Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pola Hidup Sehat Selama Pandemi Covid-19 Pada kader PKK di Ciseeng Kabupaten Bogor Diniwati Mukhtar; Linda Weni; Wan Nedra; M Arsyad; Yulia Suciati; Dita Safira
Info Abdi Cendekia Vol 3 No 2: Desember 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.186 KB) | DOI: 10.33476/iac.v3i2.38

Abstract

Changes in lifestyle and modernization have caused a shift in the pattern of diseases from communicable to non-communicable diseases (NCD). The NCD category includes diabetes, hypertension, obesity, coronary heart disease. Non-communicable diseases are a challenge during the Covid-19 pandemic because they are comorbid, which will aggravate the disease. Therefore it is necessary to educate on a healthy lifestyle to avoid these new infectious diseases. The method was carried out through webinars with the topic of an active lifestyle, teachings on faith and introduction to herbs to PKK cadres (Family Welfare Empowerment – FWE) in Ciseeng village. The metabolic health characteristics have normal values of 0%, 26%, 100%, 74% for waist circumference (WC), body mass index (BMI), systolic and diastolic blood pressure, respectively. Knowledge of healthy lifestyle from the webinar increased from 51.30% to 85.96% (p <0.05). The conclusion is that the metabolic health of respondents is considered at risk, while webinar activities reduce the risk of comorbidities.
Pemeriksaan Serologi IgM dan IgG Dengue Pada Kasus Demam Anak: Laporan Kasus Delia Maharani; Wan Nedra; Argo Pribadi
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 10 No. 3 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v10i3.10463

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus and transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito. DHF often occurs in tropical and subtropical areas, including Indonesia. Symptoms of DHF vary from mild fever to potentially fatal dengue shock syndrome. Proper treatment and close monitoring are essential to prevent serious complications. Case Report: A 7-year-old patient came with fever for 6 days, nosebleeds once a day before admission, and nausea for 3 days, without vomiting. Physical examination showed results within normal limits. Laboratory examination showed thrombocytopenia (91,000/mm³), leukopenia (5490/mm³), and positive IgM and IgG serology, indicating dengue infection. Treatment given included Ringer Lactate (RL) infusion 60 cc/hour, paracetamol 3x200 mg to control fever, and ranitidine injection 2x15 mg to overcome nausea symptoms. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD sering terjadi di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Gejala DBD bervariasi mulai dari demam ringan hingga sindrom syok dengue yang berpotensi fatal. Penanganan yang tepat dan pemantauan ketat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Laporan Kasus : Pasien berusia 7 tahun datang dengan keluhan demam selama 6 hari, mimisan sekali sehari sebelum masuk rumah sakit, dan mual sejak 3 hari, tanpa muntah. Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (91.000/mm³), leukopenia (5490/mm³), serta serologi IgM dan IgG positif, yang menunjukkan adanya infeksi dengue. Pengobatan yang diberikan termasuk infus Ringer Laktat (RL) 60 cc/jam, paracetamol 3x200 mg untuk mengendalikan demam, dan ranitidin injeksi 2x15 mg untuk mengatasi gejala mual.
Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Kejadian Stunting pada Bayi di Rumah Sakit YARSI Periode Januari 2023-Desember 2023 dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Annisa Winahyu Anjani; Wan Nedra; Firman Arifandi; Elsye Souvriyanti
Junior Medical Journal Vol. 3 No. 3 (2025): Maret 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v3i3.4687

