Rahmin Meilani Putri
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Psikologi Dan Humaniora Universitas Teknologi Sumbawa, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

STRUKTUR MITOS DALAM CERITA RAKYAT “BATU NGANGA BATANGKO” SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS Hasbullah Hasbullah; Rahmin Meilani Putri
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Kearifan Lokal Vol. 3 No. 2 (2023): April
Publisher : CV. ADIBA ASIHA AMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study describes the mythical structure in the folklore of batu nganga batangko in the people of Rhee Loka Village, Rhee District, Sumbawa Regency. The purpose of this study is to identify the shape of miteme-miteme and reveal the meaning of myths in the folklore of batu nganga batangko. This research is a qualitative research with descriptive analysis. Data collection is carried out through observation, interviews, and documentation. Data analysis was carried out on data that were considered to describe the problems raised in this study, utilizing Levi-Strauss's theory of structuralism. The study identified 41 miteme divided into three episodes. In addition, researchers also discovered the role of characters as the driving force of stories, mythical language that is relaxed using colloquial language that remains polite, and the meaning of myths that teach us to always have a spirit of life.
Dekonstruksi Dalam Cerpen Saksi Mata Karya Agus Noor Rahmin Meilani Putri
Sintaks: Jurnal Bahasa & Sastra Indonesia Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.747 KB) | DOI: 10.57251/sin.v3i1.840

Abstract

This research reveals the existence of a number of binary oppositions and dismantling of the order contained in the short story Saksi Mata by Agus Noor. Saksi Mata short stories were chosen because they reveal something unusual and even inversely proportional to what we find in people's lives factually. The analysis in the short story Saksi Mata was carried out using a deconstruction approach. This research is a qualitative study and is presented descriptively. The primary data in this study is in the form of a short story with the title Saksi Mata and secondary data in the form of a number of severences that support the arrangement and answer of problems in this study. Data obtained by conducting in-depth readings of primary data and recording identified narratives that can answer research problems. The results of the data analysis carried out were obtained by a number of binary oppositions, namely hope and reality, honor and humiliation, testimony and blindness, eyewitnesses and defendants, stupid and clever, madness and power, as well as losers and heroes. The demolition of the order was carried out by presenting a blind dog figure as an eyewitness in a murder case at a trial.
Hegemoni pada Mitos Sumur Ai Masam di Desa Batu Bulan Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa Tati Hidayati; Rahmin Meilani Putri
MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya) Vol 1 No 2 (2023): MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Teknologi Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36761/mantra.v1i2.3499

Abstract

Penelitian ini membahas tentang hegemoni mitos pada Sumur Ai Masam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab mitos-mitos yang berkembang pada sumur ai masam. Penghegemonian yang terjadi pada mitos-mitos tersebut juga dijawab dalam penelitian ini. Masalah penelitian akan dijawab dengan memanfaatkan teori hegemoni yang dicetuskan oleh Antonia Gramsci metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis dilakukan dengan mengolah data-data yang telah didapatkan, kemudian dihubungkan dengan teori yang digunakan, sehingga akan melahirkan hasil akhir yang akan menjadi jawaban terhadap pertanyaan atau masalah penelitian. Adapun hasil dari penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa mitos yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat, yaitu dapat memberikan rezeki, memberikan jodoh, mengabulkan cita-cita, dan rasa air yang akan semakin masam disebabkan suasana yang bising di sekitar sumur ai masam. Mitos- mitos tersebut mampu menghegemoni masyarakat pendukungnya dengan diperkuat oleh adanya aspek kelisanan (penyebaran mitos dari mulut ke mulut), terkabulkan doa orang yang pernah melakukan hajat di sumur ai masam, kecemasan masyarakat terhadap konsekuensi jika tidak menunaikan hajat, serta adanya kesadaran palsu/sinis. Selain itu, mitos tersebut juga digunakan untuk melestarikan sumur ai masam. Karena jika tidak ada mitos tersebut sumur ai masam akan diabaikan, tidak dilindungi dan tidak terawat.
Unsur Kelisanan dalam Tradisi Nganyang pada Masyarakat Jereweh Muhammad Hafis; Rahmin Meilani Putri
MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya) Vol 2 No 1 (2024): MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Teknologi Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36761/mantra.v2i1.3962

