Midawati Midawati, Midawati
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERANCANGAN GAUN PESTA BAHAN LIMBAH KARUNG PLASTIK DENGAN APLIKASI MOTIF BATIK MEGAMENDUNG Midawati, Midawati; Winarno, Ari; Marlianti, Mira
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 5, No 1 (2017): EKSPLORASI SENI DALAM PANGGUNG DAN RUPA
Publisher : Jurusan Seni Rupa STSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Design party gown waste materials sacks plastic with application a batik megamendung is an effort environment preservation and cultural integrated in a party gown. The benefit of the idea that the minimize waste sacks plastic difficult to decompose and reappointed a batik megamendung in a new look. And open new perseps that party gown not always have to use fancy material and expensive. As for levels that is 1. The design process among others making sketch design, master design, hanger design, hanger material, until real work 2. The production process among others clean waste, makes pattern gown, cut materials, sewing, and apply a batik megamendung of sequin in gown. The fashion show employed to deliver messages on the public especially woman and is expected to be an inspiration and motivation to achieve the environmental concervation efforts and Indonesian culture. Keyword: Party Gown, Waste Sacks Plastic, Motive, Batik, Megamendung________________________________________________________________ Perancangan  gaun pesta bahan limbah karung plastik dengan aplikasi motif batik megamendung merupakan upaya pelestarian lingkungan dan budaya yang dipadukan dalam sebuah gaun pesta. Manfaat dari gagasan tersebut yaitu meminimalisir limbah karung pastik yang sulit terurai dan mengangkat kembali motif batik megamendung dalam tampilan baru. Serta membuka persepsi baru bahwa gaun pesta tidak selalu harus menggunakan bahan mewah dan mahal. Adapun tahapannya yaitu 1) proses desain antara lain membuat sketsa desain, master desain, hanger desain, hanger material, hingga karya nyata; 2) Proses produksi antara lain membersihkan limbah, membuat pola gaun, memotong bahan, menjahit, dan mengaplikasikan motif batik mega mendung dari payet pada gaun. Fashion show digunakan untuk menyampaikan pesan pada masyarakat umum khususnya wanita dewasa dan diharapkan menjadi inspirasi sekaligus motivasi dalam mewujudkan upaya pelestarian lingkungan dan budaya Indonesia.Kata Kunci: Gaun Pesta, Limbah Karung Plastik, Motif, Batik, Mega Mendung
BAHASA MINANGKABAU DI DAERAH ASAL DENGAN BAHASA MINANGKABAU DI DAERAH RANTAU MALAYSIA: KAJIAN DIALEKTOLOGIS Reniwati Reniwati; Noviatri Noviatri; Aslinda Aslinda; Midawati Midawati
JURNAL ARBITRER Vol. 3 No. 2 (2016)
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ar.3.2.173-180.2016

Abstract

Dalam makalah ini dibandingkan bahasa Minangkabau yang digunakan di daerah asal dengan bahasa Minangkabau yang digunakan di daerah rantau Malaysia. Kajian beruang lingkup dialektologi karena isolek yang digunakan di rantau Malaysia dihipotesiskan sebagai variasi dari bahasa Minangkabau. Satuan bahasa yang dibandingkan adalah leksikon. Perhitungan persamaan dan perbedaan bentuk leksikal dengan menggunakan metode dialektometri diperoleh tingkat variasi bahasa dari titik-titik pengamatan yang dibandingkan. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat variasi bahasa yang paling tinggi adalah perbedaan subdialek.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHALANG WANITA SISTEM NASAB IBU BERNIAGA SENDIRIAN DI PASAR-PASAR REMBAU NEGERI SEMBILAN Midawati Midawati
Kafa`ah: Journal of Gender Studies Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/jk.v6i1.120

Abstract

Daily and night markets have long existed in Malaysia and Negeri Sembilan in particular. These markets are visited by matrilineal traders, China, India, Cambodia and Kelantan Malay. However, trading is not easy to be performed by women because it carries some barriers for them. Nevertheless, matrilineal women traders still dominate in number among the traders of other tribes in daily and night markets. Accordingly, this study tries to observe factors that hinder matrilineal women in performing their bussiness. The data is obtained from 91 female traders as the sample of the research by giving them questionnaires and interview. The result shows that there are six factors as the obstacles which are: culture, childhood, unsupported infrastructure, the amount of capital, less access to funding sources and safety reason.
Gagasan Kultural Sutan Sjahrir (1931–1945) Alif Maulana; Midawati
Jurnal Ceteris Paribus Vol 1 No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Humanities, Andalas University, Padang, West Sumatra in cooperation with Kato Institute.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.2 KB) | DOI: 10.25077/jcp.v1i2.7