Abstract

Pendahuluan: Stunting merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia dan dunia dengan prevalensi sebanyak 21,6% anak di Indonesia masih mengalami stunting pada tahun 2022. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat atau infeksi berulang. Perkembangan janin selama masa kehamilan berkontribusi sebanyak 20% pada kejadian stunting. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kondisi anemia pada ibu hamil. Islam memandang pemberantasan stunting merupakan bagian dari upaya menciptakan generasi unggul yang sejalan dengan idealisme Alquran. Upaya ini dilakukan dalam rangka mencapai tujuan syariat yaitu menjaga keturunan (Hifz An-Nafs). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk Mengetahui hubungan anemia pada kehamilan dengan kejadian stunting pada bayi. Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan case control. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit YARSI dengan menggunakan data sekunder berupa data rekam medis periode tahun 2023. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 95 sampel kasus dan 95 sampel kontrol dengan kriteria tertentu. Penetapan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Uji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Dari 95 kasus bayi stunting terdapat sebanyak 31 ibu (32,6%) mengalami anemia pada kehamilan, sementara itu dari 95 bayi tidak stunting hanya didapati sebanyak 17 ibu (17,9%) yang mengalami anemia pada kehamilan. Pada uji Chi-Square didapatkan hasil yang signifikan pada hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian bayi stunting (p=0.030) dengan OR 2.222 (95% CI 1.129-4.376). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian stunting. Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko kejadian bayi stunting di Rumah Sakit YARSI periode 2023. Kata Kunci: Anemia pada kehamilan, stunting, tinjauan islam
STUNTING DAN KARIES DENTIS PADA ANAK NELAYAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA Wan Nedra; Chaerita Maulani; Anita Rosa; Chrisni O. Jusup; Nugroho A Riyadi; Dharma Satya Aprianto
Medical Journal of Nusantara Vol. 2 No. 1 (2023): Medical Journal of Nusantara (MJN)
Publisher : Tahta Media Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55080/mjn.v2i1.47

Abstract

Stunting menjadi masalah kesehatan anak di Indonesia termasuk Jakarta. Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya konsumsi protein dan pengetahuan ibu yang kurang terhadap cara pemberian makanan tambahan pada usia 6 bulan. Indonesia sebagai wilayah yang dikelilingi laut secara otomatis memberikan asupan protein yang cukup, namun Riskesdas tahun 2018, masih ada 38,9% balita Indonesia mengalami masalah gizi, stunting sebesar 23,4%. Untuk mengetahui kondisi masyarakat Jakarta Utara yang tinggal di area pekerja perikanan khususnya Muara Angke, Universitas YARSI bekerja sama dengan PP Muslimat NU dan beberapa sponsor yang diperoleh oleh PP Muslimat NU untuk diadakannya aktifitas sosial di wilayah tersebut. Metode yang dilakukan pertemuan dengan PP Muslimat dan kader dan disepakati mengadakan kegiatan pemeriksaan lansung pada anak usia dibawah 2 tahun. Hasil didapatkan dari 106 orang yang diperiksa terdapat Stunting 33 orang (31 %), Gizi Kurang 10 orang (9,4%), Gizi Lebih 10 orang (9,4%) dan Gizi Buruk: 11 orang (10,3 %). Hasil Kesehatan Gigi, jumlah anak yang belum mempunyai gigi sebanyak 4 orang (Usia 1 tahun), jumlah anak tanpa karies adalah sebanyak 9 orang, sedangkan 39 anak menderita setidaknya satu gigi yang terkena karies. Prevalensi karies anak-anak nelayan didapatkan sebanyak 75%. Rerata karies pada anak pada pemeriksaan ini adalah 4,46 gigi dengan median 4. Sebanyak 23 anak memiliki jumlah gigi karies lebih atau sama dengan 5 gigi. Kejadian karies pada gigi sulung dapat mengarah pada premature loss atau kehilangan dini gigi sulung, yang akibat lanjutnya dapat menyebabkan terjadinya kondisi maloklusi (gigitan yang tidak baik). Pemeriksaan pada ibu hamil, hanya berhasil dilakukan pada 2 orang dan ditemukan karies dan gigi hilang. Sebagai bagian dari kegiatan tersebut setiap tim kesehatan melakukan edukasi dari hasil yang diperoleh secara individu. PP Muslimat NU bersama mitra juga melakukan upaya perbaikan kondisi ekonomi dengan mengadakan penyuluhan tentang pemberdayaan ekonomi, pemberian bingkisan berupa sembako, alat tulis dan amplop yang berisi sejumlah uang untuk anak yatim dan dhuafa. Sebagai rekomendasi temuan anak stunting dan yang mempunyai kondisi gigi yang perlu penanganan lebih lanjut diharapkan untuk dapat dilakukan intervensi oleh dokter puskesmas beserta kader kesehatan yang sudah terlatih. Diharapkan dengan adanya pengabdian masyarakat ini, menjadi pelajaran untuk bisa sebagai “Agent of Change” dimasyarakat dan dapat bermanfaat untuk tridarma perguruan tinggi YARSI.
URINARY TRACT INFECTION WITH STUNTING AND NON-STUNTING IN RURAL AREA PANDEGLANG, BANTEN, INDONESIA 2021 Wan Nedra; Yulia Suciati; Muhammad Arsyad; Sarah Kemalasari; Khansadhia Hasmaradana Moiindie; Mochamad Alif Ariesando; Nabila Wahyu Salsabilla; Adifa Mazdalifah
Medical Journal of Nusantara Vol. 2 No. 1 (2023): Medical Journal of Nusantara (MJN)
Publisher : Tahta Media Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55080/mjn.v2i1.57

