Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Kajian Ikonografi Arca Berserban pada Beberapa Pura di Kabupaten Karangasem, Bali Palupi Titasari, Coleta; Srijaya, I Wayan
Humanis Vol 28 No 1 (2024)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JH.2024.v28.i01.p09

Abstract

Identification of types and forms of archaeological statues can be found by the iconographic characteristics that define the identity of the figures being portrayed. Karangasem, Bali is one area that has remains of statues with intriguing iconographic characteristics, that is, the portrayal of figures using turban as a head covering. This kind of statue portrayal is rarely found in Bali and in Indonesia. The existence of several statues with turban indicates a certain concept regarding the characterization of the turbaned figure. This research was aimed to analyze the statues distributed in several temples in Karangasem, Bali. The method used consists of collecting data and analyzing data. The statues are iconographically analyzed. Analysis is conducted in two ways, which are morphology and technology. The results showed that the statues are the embodiment of religious figures that prove the existence of religious figures in ancient Balinese society.
Eksistensi Desa Dawan Berdasarkan Rekaman Prasasti Prasi A Srijaya, I Wayan; Prawirajaya R., Kadek Dedy
AMERTA Vol. 42 No. 1 (2024)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/amt.2024.1100

Abstract

Abstract. The Existence of Dawan Village Based on Records of Prasi Inscriptions A. Inscriptions are one of the sources with very good authenticity value. This is because the inscriptions were issued directly on the orders of the king or ruler. Inscriptions, as written sources  revealing various aspects of past life, are written using different scripts and languages. Some use the Prenagari script and Sanskrit, Old Javanese script and the Old Javanese, Old Balinese script and the Old Balinese, and so on. In this study, the inscription used to reveal the existence of Dawan Village is the Prasi A inscription issued in the Çaka year of 1070 (1148 AD) by King Sri Maharaja Jayasakti. This king was one of the rulers of the ancient Balinese kingdom who, during his reign, issued many inscriptions. This Prasi A inscription was issued by the king at the request of karaman i besan whose agricultural land was taken over by karaman i dahwan/dawan. karaman i besan request was granted by the king so this inscription was issued. Since then, karaman i besan has received the king’s grace to strengthen the previous king’s grace. Apart from that, the inscription also includes a sapatha, or curse, for anyone who dares to violate this gift so that they will be punished, along with an appeal to the gods. Keywords: Dawan Village, Sri Maharaja Jayasakti, 9-14th Century   Abstrak. Prasasti merupakan salah satu sumber yang memiliki nilai autentitas sangat baik. Hal ini disebabkan karena prasasti dikeluarkan langsung atas perintah raja atau penguasa. Prasasti sebagai sumber tertulis dalam mengungkap berbagai aspek kehidupan masa lalu, ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa yang berbeda-beda. Ada yang memakai aksara Prenagari dan bahasa Sansekerta, aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno, aksara Bali Kuno dan bahasa Bali Kuno, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, prasasti yang digunakan untuk mengungkap eksistensi Desa Dawan adalah Prasasti Prasi A yang dikeluarkan tahun  1070 S (1148 M) oleh raja Sri Maharaja Jayasakti. Raja ini merupakan salah satu penguasa kerajaan Bali Kuno yang selama memerintah mengeluarkan banyak prasasti. Prasasti Prasi A ini, dikeluarkan raja atas permohonan karaman i besan yang lahan pertaniannya diambil alih oleh karaman i dahwan/dawan. Permohonan untuk mengatasi pengambilan lahan milik karaman i besan dikabulkan oleh raja sehingga dikeluarkanlah prasasti ini. Sejak saat itu karaman i besan mendapat anugrah raja untuk menguatkan kembali anugrah raja sebelumnya. Selain itu, dalam prasasti disertakan pula sapatha atau kutukan kepada siapa saja yang berani melanggar anugerah ini agar mendapat sanksi disertai pula seruan kepada dewa-dewa. Kata kunci: Desa Dawan, Sri Maharaja Jayasakti, Abad ke-9-14
Pemaknaan Girīndrawardhana-Lāncana Prasasti Kembangsore Berdasarkan Pendekatan Semiotika Pierce Muda, Berlin Damanik; Srijaya, I Wayan; Wardi, I Nyoman
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 3.A (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Girīndrawardhana-lāncana merupakan penamaan lambang yang ditemukan pada prasasti Kembangsore, Trailokyapuri I, II, III, dan IV yang isinya berkaitan dengan penetapan sima Trailokyapuri. Prasasti Kembangsore adalah salah satu dari kelompok prasasti Girīndrawardhana yang masih bersifat in situ dan pada penggambaran Girīndrawardhana-lāncana prasasti Kembangsore terdapat dua penggambaran ornamen tambahan yang tidak ditemukan pada penggambaran pada prasasti-prasasti lainnya. Kajian ini berusaha untuk memahami makna dari lambang khusus Girīndrawardhana-lāncana baik dari masing-masing objek yang berdiri sendiri maupun sebagai sebuah kesatuan dengan metode semiotika triadik Pierce sehingga dapat diketahui konsep serta tujuan dari dihadirkannya lambang tersebut sebagai sebuah lambang khusus pada prasasti Kembangsore maupun pada prasasti-prasasti Girīndrawardhana lainnya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut diterapkan rangkaian tahapan penelitian arkeologi meliputi pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi. Girīndrawardhana-lāncana prasasti Kembangsore pada akhirnya dapat dimaknai sebagai lambang khusus yang terkait dengan upaya pemusatan kekuasaan pada diri seorang raja, legitimasi, dan penerapan ajaran astabrata.
LANDASAN FILOSOFIS ARSITEKTUR WISMA KARTOWIBOWO KOTA BLITAR, JAWA TIMUR Putri, Tari Azzahra Eka; Titasari, Coleta Palupi; Srijaya, I Wayan
