Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Desain Aviary dan Taman Kelinci dengan Konsep Biomimicry di Wisata Kampung Kelengkeng Desa Simoketawang Sidoarjo Darmansjah Tjahja Prakasa; Febby Rahmatullah Masruchin; Putri Eka Ayu Nabila; Anindya Shafa Ayu Chandraningtiyas; Alfinto Deonova Koeswanto; Dava Ahmad; Mochammad Fany Firdiansyah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA Vol. 2 No. 1 (2022): Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat : BERKARYA DAN MENGABDI
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1852.217 KB) | DOI: 10.33086/snpm.v2i1.943

Abstract

Desa Simoketawang adalah desa yang dikenal sebagai Wisata Kampung Kelengkeng. Fasilitas yang sudah terbangun adalah Kebun Kelengkeng, Pujasera dan Ruko Bumdes. Permasalahannya adalah bahwa fasilitas yang terbangun belum mampu meningkatkan pengunjung secara signifikan. Sehingga perlu fasilitas menarik yaitu Aviary dan Taman Kelinci sebagai tujuan pengabdian masyarakat ini. Fasilitas ini bermanfaat untuk memperkuat dan mendukung sebagai sebuah Wisata Kampung Kelengkeng. Kebaruan desain Aviary dan Taman Kelinci ini terletak pada konsep Biomimicry dengan pendekatan dari kulit buah kelengkeng dan prilaku kelinci. Konsep desain Aviary dan Taman Kelinci menggunakan metode pendekatan Biomimicry yaitu meniru dari sesi bentuk dan proses pada objek alam. Tahapan desain ini terdiri empat tahap yaitu: Tahap Survei Lapangan, Tahap Pemahaman Obyek, Tahap Penetapan Konsep dan Tahap Desain. Setiap tahapan terdapat pelibatan masyarakat di Desa Simoketawang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa, Bumdes Simodjojo Makmur, Karang Taruna dan Masyarakat. Hasil dan pembahasan pertama adalah Tahap Survei Lapangan melalui tinjauan lokasi, pengukuran lahan dan pendataan obyek. Hal ini dilakukan dengan sketsa, wawancara, mem-foto dan mem-video dengan target menemukan karakter lokasi. Kedua, Tahap Pemahaman Obyek berisi kajian literatur dan studi banding dengan target menemukan karakter obyek dan karakter pelaku. Ketiga adalah Tahap Penetapan Konsep yang didasarkan pada temuan karakter obyek, karakter pelaku dan karakter lokasi. Keempat adalah Tahap Desain yang berisi gambar layout plan dan gambar perspektip. Pelibatan masyarakat secara bertahap terdapat pada semua proses desain berupa sumbangan dana, pikiran, pengambilan keputusan, dan representatif. Kesimpulan Desain Aviary dan Taman Kelinci merupakan desain yang khas dengan menggunakan konsep Biomimicry, sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjung. Pelibatan masyarakat dilakukan dalam seluruh proses desain dari berbagai elemen masyarakat.
STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RELIGI MAKAM SUNAN GIRI GRESIK BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ibrahim Tohar; Darmansjah Tjahja Prakasa
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 10, No 1 (2023): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v10i1.57056