Abstract

Urinary Tract Infections (UTIs) are bacterial infection that often occurs in childhood. Its occurrence depends on several predisposing factors and individual immunocompetence. Children with stunting have impaired immune function; therefore, early detection and prompt treatment of associated infections in children with stunting are critical. This study aimed to identify the association between UTI incidence in stunting and non-stunting children in Banten. This cross-sectional study was conducted in Pandeglang Regency, Banten. The subject of this study was 120 children aged 6 to 72 months. Well-nourished children matched for age were selected for the control group. Data was collected by a questionnaire-guided interview, physical examination, and urinalysis examination. Out of 120 respondents, 72 respondents (60%) were categorized as stunting and 26 respondents (21,67%) had UTIs. Out of the respondents who experienced UTIs, 15 respondents (12.5%) were categorized as severely stunted, and 5 respondents (4.17%) were categorized as stunted. There is an association between UTI and stunting.
HUBUNGAN INFEKSI CACING TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI 2 LOKUS STUNTING WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR KABUPATEN KAMPAR Wan Nedra; Sharfina Anisa Eka Putri; Mochamad Alif Ariesando
Medical Journal of Nusantara Vol. 2 No. 1 (2023): Medical Journal of Nusantara (MJN)
Publisher : Tahta Media Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55080/mjn.v2i1.58

Abstract

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Menurut Riskesdas 2018, 30,8% anak balita atau satu dari tiga balita di Indonesia mengalami stunting. Infeksi cacing merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kartini di Pekanbaru, prevalensi infeksi cacing pada anak balita adalah 12,7%. Perhatian peneliti-peneliti terdahulu terhadap infeksi cacing pada anak lebih banyak pada anak-anak usia sekolah dasar daripada usia balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi cacing terhadap kejadian stunting pada balita di 2 lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Kampar Kabupaten Kampar. Penelitian dengan menggunakan metode cross sectional ini dilakukan di desa Ranah Singkuang dan desa Pulau Jambu. Pengambilan sampel dilaksanakan dengan teknik non probality sampling dengan metode purposive sampling. Instrumen penelitian yaitu dengan melakukan pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan feses metode direct smear. Metode analisis dengan uji Chi-Square. Hasil yang didapat adalah sebanyak 27 anak menderita stunting (33.8%) dan 15 anak positif infeksi cacing (18.8%). Jenis cacing yang paling banyak ditemukan adalah cacing T. trichiura (8.8%). Kesimpulan Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara infeksi cacing terhadap kejadian stunting pada balita di 2 lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Kampar Kabupaten Kampar. Masih diperlukan penelitian yang lebih banyak mengenai anak-anak balita terutama yang mengalami stunting dan infeksi cacing.