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 8 No 2 (2024): Jurnal Arsitektur ARCADE Juni 2024
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Javanese society is inserparable from the philosophy of  life, even in construting a building. This article aims toanalyze the unique philosophical meaning of architecture Wisma Karatowibowo by using descriptive-qualitative analysis methods and interpretivsm paradigm.Wisma Kartowibowo has a mixture of traditional Javanese and modern colonial architecture. Raden Kartowibowo is a well-known educational figure in Blitar Cityat that time, he has interesting thoughts that he expressed in his house map. Raden Kartowibowo relates his house map to the sequence of human body and the development of human thoughts from the time period.Keyword: Wisma Kartowibowo; Raden Kartowibowo; Philosophy; ArchitectureAbstrak: Masyarakat Jawa tidak terlepas dari filosofi kehidupan bahkan dalam mendirikan sebuah bangunan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis makna filosofis dari arsitektur Wisma Kartowibowo yang cukup unik dengan menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif dan paradigma interpretivisme. Wisma Kartowibowo memiliki arsitektur percampuran tradisional Jawa dan kolonial modern. Raden Kartowibowo yang merupakan salah satu tokoh pendidikan di Kota Blitar pada masa itu, memiliki pemikiran menarik yang beliau tuangkan dalam denah rumahnya. Raden Kartowibowo mengaitkan denah rumah beliau dengan urutan anggota tubuh manusia dan perkembangan pemikiran manusia dari masa ke masa.Kata Kunci: Wisma Kartowibowo; Raden Kartowibowo; Filosofis; Arsitektur
PERKEMBANGAN TATA KOTA BLITAR DARI ABAD XIX HINGGA ABAD XX Al Ayyubi, Sholahuddin Yusuf; Titasari, Coleta Palupi; Prawirajaya R, Kadek Dedy; Srijaya, I Wayan
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 8 No 3 (2024): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2024
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This research aims to identify the components and patterns of the city from the 19th to the 20th century. Data were collected through observation, literature review, and archival studies. Once the data were gathered, they were processed using qualitative and comparative analysis. The results of this research show that there were dynamics from the 19th to the 20th century. The urban development that occurred indicates that the city of Blitar used a grid pattern which developed significantly over the two centuries. This development is evident based on several city maps that were compared, as well as from the analysis of field data and literature. The development shows city dynamics including highways, increasingly dense residential houses, educational buildings that are more concentrated in certain areas, and other city components within the same city pattern, namely the grid pattern.Keywords: Development of City Planning, City Patterns, Colonial PeriodAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen kota dan pola kota selama abad XIX hingga abad XX. Data dikumpulkan dengan metode observasi, studi pustaka, dan studi arsip. Setelah data terkumpul, kemudian diolah menggunakan analisis kualitatif dan komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi dinamika dari abad XIX hingga abad XX. Perkembangan tata kota yang terjadi menunjukkan bahwa Kota Blitar menggunakan pola grid yang perkembangannya terjadi cukup signifikan selama dua abad. Perkembangan tersebut sangat terlihat berdasarkan beberapa peta kota yang dikomparasikan, serta dengan analisis data lapangan dan pustaka. Perkembangan tersebut menunjukkan dinamika kota termasuk jalan raya, rumah penduduk yang semakin padat, bangunan pendidikan yang lebih memusat di wilayah tertentu, dan komponen-komponen kota lainnya dalam pola kota yang sama yaitu pola kota grid.Kata Kunci: Perkembangan Tata Kota, Pola Kota, Masa Kolonial
Tinggalan Seni Arca Di Pura Puseh Gumi Desa Akah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung: Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna Setyadnya, I Made Satwika; Srijaya, I Wayan; R, Kadek Dedy Prawirajaya
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 5.A (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tinggalan seni arca merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang banyak tersebar di wilayah Pulau Bali banyak disimpan di areal tempat suci/pura dan masih difungsikan (living monument) oleh masyarakat peyungsungnya. Salah satunya yaitu di pura puseh gumi desa akah, kecamatan klungkung, kabupaten klungkung. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna tinggalan seni arca yang terdapat di Pura Puseh Gumi Desa Akah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif melalui beberapa tahap pengumpulan data mulai dari studi pustaka, observasi, dan wawancara secara terbuka (opened interview). Terdapat dua teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori fungsional dan teori simbol. Penelitian ini, menggunakan tiga metode analisis data yaitu analisis morfologi, analisis ikonografi, dan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tinggalan seni arca yang disimpan di Pura Puseh Gumi Desa di antaranya yaitu 1 Arca Ganesha, 4 Arca Perwujudan, 2 Fragmen Arca. Saat ini, tinggalan seni arca di Pura Puseh Gumi Desa Akah berfungsi sebagai sarana pemujaan oleh masayarakat penyungsungnya untuk memohon kesuburan, keselamatan dan perlindungan agar masyarakat terhindar dari segala rintangan yang tidak dikehendaki. Tinggalan seni arca tersebut dimaknai sebagai sebuah simbol yang sangat dikeramatkan dan disakralkan oleh masyarakat penyungsungnya.
SAPATHA DALAM RELASI KUASA DAN PENDISIPLINAN PADA MASYARAKAT BALI KUNO ABAD IX-XIV MASEHI Ardika, I Wayan; Setiawan, I Ketut; Wiguna, IGN Tara; Srijaya, I Wayan
Berkala Arkeologi Vol. 38 No. 1 (2018)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v38i1.231