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kelisanan dalam tradisi nganyang. Peneliti berusaha mengungkap bagaimana ritual membaca mantra sebelum melakukan nganyang, makna yang terkandung di dalamnya dan apa hubungan membaca mantra sebelum melakukan nganyang dalam masyarakat Jereweh. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah observasi di lokasi penelitian, pencatatan, perekaman, dan wawancara yang dianggap mendukung pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Analisis data dialkukan dengan mengolah data yang dihasilkan dan menjawab persoalan penelitian dengan menggunakan teori kelisanan. Hasil penelitian menunjukkan adanya kegiatan ritual atau pembacaan doa yang dilakukan sebelum oleh kelompok pemburu yang dipimpin oleh seorang sandro. Ritual tersebut tidak hanya berfungsi sebagai penghantar suatu kelompok pemburu, namun juga sebagai tameng atau pelindung dalam melakukan kegiatan perburuan. Tradisi nganyang merupakan salah satu warisan budaya lokal yang patut dan harus dilestarikan.
Erotisme Sebagai Bentuk Dominasi Maskulin dalam Novel Adam Hawa Karya Muhidin M Dahlan Putri, Rahmin Meilani
TRANSFORMATIKA Vol 8, No 1 (2024): TRANSFORMATIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/transformatika.v8i1.8063

Abstract

Sexuality is a form of physical communication between men and women. Through sexual acts, both can show the dominant position between masculine and/or feminine. This research aims to outline issues related to the roles of men and women in terms of sexuality and identify which of the two is more dominant. The research method used is qualitative research with literature study. Primary data is obtained from the object of research, namely the novel Adam Hawa and secondary data is obtained by researchers from various sources considered relevant to this research. This research uses feminism theory with a masculine domination perspective. This study found that some of the erotic acts found allow women to be more dominant than men. But in fact, the dominance is not absolute because in reality men are still superior or dominant than women. Maia managed to conquer Idris and dominate their sexual relationship. Even with Adam, Maia successfully achieved revenge for her heartache. However, Maia's success is inseparable from the role of men, that the presence of Marfu'ah (Maia's child) is the fruit of her sexual actions with Idris (male).
MASKULINITAS PEREMPUAN DI BAWAH BAYANG-BAYANG FEMININ DALAM CERITA RAKYAT I MARABINTANG (Women Masculinity of the Feminine Shadow in the I Marabintang Folklore) Putri, Rahmin Meilani; Ikomah, Rinda Widya
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.5921