Abstract

Destinasi Wisata Religi merupakan salah satu penggerak roda perekonomian di Kabupaten Gresik. Sebagai sebuah Kabupaten, Gresik memiliki objek wisata religi yang beragam, antara lain, Makam Sunan Giri, Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Prapen, Giri Kedaton, Makam Dewi Sekardadu, Makam Putri Cempo dan sebagainya. Sampai saat ini kondisi  objek-objek tersebut belum tertata secara optimal. Permasalahan yang dihadapi adalah aksesibilitas wisatawan menuju dan dari objek Wisata Religi Sunan Giri dan objek-objek wisata di sekitarnya belum terpetakan secara komprehensif. Kurangnya efektifitas aksesibilitas menuju objek wisata. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh konstelasi dan rute antar objek. Objek-objek yang ada juga belum bisa di akses oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk para lansia dan difabel. Potensi budaya lokal juga belum optimal untuk diekspresikan dalam kawasan objek tersebut untuk memperkuat karakter kearifan lokal Gresik. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi lapangan serta kajian pustaka terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk pengembangan Wisata Religi Kabupaten Gresik, diperlukan pemetaan aksesibilitas secara komprehensif, perencanaan sarana prasarana yang berbasis kearifan lokalDEVELOPMENT STUDY ON THE RELIGIOUS TOURISM AREAS OF GRESIK SUNAN GIRI TOMB BASED ON LOCAL WISDOM Religious Tourism Destinations are one of the drivers of the economy in Gresik Regency. Gresik Regency has various religious tourism objects, including the Tomb of Sunan Giri, the Tomb of Maulana Malik Ibrahim, and the Tomb of Sunan Prapen. Until now, the condition of these objects has not been optimally arranged. The accessibility of tourists to the Sunan Giri Religious Tourism object has not been managed as a whole. The condition of local economic activities supporting religious tourism is still partially occurring. The potential of local culture could be more optimal to be expressed in the object area to strengthen the character of local wisdom. For this reason, this study aims to find the concept of applying local wisdom in developing Religious Tourism of the Tomb of Sunan Giri Gresik. The technique used in this research is data collection through interviews, field observations, and related literature reviews. The method used in this research is descriptive qualitative. The findings of this study are optimizing the use of the Andong as local transportation, increasing souvenirs and local snacks, and using local signage in the development of Religious Tourism of the Tomb of Sunan Giri Gresik.
Pemanfaatan Material Lokal Pada Redesain Kawasan Wisata Bukit Kayoe Putih di Mojokerto: Utilization of Local Materials in Redesign of Bukit Kayoe Putih Tourism Area in Mojokerto Nilam Yanuarista; Suko Istijanto; Darmansjah Tjahja Prakasa
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 17 No. 2 (2023): July 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v17i2.782

Abstract

Pengembangan wisata yang dapat menyesuaikan dan memitigasi kondisi lingkungan harus menjadi prioritas seiring dibukanya kembali sektor pariwisata pasca pandemi Covid-19. Di kawasan hutan Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto, terdapat sebuah wisata dengan nama Bukit Kayoe Putih. Wisata tersebut berfokus pada edukasi kayu putih yang digunakan sebagai bahan pembuatan minyak atsiri. Ketidaksesuaian kondisi eksisting wisata dengan branding yang diusung membuat tempat wisata memerlukan peninjauan ulang. Hal tersebut antara lain tidak adanya fasilitas edukasi pengolahan minyak atsiri dan implementasi material bangunan maupun landscape yang kurang sesuai dengan karakter lingkungan sekitar. Selain permasalahan eksisting, kawasan tersebut berpotensi menjadi tempat wisata yang unggul jika memanfaatkan ciri khas daerah Mojokerto sebagai penunjang pembangunannya. Setelah dilakukan evaluasi terhadap pembangunan wisata, penelitian ini ditujukan untuk memberikan solusi dan mewadahi potensi dengan menerapkan prinsip pemanfaatan material lokal. Prinsip pemanfaatan material lokal adalah pendekatan berkelanjutan yang bertujuan meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan memaksimalkan potensi material daerah sekitar. Metode deskriptif-kualitatif dilakukan dalam penelitian dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara secara langsung serta kajian pustaka terkait. Kemudian dihasilkan kesimpulkan bahwa bata merah merupakan material lokal yang tepat untuk mendukung pengembangan wisata tersebut karena berperan mengangkat citra daerah yang ikonik, hingga kontribusi positifnya terhadap pembangunan wisata berkelanjutan.
Konsep Extending Tradition pada Fasilitas Kesenian Wayang Thengul di Bojonegoro: Extending Tradition Concept of Wayang Thengul Art Facilities in Bojonegoro Rikza Anjani Lutfiyah; Darmansjah Tjahja Prakasa; Ibrahim Tohar
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 17 No. 2 (2023): July 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v17i2.804