Abstract

Penelitian ini mengambil topik “Gagasan Kultural Sutan Sjahrir (1931–1934)”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemikiran kebudayaan Sutan Sjahrir serta jiwa zaman dan ikatan  kebudayaan  yang  berada  di  sekitar  si tokoh.  Penelitian ini  menggunakan  metode sejarah dengan fokus sejarah intelektual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sutan Sjahrir mengkritik kapitalisme sebagai produk kebudayaan Barat yang menyengsarakan manusia. Namun  bukan  berarti  ia memilih  kebudayaan Timur untuk dijadikan sebagai jalan kebudayaan Indonesia di masa mendatang. Sjahrir berkesimpulan bahwa sintesa dari kedua kebudayaan itulah yang akan menjadi jalan kebudayaan yang akan ditempuh oleh Indonesia agar bisa menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, yaitu kebudayaan yang tidak menyengsarakan masyarakat serta mengedepankan rasionalitas Kata kunci: gagasan, kultural, sejarah, intelektual, ikatan kebudayaan
Sejarah Batik Tanah liek dan Pekerjaan Perempuan Perajin Batik di Kabupaten Dharmasraya Ella Hutriana Putri; M Midawati
HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 8, No 1 (2020): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.041 KB) | DOI: 10.24127/hj.v8i1.2472

Abstract

Batik tanah liek merupakan batik khas yang berasal dari Sumatera Barat. Proses pengerjaan batik tanah liek hampir sama dengan batik pada umumnya namun ada beberapa perbedaan dalam proses pengerjaan dan motif yang digunakan. Dalam proses pengerjaan batik tanah liek proses pencelupan kain ke tanah liat dilakukan untuk mendapatkan warna alami tanah liat. Proses perendaman kedalam tanah liat dilakukan lebih kurang selama seminggu. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Semua kegiatan tersebut tidak terlepas dari pekerjaan yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Sumber daya manusia yang dipakai pada umumnya adalah perempuan yang bekerja paruh waktu untuk mengisi kekosongan waktu setelah mengurus rumah tangganya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memahami fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian. Daerah yang diambil dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Dharmasraya. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pekerja perempuan sebagai perajin dan pengusaha batik yang berkecimpung dengan dunia batik tanah liek sejak 1995.Kata Kunci :Perempuan, batik tanah liek, perajin, pengusaha 
Ruang Poligami dalam Budaya Minangkabau: Tinjauan Historis Vitri Puspita Sari; Wannofri Samry; M. Midawati
HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 9, No 2 (2021): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.001 KB) | DOI: 10.24127/hj.v9i2.3504

Abstract

Penelitian ini membahas tentang ruang poligami dalam budaya Minangkabau dengan tinjauan historis. Penulisan ini akan menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi, serta menggunakan ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai alatnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah dalam budaya Minangkabau dapat memberi peluang untuk poligami. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sistem sosial dan budaya Minangkabau telah memberi peluang untuk orang berpoligami serta pihak-pihak yang berpoligami. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, pertama karena laki-laki dalam adat Minangkabau setelah menikah hanya berstatus sumando, di mana tidak boleh menetap lama-lama di rumah sang istri. Laki-laki yang berstatus sumando hanya untuk tujuan biologis/keturunan atau menghasilkan keturunan. Jadi tidak bisa menetap  lama-lama  di  rumah  sang istri. Faktor kedua yaitu karena kebutuhan ekonomi. Faktor kedua ini, biasanya untuk kedudukan laki-laki yang berstatus penghulu atau datuak. Hal ini untuk menaikkan prestise penghulu, di mana memiliki istri lebih dari satu menjadikan posisinya makin tinggi di dalam masyarakat.  
Acculturation of Sundanese Culture in Padang City in 1969-2020 Yetri Ermi Yenti; Zulqaiyyim Zulqaiyyim; Midawati Midawati
HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 12, No 2 (2024): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/hj.v12i2.9053