Abstract

Female Masculinity under the Shadow of Femininity in the Folktale of I Marabintang. The problem in this study is how is the nature of female masculinity under the shadow of femininity in the folklore of I Marabintang? This research aims to describe the masculinity of women in the folklore of I Marabintang. This research is a qualitative research with descriptive analysis method. The approach used in this research is a feminist approach using the concept of masculine and feminine theory. The data in this research is the folklore of I Marabintang which was booked by the Center for Language Development and Development of the Ministry of Education and Culture Jakarta in 1999. The result of this research is that the forms of masculinity in women are illustrated physically, psychologically, behaviorally, and in action. The conclusion of this research is that masculinity and femininity in women can be said to always go hand in hand. Masculine women are always overshadowed by the feminine side, and feminine women can also bring out the masculine side dominantly because of a demand. This condition makes the three female characters in the folklore I Marabintang as androgynous. Maskulinitas Perempuan di Bawah Bayang-Bayang Feminin dalam Cerita rakyat I Marabintang. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sifat maskulinitas perempuan yang berada di bawah bayang-bayang feminitas dalam cerita rakyat I Marabintang? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan maskulinitas perempuan dalam cerita rakyat I Marabintang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan feminisme menggunakan konsep teori maskulin dan feminin. Data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat I Marabintang yang dibukukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta pada tahun 1999. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa bentuk-bentuk maskulinitas pada perempuan diilustrasikan secara fisik, psikis, prilaku, dan tindakan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa maskulinitas dan feminitas pada perempuan dapat dikatakan selalu beriringan. Perempuan maskulin selalu dibayangi sisi feminin dan perempuan feminin dapat memunculkan sisi maskulin pula secara dominan karena adanya sebuah tuntutan. Kondisi tersebut menjadikan ketiga tokoh perempuan dalam cerita rakyat I Marabintang sebagai androgini.
Inventarisasi Tuter pada Etnis Samawa sebagai Penunjang Kebutuhan Literasi Pembaca Dini Utami, Wiwik Surya; Putri, Rahmin Meilani
Journal of Education Research Vol. 5 No. 4 (2024)
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/jer.v5i4.1713

Abstract

Inventarisasi tuter (dongeng) khas daerah Sumbawa mendorong pelestarian budaya daerah yang mencerminkan kekayaan budaya berbentuk sastra lisan. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan, mendokumentasikan dan menganalisis berbagai tuter pada etnis Samawa yang dikhususkan tuter atau dongeng untuk kebutuhan literasi anak pembaca dini. Inventarisasi tersebut berpeluang menunjang kebutuhan literasi anak yang dapat dilakukan sejak usia dini. Pemenuhan kebutuhan literasi tersebut pun mendukung pendidikan dan pembentukan karakter anak sejak usia dini. Hasil inventarisasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang mendukung pembentukan karakter anak, meningkatkan intensitas keterlibatan keluarga atau orang tua dalam pola asuh, serta memperkaya sumber literasi yang layak dan dapat digunakan sesuai usia anak. Hasil inventarisasi dongeng (tuter) daerah Sumbawa terdapat 14 dongeng (tuter) daerah Sumbawa, akan tetapi yang sesuai untuk anak-anak usia dini hanya terdapat dua dongeng yaitu Ne Bote Ne Kakura Ne Siso dan Batu Nganga Batangko yang menceritakan tentang kepatuhan kepada kedua orang tua dan kesetiakawanan, selain itu kedua cerita tersebut syarat akan pendidikan karakter dan nilai moral yang dapat menjadi contoh baik bagi pembaca usia dini. Melalui inventarisasi tuter (dongeng) khas daerah Sumbawa dapat menjadi sarana menumbuhkembangkan semangat literasi, mencintai budaya daerah, dan mendukung pendidikan karakter pada anak usia dini.
Eksplanasi Nggusu Waru: Manivestasi Budaya dan Kearifan Lokal oleh N Marewo Melalui Karya Sastra Putri, Rahmin Meilani; Utami, Wiwik Surya
Hortatori : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 8, No 2 (2024): Hortatori: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jh.v8i2.3169