Abstract

Wayang thengul merupakan salah satu kesenian tradisional dari Kabupaten Bojonegoro yang sudah diakui oleh Hak Kekayaan Intelektual dan diperkenalkan oleh pemerintah sebagai seni pertunjukan khas Bojonegoro. Akibat pengaruh modernisasi, kesenian ini sudah mulai luntur dan dilupakan karena berkurangnya minat dan motivasi generasi muda untuk melestarikannya. Apalagi di Bojonegoro sendiri sangat minim akan fasilitas yang mampu mewadahi seluruh aktivitas yang berkaitan dengan kesenian wayang thengul baik sebagai pelatihan hingga pertunjukan. Kebanyakan fasilitasnya hanya sebatas rumah sang dalang yang digunakan juga sebagai sanggar pelatihan. Untuk mempertahankan nilai-nilai dari kearifan lokal tersebut diperlukan upaya sebuah fasilitas yang berperan sebagai wadah wisata edukasi budaya kepada masyarakat dengan menerapkan tema Extending Tradition sebagai pendekatan arsitekturnya. Tema ini diterapkan agar masyarakat dapat mempelajari ilmu budaya yang ada sehingga tertanam suatu kebanggaan terhadap budaya di daerahnya. Metode pendekatan desain ini menggunakan tradisi lokal sebagai ide dasar desain dan memodifikasinya agar sesuai dengan masyarakat modern. Konsep desainnya meliputi pada bagian pertapakan, perangkaan, peratapan, persungkupan dan persolekan.
Pemanfaatan Material Lokal Pada Redesain Kawasan Wisata Bukit Kayoe Putih di Mojokerto: Utilization of Local Materials in Redesign of Bukit Kayoe Putih Tourism Area in Mojokerto Nilam Yanuarista; Suko Istijanto; Darmansjah Tjahja Prakasa
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 17 No. 2 (2023): July 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v17i2.782

Abstract

Pengembangan wisata yang dapat menyesuaikan dan memitigasi kondisi lingkungan harus menjadi prioritas seiring dibukanya kembali sektor pariwisata pasca pandemi Covid-19. Di kawasan hutan Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto, terdapat sebuah wisata dengan nama Bukit Kayoe Putih. Wisata tersebut berfokus pada edukasi kayu putih yang digunakan sebagai bahan pembuatan minyak atsiri. Ketidaksesuaian kondisi eksisting wisata dengan branding yang diusung membuat tempat wisata memerlukan peninjauan ulang. Hal tersebut antara lain tidak adanya fasilitas edukasi pengolahan minyak atsiri dan implementasi material bangunan maupun landscape yang kurang sesuai dengan karakter lingkungan sekitar. Selain permasalahan eksisting, kawasan tersebut berpotensi menjadi tempat wisata yang unggul jika memanfaatkan ciri khas daerah Mojokerto sebagai penunjang pembangunannya. Setelah dilakukan evaluasi terhadap pembangunan wisata, penelitian ini ditujukan untuk memberikan solusi dan mewadahi potensi dengan menerapkan prinsip pemanfaatan material lokal. Prinsip pemanfaatan material lokal adalah pendekatan berkelanjutan yang bertujuan meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan memaksimalkan potensi material daerah sekitar. Metode deskriptif-kualitatif dilakukan dalam penelitian dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara secara langsung serta kajian pustaka terkait. Kemudian dihasilkan kesimpulkan bahwa bata merah merupakan material lokal yang tepat untuk mendukung pengembangan wisata tersebut karena berperan mengangkat citra daerah yang ikonik, hingga kontribusi positifnya terhadap pembangunan wisata berkelanjutan.
Kajian Fasilitas Umum Terminal Trunojoyo Kabupaten Sampang: Evaluation of Trunojoyo Bus Station Facility in Sampang Regency Miskiyah; R.A Retno Hastijanti; Darmansjah Tjahja Prakasa
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 18 No. 1 (2024): January 2024
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v18i1.789

Abstract

Terminal Trunojoyo adalah terminal tipe B yang berada di Kabupaten Sampang. Terminal ini mengambil nama dari salah satu pejuang di pulai madura yang bernama Raden Trunojoyo. Fasilitas di dalam terminal sangat mempengaruhi kenyamanan dan keamanan yang di perlukan oleh pengguna terminal, maka dari itu sangat di perlukan fasilitas yang memadai di dalam terminal agar penumpang merasa nyaman dan juga aman saat melakukan aktivitas di dalam terminal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi, fasilitas dan permasalahan yang ada di dalam terminal. Metode dalam penelitian ini memiliki beberapa tahap antara lain tahap persiapan yang berupa pengamatan terhadap lingkungan di terminal trunojoyo. Data pada tahapan ini akan di gunakan untuk bahan pada tahapan analisis dan tahap kesimpulan yaitu kesimpulan yang akan di jadikan acuan untuk pengelolaan fasilitas di terminal.
Konsep Extending Tradition pada Fasilitas Kesenian Wayang Thengul di Bojonegoro: Extending Tradition Concept of Wayang Thengul Art Facilities in Bojonegoro Rikza Anjani Lutfiyah; Darmansjah Tjahja Prakasa; Ibrahim Tohar
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 17 No. 2 (2023): July 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v17i2.804