Abstract

Abstract Inscription is a written record which contains regulation or law and should be obeyed by officers or functionaries and community in general. Sapatha or curse was normally written at the end of the inscription which states the punishment for those who objected the regulations or laws. People punished morally if they objected the regulations or law include seven times to be reincarnated and surfering in all their lives. Sapatha or curse was seen as a discourse in relation of power and knowledge of the kings who reigned in the Old Balinese period. This article explores the sapatha or curse in Old Balinese inscriptions dated from the IX up to XIV century. The aim of this article is to describe the relationship of power and knowledge, as well as discipline and punishment in ancient Bali. Data was gained through documentary studies and interpreted hermeneutically. Theories of ideology, knowledge and power, as well as discipline and punishment will be applied in this article.
Pengaruh Kolonial pada Tata Kota Sidayu Akhir Abad 19 sampai Pertengahan 20: Kajian Morfologi Arkeologi Zahro, Fathimatuz; Srijaya, I Wayan; R, Kadek Dedy Prawirajaya
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 5 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10525940

Abstract

Sidayu awalnya merupakan kadipaten dan kemudian mengalami perubahan status menjadi kawedanan. Hal tersebut terjadi karena Sidayu berada dibawah kekuasaan Kolonial. Tata kota Sidayu sedikit berbeda dengan kebanyakan kota di Jawa umumnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk tata kota Sidayu pada abad akhir 19 sampai pertengahan 20. Metode pada penelitian ini menggunakan penentuan dimensi bangunan berdasarkan Peta, dokumen dan wawancara. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif dengan mempelajari morfoologi ruang dengan perspektif arkeologi.. Analisis keruangan serta morfologi ruang digunakan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi komponen pembentuk ruang kota Sidayu periode akhir abad 19 hingga pertengahan abad 20. Hasil penelitian antara lain Sidayu memiliki tata kota khas karena mendapat pengaruh kolonial. Tata kota Sidayu pada akhir abad 19 sampai pertengahan 20 ditandai dengan adanya masjid di sebelah barat laut alun-alun, kantor kawedanan berada di sebelah timur alun-alun, pasar di sebelah timur (sedikit ke arah tenggara) alun-alun.