Abstract

Minim dan hampir matinya eksistensi falsafah nggusu waru dalam etnis Mbojo adalah kecenderungan sastra menggunakan bahasa yang tidak sederhana. Hal ini membuat pembaca awam kesulitan untuk memahami makna dan muatan yang ada di dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan manifestasi falsafah nggusu waru yang dimiliki oleh etnis Mbojo dalam novel Nggusu Waru yang Tersisa karya N Marewo melalui paparan teks eksplanasi. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan analisis naratif. Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi teks-teks eksplanasi nggusu waru dalam novel. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan narasi-narasi eksplanasi nggusu waru yang tertuang dalam novel dengan memanfaatkan teori interpretasi Paul Ricoeur. Adapun hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya teks-teks ekplanasi yang menggambarkan manifestasi budaya dan kearifan lokal dari falsafah Nggusu Waru. Kebudayaan dan kearifan lokal yang tergambar dalam sejumlah teks-teks terukur dari novel tersebut berupa pengobatan tradisional, refleksi kehidupan yang dilontarkan Fadil kepada Burhan yang melakukan penebangan pohon secara liar, pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan Fadil secara tidak berlebihan, dan pemenuhan kebutuhan hidup yang diberikan alam kepada manusia yang ditunjukkan Fadil dalam novel tersebut. Secara umum, narasi-narasi eksplanasi tersebut menggambarkan tindakan-tindakan tokoh Fadil yang berupaya melakukan revitalisasi ekologis terhadap ekosistem laut dan pesisir.  Simpulan penelitian mengemukakan bahwa ajaran nggusu waru dapat diperoleh melalui gambaran-gambaran konkret yang tertuang dalam karya sastra.Kata Kunci: Nggusu Waru; Eksplanasi; Interpretasi.
Patu Mbojo: Sastra Lisan Bima dalam Kajian Stilistika: Patu Mbojo: Bima Oral Literature in Stylistic Studies Meilani Putri, Rahmin
Transformatika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 9 No. 2 (2025): TRANSFORMATIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA: Forthcoming Issue (In
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/transformatika.v9i2.2577

Abstract

This research discusses the language style in patu mbojo. Because the whole poem is the content (it does not have a cover like pantun in general), patu becomes a medium of communication that is quite dense in meaning in the process of achievement. The data in this study consisted of eight parts chanted by two speakers, male and female. The purpose of this study is to find and identify the number of language styles used in the whole poem. The qualitative method is considered appropriate for this research and applies the method of listening and recording with descriptive analysis. The study used in this research is stylistic study. The language styles found in patu mbojo are divided into four, namely based on the selection of words, tone (the medium language style in patu mbojo aims to create a happy and peaceful atmosphere, so the tone contains humor or something fun), sentences (climax, anticlimax, parallelism, and repetition; anaphora and mesodiplosis), and directness of meaning (rhetorical; alliteration, assonance, apophasis or preterition, pleonasm, silepsis, hyperbole, and paradox and figurative language styles; simile, antonomasia, sarcasm, and pun or paranomation). Overall, the language style used is a conversational language style that is rich in various kinds of allusions to beautify and sharpen the meaning in the overall content of the poem.
Kekaburan Bentuk Male Gaze dalam Novel Nggusu Waru Karya N Marewo Putri, Rahmin Meilani
BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 8 No 1 (2023): Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v8i1.169

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan fenomena male gaze dalam novel Nggusu Waru karya N Marewo. Hal lain yang juga ingin diungkapan adalah adanya tindakan atau fenomena baru yang memicu munculkan kekaburan makna dari konsep male gaze. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif. Objek primer dari penelitian ini adalah novel Nggusu Waru karya N Marewo dan objek sekunder berupa referensi-referensi terkait yang dapat membantu menjawab masalah penelitian. Data-data diperoleh dengan melakukan pembacaan mendalam, menyimak, dan mencatat fenomena-fenomena terkait masalah male gaze dalam objek penelitian. Analisis dilakukan dengan identifikasi dan pendeskripsian data-data terkait male gaze. Adapun hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya narasi-narasi erotis terhadap tubuh tokoh perempuan dalam novel Nggusu Waru karya N Marewo. Kreator melakukan penelusuran dan penggambaran tubuh tokoh dengan begitu leluasa. Imajinasi erotis cukup jelas dipaparkan. Selain itu, ditemukan adanya bentuk berbeda dari konsep male gaze yang diusung oleh Laura Mulvey. Pada novel tersebut terdapat tatapan maskulin yang abai terhadap tubuh tokoh perempuan. Imajinasi erotisme tidk begitu diperhitungkan oleh tokoh Fadil sehingga menciptakan pengaburan bentuk pemahaman pada konsep male gaze.