Abstract

Wayang thengul merupakan salah satu kesenian tradisional dari Kabupaten Bojonegoro yang sudah diakui oleh Hak Kekayaan Intelektual dan diperkenalkan oleh pemerintah sebagai seni pertunjukan khas Bojonegoro. Akibat pengaruh modernisasi, kesenian ini sudah mulai luntur dan dilupakan karena berkurangnya minat dan motivasi generasi muda untuk melestarikannya. Apalagi di Bojonegoro sendiri sangat minim akan fasilitas yang mampu mewadahi seluruh aktivitas yang berkaitan dengan kesenian wayang thengul baik sebagai pelatihan hingga pertunjukan. Kebanyakan fasilitasnya hanya sebatas rumah sang dalang yang digunakan juga sebagai sanggar pelatihan. Untuk mempertahankan nilai-nilai dari kearifan lokal tersebut diperlukan upaya sebuah fasilitas yang berperan sebagai wadah wisata edukasi budaya kepada masyarakat dengan menerapkan tema Extending Tradition sebagai pendekatan arsitekturnya. Tema ini diterapkan agar masyarakat dapat mempelajari ilmu budaya yang ada sehingga tertanam suatu kebanggaan terhadap budaya di daerahnya. Metode pendekatan desain ini menggunakan tradisi lokal sebagai ide dasar desain dan memodifikasinya agar sesuai dengan masyarakat modern. Konsep desainnya meliputi pada bagian pertapakan, perangkaan, peratapan, persungkupan dan persolekan.
PELATIHAN BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ANALOGI Frendy Arbiansyah; R.A. Retno Hastijanti; Darmansjah Tjahja Prakasa
Jurnal Ilmiah Arsitektur Vol 14 No 1 (2024): Juni
Publisher : Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/jiars.v14i1.4601

Abstract

Tambak, persawahan, dan sungai, serta perikanan tangkap (laut) di wilayah Brondong dan Paciran merupakan sebagian besar potensi perikanan Kabupaten Lamongan. Air tawar dan air payau digunakan untuk mengembangkan akuakultur. Sekitar 1.380 hektar pertanian air payau terletak di sepanjang pantai utara. Kabupaten lamongan sendiri memiliki Jumlah persebarana Usaha Budidaya Ikan Air Payau Berbasis Rumah yang masih belum begitu banyak, yaitu mencapai 388 Usaha Budidaya Ikan Air Payau Berbasis Rumah. Oleh karena itu perlu adanya fasilitas pelatihan budidaya ikan air payau dengan konsep yang ideal untuk meningkatakan kualitas budidaya perikanan, meningkatkan jumlah prodiksi perikanan daerah dan Usaha Budidaya Ikan Air Payau Berbasis Rumah,dan meningkatkan kualitas SDM yang sudah ada di bidang budidaya ikan air payau. Metode yang digunakan pada Pelatihan Budidaya Ikan Air Payau adalah metode deskriptif dan pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sekunder (melalui kutipan dari beberapa buku, jurnal dan karya ilmiah) lalu setelah data-data tersebut didapatkan maka akan diolah dan dianalisis. Konsep yang digunakan adalah “Alongan” yaitu tangkapan melimpah. Menunjukkan bahwa Kabupaten Lamongan memiliki potensi perikanan tangakap maupun budidayanya. Alongan juga merupakan doa dan harapan untuk kejayaan perikanan kabupaten lamongan. Dengan pengguannan konsep alongan diaharapkan dapat memberikan semngat untuk para nelayan dan petani tambak untuk terus meningkatkan nilai produksi perikanan daerah. Disamping itu fasilitas ini juga sebagai tempat sertifikasi profesi dan tempat wisata pemancingan. Dengan desain menggunakan pendekatan analogi pada bentuk bangunan.