding this fish, which forms the fundamental basis for its conservation, is yet unknown. This study aimed to analyze the biological aspects and habitat of the lurai fish in the lower Mahakam River. A total of 812 fish samples were analyzed using measuring and weighing methods. The results showed that the fish's length ranged from 42.48 to 63.89 mm and their weight from 0.70 to 2.56 g. Mature lurai fish with 52.48-54.47 mm length dominated the highest mode. The regression model of the length-weight relationship was W= 5×10-6L3.18 for the total sample. The growth pattern of the fish was isometric, and the relative condition factor ranged from 0.765 to 1.123. The sex ratio was 1 male : 1.68 females. The highest percentage of gonadally mature fish was found in February. Fish lengths at first gonad maturity ranged from 52.55 to 53.38 mm for males and 59.94 to 61.25 mm for females. The habitat of the lurai fish is at the edge of the river with vegetation, a muddy bottom, a dissolved Oxygen range of 3.70-4.17 mgL-1, a temperature range of 27.50-28.40 °C, a TDS range of 50-80 mgL-1, a clarity range of 19-29 cm, a water depth range of 2.80-3.60 m, and a current velocity range of 0.65-1.07 mst-1.
STRUKTUR, KOMPOSISI, DAN MODEL ARSITEKTUR POHON DI KAWASAN REHABILITASI SUNGAI KARANG MUMUS LEMPAKE, SAMARINDA Hendra, Medi; Jusmaldi; Rukmi, Dijan Sunar; Mukhlis; Subagiada, Kadek
Berita Biologi Vol 24 No 1 (2025): Berita Biologi
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/berita_biologi.2025.9469

Abstract

Komposisi dan struktur vegetasi merupakan parameter utama dalam rehabilitasi hutan, yang dipengaruhi oleh habitat, iklim, dan kondisi tanah. Pepohonan di kawasan rehabilitasi Sungai Karang Mumus memperlihatkan model arsitektur yang beragam, yang mewakili ciri morfologi pertumbuhan pohon, seperti perkembangan batang dan pola percabangan. Pemantauan karakteristik ini penting untuk mengevaluasi upaya restorasi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi dan struktur vegetasi pada tiga fase pertumbuhan—pohon, permudaan, dan anakan—dan mengidentifikasi model arsitektur pepohonan di kawasan rehabilitasi. Penelitian ini menggunakan metode petak, yaitu lahan seluas 500 meter persegi yang dibagi menjadi lima anak petak yang masing-masing berukuran 10 x 10 meter. Metode survei digunakan untuk mengeksplorasi dan mengamati secara langsung model arsitektur pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fase pohon, spesies Cerbera manghas memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu sebesar 94,773%. Pada fase pancang, Mitragyna speciosa mendominasi dengan INP sebesar 74,999%, sedangkan pada fase semai, Ficus fistulosa memimpin dengan INP sebesar 77,258%. Keberagaman model arsitektur pohon di kawasan rehabilitasi Sungai Karang Mumus, dengan 15 model arsitektur yang ditemukan dari 27 jenis pohon, mencerminkan adaptasi ekologis yang penting dalam stabilisasi tebing sungai dan pengurangan erosi. Pemilihan model arsitektur pohon yang sesuai di kawasan rehabilitasi sungai sangat penting dalam upaya rehabilitasi hutan. Model pohon seperti Aubreville dan Leeuwenberg, dengan percabangan yang baik dan kemampuan regenerasi cepat, memberikan manfaat tambahan dalam menahan erosi, memperkuat stabilitas tanah, dan mengurangi dampak aliran permukaan. Model-model ini tidak hanya membantu dalam pemulihan fungsi ekologis hutan tetapi juga mendukung stabilitas tanah serta menyediakan habitat yang mendukung keberlanjutan spesies lokal di kawasan hutan riparian.