Abstract

This study aims to determine the process of acculturation of customs, traditions, language, and culinary between Sundanese and Minangkabau tribes in Padang City. The research method used is the historical method through four stages, namely first, heuristics, namely the stage of collecting data in the form of documents or books, articles, journals and interviews. Second, source criticism is testing data by conducting internal and external criticism of data from various sources. Third, interpretation, which is the interpretation of data so that it becomes a meaningful fact. The last stage is historical writing in the form of a thesis. The results show that cultural acculturation includes aspects of language, traditions, food and clothing. This acculturation is supported by marriage between ethnicities, economic relations, similarities in beliefs and views of life resulting in unity. The unity is maintained by individual cultural agents (Sundanese cultural activists in Padang City and groups (Paguyuban Warga Sunda Sumatera Barat, local government, ethnic Minang). The cultural activists agreed to create peace in everyday life according to their respective roles and positions, so that Sundanese culture has social engineering that can build harmony in Padang City.
Dari Petani Markisa ke Petani Bawang: Kehidupan Sosial Ekonomi Petani di Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok (2005-2022) Siti Suwarni; Midawati Midawati
Analisis Sejarah Vol 13, No 2 (2023)
Publisher : Laboratorium Sejarah, Departement Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jas.v13i2.117

Abstract

This research discusses the socio-economic life of farmers in Nagari Air Dingin, Lembah Gumanti District, Solok Regency (2005-2022). This research uses historical research methods. The stages carried out are heuristics, source criticism, interpretation and historiography. Initially farmers in this area worked as passion fruit farmers. However, passion fruit only lasted for two decades and was replaced by onion crops. The causes are the eruption of Mount Talang, pest attacks on passion fruit stems, the difficulty of passion fruit growing again, land conversion and increasing development of onion cultivation. As a result, many farmers have switched from growing passion fruit to growing onions. The reason farmers choose to switch to onion plants is because onions have the opportunity to provide high yields and the increasing demand for onions. Apart from that, the transition from passion fruit to onions is also supported by geographical conditions that are suitable as an area for cultivating vegetable crops, especially onions.
Merekam Sejarah Industri Kopi Nur di Sungai Penuh (1984-2019) Feldisa Sekar Wulandari; Midawati Midawati
Analisis Sejarah Vol 13, No 2 (2023)
Publisher : Laboratorium Sejarah, Departement Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jas.v13i2.113

Abstract

This article aims to address the issues related to the development of Kopi Nur industry in Sungai Penuh over the period from 1984 to 2019. The industry had two leadership periods: Nurcaya's leadership from 1984 to 2015, and Zefri Efdison's leadership from 2015 to 2019. The research employs a historical method, encompassing heuristic data collection, source criticism, interpretation, and historiography. During the heuristic phase, primary sources such as books, government-related data, relevant scholarly articles, certificates, and company records were collected. Interviews with informants were also conducted. Under Nurcaya's leadership from 1984 to 2015, Kopi Nur initially used water wheels for production but shifted to machinery due to increased demand. During Zefri Efdison's leadership, rapid coffee industry growth occurred due to effective sales management and workforce handling. To boost consumer interest, Zefri Efdison engaged in exhibitions and training programs. The study's findings conclude that Kopi Nur originated from Bukit Apit coffee in Bukittinggi and evolved into a family business under Nurcaya. Over 35 years since the introduction of the Kopi Nur brand, significant development has occurred, yielding positive impacts on the sustainability of Kopi Nur business.
Perempuan dalam Representasi Legislatif Daerah Kabupaten Kerinci 2004-2014 Elga Nokia; Herwandi Herwandi; Midawati Midawati
Analisis Sejarah Vol 15, No 1 (2025)
Publisher : Laboratorium Sejarah, Departement Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jas.v15i1.132

Abstract

The Legislative Elections of Kerinci District in the 2004-2024 period indicate that women's representation in the legislature remains limited, despite the fact that the number of female voters is higher than male voters, and the 30% quota for female candidates has been met. However, the number of elected female candidates is still far from expectations. The aim of this study is to examine the struggles of female legislative candidates, both those who were elected and those who were not, in their efforts to become members of the legislature. The research method used historical methods. To analyze the struggles of female candidates, political participation theory, which explains the involvement of individuals or groups in the political process, and political mobilization theory, which focuses on efforts to encourage individuals to participate in politics, are applied. The study shows that female representation in the politics of Kerinci Regency still faces many challenges and does not reflect true political participation. Women are often treated as mere fillers for the 30% quota without sufficient support from political parties. Economic resource limitations and low party support hinder their campaigns and make it difficult to build political networks. The research findings reveal that women’s representation tends to be symbolic. Female candidates are often included merely to fulfill the quota, without meaningful support from political parties, particularly regarding strategic list placement and access to political resources. Economic constraints, patriarchal culture, and low self-confidence reinforce male dominance in the local political structure. These findings affirm that women’s participation is hindered by structural barriers and ineffective mobilization. Therefore, political party reform and cultural transformation are essential to ensure equal participation opportunities for women in politics.