Wilson Samosir
Universitas Efarina

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Bah Kapul di Wilayah Kerja Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2027 Wilson Samosir
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2020): December 2020
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.798 KB)

Abstract

Suatu organisasi harus memiliki seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing pegawai dalam organisasi. Hubungan antara motivasi dan kinerja pegawai yaitu semakin tinggi motivasi pegawai dalam bekerja maka kinerja yang dihasilkan juga semakin efektif dan kompeten di dalam bidangnya. Nilai kinerja pegawai Puskesmas di Kecamatan Siantar Utara adalah kurang yaitu cakupan hasil pelayanan kesehatan dengan tingkat pencapaian hasil < 80 % Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kepemimpinan dan motivasi dengan kinerja pegawai Puskesmas Bah Kapul di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar tahun 2017. Desain penelitian ini adalah cross sectional analitik dengan jumlah sampel 41 orang. Sampel diambil dengan teknik Total Population Sampling. Alat pengumpul data adalah kuesioner dan analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (chi-sguare). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan kinerja pegawai Puskesmas Bah Kapul di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2017, nilai P Value adalah 0.029 < a (0.05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kinerja pegawai Puskesmas Bah Kapul di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2017, nilai P Value adalah 0.002< a (0.05). Diharapkan pelatihan secara konsisten dan berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan manajemen kepala puskesmas dan memotivasi pegawai sehingga mampu meningkatkan kinerja.
Tata Kelola Persediaan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Wilson Samosir
Jurnal Kesehatan Vol. 10 No. 2 (2022): Oktober: Health Journal "Love That Renews"
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55912/jks.v10i2.75

Abstract

Mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit sangat berpengaruh terhadap citra rumah sakit dan kepuasan pasien yang berkunjung ke rumah sakit tersebut. Salah satu faktor yang berperan terhadap mutu pelayanan rumah sakit adalah Tata kelola obat yang dilakukan di rumah sakit. Tata kelola obat perlu untuk dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan obat (stock out), kelebihan obat (over stock), dan pembelian obat secara cito. RSUD Pandan Tapanuli Tengah pernah terjadi kekosongan obat yang disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui Tata kelola persediaan obat di Gudang Farmasi RSUD Pandan Tapanuli - Tengah. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dengan pendekatan Observasi. Dalam penelitian ini ada sumber informasi yaitu dari Kepala Instalasi Farmasi,Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tata kelola persediaan obat di gudang farmasi RSUD Pandan Tapanuli - Tengah sudah cukup efektif, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekosongan obat. Hal ini terlihat dari beberapa komponen Input (Sarana terutama gudang penyimpanan yang kurang representatif), Proses(ketidakkonsistenan terhadap penggunaan sediaan, perencanaan yang kurang teliti, suhu ruangan yang berubah-ubah mempengaruhi sediaan yang ada, keterlambatan pelaporan sediaan yang kosong dan kelalaian petugas yang mengakibatkan sediaan menjadi rusak dan expired) dan Output (sudah sesuai dengan kebutuhan). Diharapkankepada Kepala Instalasi Farmasi RSUD Pandan Tapanuli - Tengah untuk mempertimbangkan penambahan luas gudang farmasi yang dianggap belum cukup memadai, pengadaan pendingin ruangan yang sesuai dengan standar dan diharapkan kepada petugas gudang untuk lebih teliti dalam proses perencanaan sediaan untuk meminimalisir sediaan yang terlupa
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Terhadap Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Tapian Dolok Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Periode Wilson Samosir; Yulia Delfahedah
Jurnal Kesehatan Vol. 9 No. 1 (2021): April : Health Journal “Love That Renewed”
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55912/jks.v9i1.97

Abstract

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besamya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia dikelompokkan menjadi: usia pertengahan (Middle Age), ialah kelompok usia 45 -59 tahun. Lanjut usia (Elderly): antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old): antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) di atas 90 tahun, metode penelitian yang digunakan adalah "Analitik dengan desain cross sectional dengan menggunakan data primer melalui kuesioner berdasarkan pengetahuan, dan sikap Lansia. Tekhnik sampling dalam penelitian ini adalah random sampling yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan lansia terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Tapian dolok Kabupaten Simalungun, hal ini dibuktikan dengan hasil uji chi-square dengan nilai p-value 0.002 dan Terdapat hubungan sikap lansia terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Tapian dolok Kabupaten Simalungun tahun 2016, hal ini dibuktikan dengan hasil uji chi-square dengan nilai p-value = 0.004. Bagi lansia 100 diharapkan agar lebih rutin memeriksakan tekanan darah kepada tenaga kesehatan dan aktif mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan hipertensi.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dan Pengunjung Tentang Obat Swamedikasi Dan Rasionalitas Di Dua Apotek Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun Meyana Marbun; Shofian Syarifuddin; Wilson Samosir; Marolop Parlindungan Napitu; Muliati Muliati
Jurnal Kesehatan Vol. 8 No. 1 (2020): April : Health Journal “Love That Renewed”
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55912/jks.v8i1.121

Abstract

Self-medication, as the most widely used effort to treat minor illnesses, is still constrained by limited public knowledge about drugs and their use. This study was conducted to analyze the effect of education using leaflet media on the level of knowledge and rationality of self-medication use. This pre-experimental study used a one group pre-test/post-test study design. Respondents were visitors aged 18-59 years at two pharmacies in the Bandar sub-district, who had used oral medication to treat fever, cough, flu, pain, diarrhea and gastritis in the three months before the time of the study. Respondents were taken by consecutive sampling. Data collection was carried out through guided free interviews using a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Leaflets containing information about self-medication were given to respondents after the pre-test was carried out. The number of respondents obtained was as many as 97 respondents. All of these respondents were contacted again by telephone after 4-5 weeks of education, to do a post-test using the same questionnaire used during the pre-test. The Wilcoxon test and McNemar test were used to statistically analyze the data obtained. Based on the results of this study, it can be concluded that education can significantly increase self-medication knowledge (p = 0.000) and the rationality of respondents' self-medication use (p = 0.015).